ENDING SCENE

25.3K 1.3K 160
                                    

Tawa Direnc mengudara, melihat tingkah lucu Iel dan Ara. Mereka tengah duduk diatas rerumputan taman beralaskan selembar kain yang membentang. Diatas terdapat bermacam - macam makanan rumahan yang dibuat sang buna.

Inilah liburan yang diharapkan seorang gadis canti yang sedang menghindari dari kejaran abangnya. Ara tertawa bebas menikmati indahnya sore bersama keluarganya. Menunggu senja yang hadir menghiasi langit membawa sejuta decakan kagum.

Iel tertawa keras setelaha berhasil menangkan adik kecilnya ini. Yang lain ikut merasakan kebahagian yang Ara rasakan. Para bodyguard pun tak kuasa menahan senyumnya kala melihat tawa cantik dari satu satunya putri tuan mereka.

"Abang, geli...." ucap Ara disela tawanya.

Ara berlari menuju abangnya berada setelah sebelumnya berhasil melepas lilitan tangan Iel dan Ansel. Aarav menangkap tubuh adiknya dengan sempurna. Ara menatap Aarav dengan sisa tawanya. "Capek?" Ara mengangguk mengiyakan, ia tak bohong jika dirinya merasa lelah sekarang.

Arsan yang duduk disamping Aarav membantu mengelap keringat yang membasahi pelipis adik perempuannya itu.

Bruk

"Astaga capek." keluh Iel seraya berbaring disamping Bara yang sedang mengunyak apel digenggamannya.

"Bau Iel." ucap Bara sembari menjauhkan tubuh Iel.

"Apaan, engga ya!" sentak Iel.

"Nggak sadar diri banget." tambah Ansel yang juga ikut terbaring dipangkuan Lia sembari menutup mata.

"Lo gak mandi." ucap Ansel santai.

"Heh!" Iel melotot mendengarnya.

"Ish ish ish, tak patut." ucap Ara meniru serial tv upin dan apin.

"Pantes adek dari tadi cium bau tak sedap." ucap Ara santai seraya membuka mulut saat ayahnya menyuapkan jeruk padanya, mengabaikan iel yang melotot.

"Ohh, bau ya...sini abang kasih tau bau itu gimana." ucap Iel sambil menyeringahi menatap adiknya itu. Ara mendekati ayahnya meminta perlindungan saat Iel mulai mendekat dengan tawa jahatnya.

"Ayah abang Iel bau..." Direnc tertawa seraya membalas pelukan putrinya.

Sore hari mereka habiskan dengan berbincang dan bencanda. Tawa mereka menjadi iringan yang indah di taman ini. Ara menatap dalam keluarganya yang tertawa karena ulah absurd Iel dan Ansel, walau Aarav dan Bara serta Direnc yang hanya tersenyum kecil.

Direnc menunduk merasa diperhatikan. Ara tersenyum tulus memandang wajah yang menurin padanya. "Makasih ayah-" Direnc menyerngit.

"Makasih karena ayah udah kasih kebahagian yang akan selalu adek ingat, sampai adek hilang dari bumi ini. Ayah adalah ayah terbaik dari seluruh ayah didunia ini. Ayah jangan merasa bersalah atas apa yang menimpa adek, karena ini sudah jalan yang Tuhan berikan." Ara memandang sendu sang ayah, menghiraukan suara tawa dari keluarganya.

"Kalaupun hari ini hari terakhir Ara didunia, Ara bakal bangga punya orang tua seperti ayah dan Buna, punya saudara seperti abang. Itu sudah cukup buat adek bahagia ayah, Ara mohon ayah jangan sedih jika suatu saat nanti terjadi sesuatu sama adek. Ayah hanya perlu ingat kalau adek sayang banget sama ayah, dan adek gak akan pergi kemanapun, adek selalu ada di hati ayah. Ara sayang ayah..." setetes air turun membasahi tanah. Ara mendongak mendapati rintik hujan yang turun dengan tak sabarnya.

"Ayo cepat ke mobil." ujar Bunanya seraya berlari ke mobil diseberang jalan. Abang-abangnya pun berlari dengan cepat mengikuti buna. Ara tersenyum lembut mantap ayahnya yang tergesa berjalan sembari menarik tangannya.

Bunda, dan para abangnya sudah berlarian ke seberang jalan meninggalkan ayahnya yang menggandengnya dengan terburu-buru. Diseberang sana, Aarav dan para abangnya menunggu dirinya dengan tatapan khawatir, bundanya sudah masuk dalam mobil karena rintik hujan semakin membesar. Ara memberikan senyuman menenangkan pada abangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang