Malam ini rumah dimana Ara tinggal, mulai ramai dengan adanya dua keluarga besar bertemu kembali setelah pertemuan beberapa hari yang lalu. Mereka tengah duduk di ruang keluarga, kecuali Bara yang sedang menjalankan amanah sang ayah untuk menjaga adiknya.
Semua telah menerima Alara sebagai adiknya, bagaimanapun Ara darah daging ayahnya. Yang artinya Ara adalah saudari mereka walaupun bukan berasal dari ibu yang sama. Dan jangan lupa bahwa Alara merupakan korban yang sesungguhnya dari masalah yang terjadi.
"Tidak baik bagi Alara untuk tinggal disini sendiri, apalagi tidak ada orang yang bisa menjaganya disini." ujar Marzuq, dibalas anggukan oleh Javas. Cana sempat menghubungi Papahnya jika cucu perempuannya tengah sakit.
"Aku tahu, maka dari itu aku pernah berkata jika aku akan membawa cucuku bersamaku." ujar Javas.
"Tidak bisa seperti itu, tuan Javas. Bagaimanapun Alara adalah putriku, dan aku memiliki hak sepenuhnya untuk menjauhkan putriku darimu." ucap Direnc disertai penekanan disetiap kata.
"Putriku Cana juga memiliki hak yang sama. Kau lupa siapa yang mengurusnya selama ini?" tanya Javas remeh.
"Dan apa kau lupa jika dia yang menelantarkan anaknya?"ucapan Direnc membungkam mulut Javas, membuat Javas geram. Direnc tersenyum miring melihatnya. Dia tidak akan membiarkan putrinya pergi jauh darinya lagi.
"Aku tidak akan pernah mengizinkanmu membawa cucuku." ujar Javas dengan sorot marah dimatanya.
"Aku tidak perlu meminta izinmu, tuan Javas." ucap Direnc merendahkan.
"Kau!!" Javas geram dengan sifat seenaknya Direnc.
Anggota keluarga lain hanya melihat perseteruan tersebut dengan tenang. Mereka memikirkan jalan keluar yang tepat,tentang dengan siapa Ara tinggal.
"Berisik!"ucap Bara yang sedang berdiri ditangga dengan gelas kosong digenggamannya. Niat nya ingin mengambil air untuk adiknya, tapi malah melihat cekcok antara Ayah dan kakek tua itu.
Setelah berkata demikian, Bara melegang pergi dengan tampang datarnya. Jangan lupa bagaimana wajah heran yang melihatnya.
"Ngerusak suasana." gerutu iel, padahal dirinya sangat menikmati melihat adu mulut ayah dan kakek tua menyebalkan itu. Dengan setoples cemilan dipangkuannya Iel menyemangati ayahnya dalam hati agar menang melawan kakek tua menyebalkan itu.
Ansel yang duduk disamping Iel hanya merotasikan bola matanya malas.
"Sudahlah, kita tidak akan menemukan titik terang jika terus berdebat." ucap Aydan, disetujui oleh yang lain. Direnc menghela nafas, dirinya juga tidak ingin melakukan hal yang membuang waktu dengan berdebat, tapi demi putrinya dia akan melakukannya. Hening setelahnya.
"Baiklah." kata Direnc. Semua orang mengalihkan pandangan padanya.
"Aku tahu ini sulit untuk keluarga kalian, terutama untuk Cana sebagai ibu kandung Ara. Tapi disini aku berperan sebagai ayahnya, dimana aku bisa mengambil putriku sebagaimana yang aku mau. Jadi kumohon biarkan akan Ara bersamaku, aku akan menjaganya, aku tidak akan melarang kalian jika ingin mengunjunginya. Aku telah melewatkan banyak perkembangan putriku, bahkan aku tidak tahu kapan putriku dilahirkan didunia ini." ucap Direnc dengan mata yang menerawang jauh, matanya menyorot kesedihan yang mendalam.
Cana mendengar perkataan Direnc. Ingin sekali dirinya egois, dengan Alara yang hanya menjadi miliknya, selama ini dirinya yang membesarkan Alara. Melahirkan putrinya kedunia dengan berteman kesendirian, melawan rasa sakit saat dia akan mengganti statusnya dengan status baru yaitu menjadi ibu. Walau sampai akhirnya dia meninggalkan anaknya sendiri. Air matanya menetes.
Bagaimanapun Direnc adalah ayah biologisnya. Mana mungkin dia menjauhkan anaknya dengan sang ayah kandung. Selama ini hanya sesosok ayah yang Ara cari. Dia tahu dimana dulu putrinya bediri dibalkon menatap langit setiap malam dengan memejamkan mata bulatnya, meminta kepada Tuhan agar ayahnya datang menemuinya. Ara tidak pernah merasakan bagaimana memiliki sosok ayah sejak dirinya lahir.
Aydan mendekap istrinya. Aydan mengerti perasaan istrinya tapi apapun itu, ini demi kebahagian Alara. Jika bersama ayah kandungnya dia berbahagia, maka itulah yang terbaik.
"Izinkan keluarga kami merawat Ara. Saya tahu perasaan kamu Cana, saya juga seorang ibu. Saya janji akan memperlakukan Cana seperti anak saya yang lainnya, kamu tidak usah khawatir akan hal itu. Kalian bisa menemuinya kapanpun yang kalian mau, kami tidak akan melarang kalian." ucap Lia kepada Cana. Semoga saja Cana mengizinkan Ara tinggal dimansion Abizard. Dia sudah menganggap Ara sebagai putrinya sendiri. Dirinya juga tak tega melihat Direnc yang sering melamun mengingat hal ini.
Hening. Tak ada yang memulai pembicaraan kembali, semua orang sibuk dengan pemikiran masing-masing.
Cana melepas dekapan suaminya, lalu menatap suaminya. Aydan mengangguk, dia memberikan kebebasan memilih keputusan untuk istrinya. Cana menghela nafas pelan. "Semoga ini yang terbaik untukmu , nak." batin Cana.
"Aku tidak akan egois kali ini. Ara memang membutuhkan sosok ayah yang bisa menjaganya, ayah kandungnya. Alara adalah putriku yang kuat, dia tidak pernah mengeluh padaku saat teman-temanya mengejeknya tentang dia yang tidak memiliki keluarga yang utuh. Walau akhirnya aku tahu sendiri jika hal tersebut menimpa putriku. Aku marah, aku kecewa pada diriku sendiri, aku tidak bisa memberikan keluarga yang bahagia untuknya." ujar Cana dengan air mata yang mengalir.
"Jika keluarga kalian memang ingin memberikan kebahagiaan pada putriku. Maka akan aku izinkan. Sudah cukup penderitaannya kali ini.",
sambung Cana, membuat semua orang kaget dengan keputusannya."CANA!!" Amarah Javas berkobar mendengar perkataan anaknya.
"Apa yang kau bicarakan!" desis Javas marah menatap Cana berang. Dia berdiri dari duduknya, diikuti yang lain.
"Pah, ini demi kebahagian Alara." ujar Cana.
"Dengan memberikan putrimu pada orang lain?" ujar Javas menggeram. Cana menggeleng pelan.
"Mereka juga keluarga Ara, Pah. Ara akan bersama ayah kandungnya. Aku yakin mereka akan menjaga princess kita.Biarkan dia bahagia, pah. Dia hanya seorang gadis kecil yang butuh kasih sayang. Sudah cukup luka yang kuberikan untuknya, aku tidak ingin melakukannya lagi. Aku ingin putriku bahagia, walau tidak bersamaku." ucap Cana tegar, hanya demi putrinya.
Javas mematung mendengar perkataan Cana, matanya meredup. Dia sangat menyayangi cucu perempuannya itu. Penyesalan kembali hadir, kenapa baru sekarang dia bertemu dengan cucunya itu.
"Kau yakin?" tanya Direnc pada Cana. Dibalas anggukan tegas.
"Aku yakin."ujar Cana.
"Tolong jaga putriku dengan baik. Jika terjadi sesuatu pada putriku aku akan membawanya kembali." sambungnya. Dibalas anggukan yakin oleh Direnc, dengan matanya yang memancarkan kebahagiaan.
"Aku sendiri yang akan menjamin kebahagian Alara, putriku."ujar Direnc meyakinkan. Para anggota keluarga Abizard tersenyum haru. Lia mengelus pelan tangan suaminya dengan senyum yang terlukis dibibirnya.
📖
Setelah pembicaraan berakhir Cana memasuki kamar putrinya. Cana tersenyum menatap kamar putrinya, masih sama. Cana berjalan ke arah ranjang yang ditempati Alara, putrinya sedang tidur.
"Kenapa bisa sampai sakit, sayang?"ujar Cana lembut. Cana mengecup pelan kening dan pipi Alara.
"Setelah ini, akan ada kebahagiaan yang menjemputmu. Bunda berharap princess bunda ini akan ceria seperti dulu. Bunda akan terus mendoakanmu. Bunda akan terus bersamamu, nak." ujar Cana lirih dengan setitik air mata yang jatuh.
"Cepat sembuh sayang. Bunda menyayangimu." ucap Cana sambil mengelus surai lembut putrinya, lalu melangkah keluar kamar.
Setitik air mata Alara mengalir di pipinya. Tak sengaja dirinya terbangun saat mendengar bundanya berbicara, tapi Alara enggan membuka matanya.Dia ingin mendengar apa yang dikatakan oleh Bundanya. Alara membuka matanya, menatap langit- langit kamarnya. Dia mengingat kembali apa yang dikataan bundanya.
"Kebahagiaan yang menjemput?"
TBC
Ara akan tinggal sama ayah kandungnya. Next ga nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARAYNA [ Tahap Revisi ]
Ficção Adolescente🚫[FOLLOW DULU SEBELUM BACA]🚫 🚫Beberapa part aku privat, jadi follow dulu.🚫 🚫Tidak mengizinkan adanya unsur plagiat barang sedikitpun🚫 ... Setitik air matanya terjatuh, dadanya sakit saat orang tersayangnya mengaaikan keberadaannya. Ara mengus...