Bab 29 Rasa Sayang

19K 1.1K 34
                                    

Ara menyandarkan tubuh di dada bidang sang ayah yang juga sedang sibuk menyuapi Ara makan malam. Seperti biasa keluarganya sudah berkumpul diruang rawat Ara.

"Aa!" Ara membuka mulut dan melahap suapan yang diberikan Direnc.

Sejak Direnc datang Ara tidak mau berjauhan dengan ayahnya. Ara sama sekali tidak mau ditinggal ayahnya, ia akan menangis jika ditinggal ayahnya. Tadi saja Direnc duduk disofa ruang rawat Ara dan Ara menangis, jadilah Direnc duduk di brankar bersama putrinya. Yang lain hanya geleng-geleng melihat tingkah laku absurd Ara.

Entahlah sejak Aslan menceritakan soal ayahnya siang tadi, ia menjadi merasa bersalah karena merepotkan ayahnya dan tidak mau berjauhan dengan sang ayah.

"Nempel banget sama ayah." cibir Iel yang duduk disofa dengan Arsan disampingnya.

"Biarin, wlek." ucap Ara sambil memeletkan lidah mengejek Iel.

"Dih, abang ambil nih ayah." ujar Iel menakut nakuti Ara.

"Ish, ga boleh!" pekik Ara yang langsung memeluk Direnc erat. Direnc terkekeh pelan, ia juga heran melihat tingkah putrinya.

"Hahaha..." Iel tertawa puas setelah menjahili sang adik.

"Puas banget jahilin adiknya." ucap Lia menatap Iel.

"Hehe, habis adek gemes banget pengen gigit." ucap Iel sambil memperagakan kegemasannya pada sang adik.

"Ga boleh gigit-gigit abang, jorok." timpal Ara yang masih berada didekapan ayahnya.

"Abang ga jorok ya." balas Iel.

"Abang jorok sana jauh-jauh." jail Ara yang menggoda Iel.

Iel memincing menatap Ara, "Oke, abang ambil ayah ya." balas Iel sambil tersenyum jail.

"Ih. no no no ga boleh!" pekik Ara. Direnc menghembuskan nafas pelan melihat tingkah anak-anaknya.

"Iel jangan berulah!" ucap datar Aarav membuat Iel cengar cengir dan kembali duduk ditempatnya semula.

"Bobok dulu yuk, udah malam princess." bujuk Direnc.

Ara menggeleng pelan. "No, adek ga ngantuk ayah."

"Adek kenapa hm?" tanya Direnc.

"Dari tadi gak mau lepas sama ayah." sambungnya.

"Enggapapa." balas Ara singkat.

"Kalo ada apa-apa bilang sama ayah ya." ucap Direnc lembut seraya mengelus surai hitam putrinya.

Ara mendongak menatap ayahnya yang juga menatapnya, ingatannya kembali pada masa lalu dimana teman-temannya mengejeknya jika ia tidak mamiliki ayah. Ia menangis kala itu dadanya terasa sesak kala mengingatnya. Berbagai cara ia menghilangkan ingatan itu tapi apalah dayanya ingatan itu bagaikan tinta diatas kertas yang sulit untuk dihilangkan.

Sekarang ayahnya berada dihadapannya, ayah yang selama ini ia harapkan kehadirannya, memeluknya kala ia bersedih, menjadi cinta pertamanya. Ayahnya yang sangat ia cintai, yang rela mengorbankan apapun demi dirinya. Walau ia baru bertemu tapi kasih sayang ayahnya tidak pernah main-main padanya karena ia merasakan kasih sayang yang melimpah yang diberikan ayahnya.

Setetes air mata lolos membasahi pipi cubby Ara. Direnc bingung melihat putrinya. Direnc memeluk hangat Ara, ia tahu jika putrinya butuh pelukan darinya.

"Ara sayang ayah." ucap lirih Ara. Direnc tersenyum haru mendengar ucapan gadis kecilnya.

"Ayah juga sayang Ara."

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang