Bab 1 Sekedar Mimpi

58.4K 2.3K 5
                                    

Angin berhembus menerpa wajah seorang gadis yang sedang memejamkan mata menikmati udara yang menerbangkan beberapa helai rambutnya. Dia adalah Alarayna Aszeeqa Queensya. Duduk dibalkon dengan posisi kaki menekuk dan meletakkan tangan dilututnya.

Senja diufuk barat menemani kesendirian Ara. Entah kenapa Ara sangat menyukai senja. Saat melihatnya terasa menenangkan, mungkin karna itu Ara menyuka senja.

Tok

Tok

Tok

Ketukan pintu membuat Ara membuka mata dan menoleh pada sumber suara. Disana Bi Nira berdiri dengan senyum menenangkan.

"Nona, ini sudah petang, udara dingin tidak baik untuk nona."ucap Bi Nira.

Bi Nira adalah kepala pelayan di rumah yang dulunya ia tempati bersama sang bunda. Bi Nira yang mengurus segala keperluan Ara, bahkan Ara menganggap Bi Nira sebagai keluarganya sendiri.

"iya Bi, Ara udah mau masuk kok."ucap Ara sambil berjalan masuk ke kamarnya. Bi Nira pun berjalan ke arah balkon untuk menutup pintu dan gordennya.

"Nona ingin makan apa? biar saya siapkan untuk nona." tanya Bi Nira.

"Um... Ara mau sup, boleh?" jawab Ara sembari tersenyum.

"Tentu nona, lebih baik nona sekarang mandi biar saya siapkan pakaian gantinya." kata Bi Nira

"iya Bi."

☃️☃️☃️

Setelah makan malam Ara duduk diruang tengah dengan televisi yang menyala menampilkan film princes kesukaanya. Tak lama Bi Nira datang membawa kue muffin kesukaan Ara.

"Terima kasih, Bi. Bibi tau aja Ara lagi pengen kue."ucap Ara senang. Bi Nira hanya terkekeh melihat tingkah nonanya.

"Nona." Ara mendongak dengan tidak menghentikan aktivitas mengunyahnya, memandang Bi Nira yang menatapnya tak enak.

"Maaf jika perkataan saya akan mengganggu anda, tapi saya harus menyampaikan ini--" Bi Nira menunduk menatap lantai.

"--nyonya menyuruh saya untuk memberitahukan kapada nona, bahwa besok nona diminta untuk datang ke mansion Aguar." ucapan Bi Nira seketika membuat Ara berhenti mengunyah dan terdiam dengan pandangan lurus.

"Nyonya berharap anda bisa datang ,nona." tambah Bi Nira.

Ara terdiam menimbang segala spekulasi dalam otaknya. Ingatannya kembali pada masa lalu, masa dimana hari itu bagaikan belati menusuk tepat di jantungnya membawa kesedihan yang mendalam, bahkan  sakitnya terasa hingga sekarang

<flashback on>

2 tahun lalu
Seorang gadis memakai seragam SMP berlari dengan riangnya memasuki mansion.

"bunda....bunda...."pangil Ara dengan riang.

"bunda?"panggil Ara lagi tapi tetap tidak ada sahutan dari bundanya. Ara mencari disetiap ruangan tapi nihil, bundanya tidak ada dimanapun. Ara langsung menghampiri Bi Nira.

"bibi,bunda dimana?" , tanya Ara cepat.

"Ara cari bunda, tapi bunda ga ada"sambungnya.

"nona, nyonya...nyonya pergi nona"jawab Bi Nira dengan kepala menunduk.

"kemana?"tanya Ara, suaranya bergetar menahan tangis.

" saya tidak tahu nona, nyonya tidak meninggalkan pesan apapun "jawab Bi Nira.

Tes.....

Air mata Ara luruh, dia menangis dengan diam, sambil menatap kertas digenggamannya. Ara berencana untuk memberitahu bundanya bahwa Ara mendapat juara pertama dikelasnya. Tapi ternyata Ara mendapat kejutan, kejutan yang membuat hatinya sakit dan sesak secara bersamaan.

Bruk!

Ara terduduk dilantai, kakinya terasa lemas, hatinya sangat sesak.

"Bunda..."ucap lirih Ara. Ara menangis pilu, suara tangisnya membuat para pelayan ikut bersedih dan iba melihat keadaan nonanya.

<flashback off>

Ara mengerjabkan matanya menahan gelombang kesedihan dalam dirinya, kenangan itu sangat membekas diingatannya. Setiap malam Ara berdoa agar ia bisa bertemu kembali dengan bundanya.

Dua tahun sudah Ara hidup dengan kekosongan dihatinya. Ara tak pernah tau siapa ayahnya dan bagaimana rupa ayahnya, selama ini bundanya yang selalu menemaninya, memeluknya, memberi kasih sayang, sebelum bundanya meninggalkan Ara sendiri, tanpa alasan.

Sebenarnya Ara ingin tau siapa ayahnya. Ara ingin seperti teman temannya, memiliki keluarga lengkap dan harmonis tapi bundanya tidak pernah memberi tahu siapa ayahnya. Dilubuk hari yang paling dalam ingin sekali Ara bertemu dengan Ayahnya.

Tak langsung menjawab, Ara memilih berpamitan menuju kamarnya. Meninggalkan Bi Nira yang menatap Nonanya sendu. Bi Nira pun tidak mengerti alasan Nyonya rumah ini meninggalkan nonanya, hanya sesekali nyonya menayakan kabar Ara dan melarang nonanya tahu keberadaannya.

Ara duduk dilantai dengan menekuk kedua kakinya, bersender disamping ranjang tempat tidur menghadap balkon. Sesaat ia memejamkan mata, menghembuskan nafas pelan beberapa kali. Entah sudah berapa banyak kali ia menyimpan kerinduan dalam hatinya.

"Bunda... Ara rindu bunda"ucap Ara lirih dengan berkaca-kaca.

"Kenapa bunda ninggalin Ara sendiri? kenapa? salah Ara apa bunda?Ara sayang sama bunda tapi Ara juga kecewa."ucap Ara sambil menangis.

Ara tidak tahu apa salahnya sehingga bundanya meninggalkan Ara sendiri. Ara selalu berharap bundanya kembali sia-sia, bundanya seakan-akan hilang ditelan bumi, bahkan Ara mencoba menghubungi bundanya tapi tak bisa. Dua tahun lamanya bundanya menghilang dan baru kali ini bundanya memberi pesan untuknya lewat Bi Nira.

Kecewa, itu yang dirasakan Ara. Kemana perginya bundanya saat Ara membutuhkannya. Kenapa baru kali ini, kenapa baru kali ini bunda menghubunginya. Apa bundanya sudah melupakannya ?atau bundanya sudah memiliki keluarga yang baru tanpa memberitahu Ara? jika itu terjadi Ara akan benar - benar membenci bundanya.

Bahkan dalam hidupnya belum tergambar figur seorang ayah. Ia belum mengenal arti ayah dalam hatinya, hanya genggaman bundanya yang menemani walaupun hanya sebentar. Ara juga tak mengerti masalah apa yang membuat hidupnya selalu rumit. Tak bisakah ia hidup dengan damai tanpa beban? Sesaat, dalam hati ia ingin sekali dipertemukan dengan ayahnya, walau sekedar mimpi.

TBC

Part ini mungkin sudah aku revisi jadi untuk pembaca baru silahkan membaca dengan tenang. Kalau ada typo mohon dimaklumi, namanya juga manusia, bisa kalian komen ya nanti aku benerin. Terima kasih.

Next tidak?

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang