Bab 6 Lelah

38.2K 1.7K 21
                                    

KICAUAN burung bergema menandakan matahari telah terbit. Ara mencoba membuka matanya, entah kenapa kelopak matanya terasa memberat. Kepalanya juga terasa berputar dan nafasnya terasa hangat. Ara mencoba bangun, tapi tubuhnya benar-benar lemas.

"Bi-Bibi." panggil lirih Ara. Kepala nya sangat sakit seperti ditusuk ribuan jarum.

"Bi-" suara Ara tercekat. Matanya memaksa tertutup, sampai Ara tak sadarkan diri.

Sedang di Mansion Abizard. Semua anggota keluarga sedang melakukan sarapan pagi. Hari minggu ini semua berkumpul untuk menikmati weekend bersama. Tetapi ada yang berbeda hari ini. Direnc merasa ada yang tidak beres. Entah apa itu. Perasaannya tak tenang. Direnc menatap satu persatu keluarganya. Menghela nafas pelan mencoba membuat dirinya tenang.

Mencoba tidak terlalu memperdulikan tetapi semakin tidak acuh kegelisahannya malah semakin menjadi. Tak sadar Direnc melamun. Sedetik kemudian ia menjatuhkan sendok makannya.

Semua orang menatap Direnc kaget dan bingung.

"Ada apa, mas?" tanya Lia khawatir.

"Huh? Tidak, tidak apa-apa."jawab Direnc ragu.

"Kau yakin?" tanya Razky.

"Entah kenapa aku merasa sangat gelisah."ujar Direnc.

Dering ponsel Direnc menyita perhatian. Direnc menyerngit kala sebuah nomer menghubunginya tanpa nama tertera pada layar ponselnya. Tidak menunggu lama ia  dengan ragu menerima panggilan itu.

"Halo?"

"Ya, saya sendiri"

"Apa? bagaimana bisa?" ucap Direnc dengan sorot khawatir sambil mengusap wajahnya kasar.

"Saya kesana sekarang." Direnc mengakhiri panggilan tersebut.

"Siapa mas?" tanya Lia pada suaminya. Direnc menatap istrinya dan yang lainnya.

"Ara sakit."ujar Direnc membuat semua orang kaget.

"Bagaimana bisa?" tanya Aslan khawatir.

"Ayah juga tidak tahu, ayah akan kesana untuk melihat kondisi Ara." ucap Direnc sembari bangkit dari duduknya.

"Kami ikut" ujar Aarav. Dibalas anggukan oleh Direnc.

"Ayo, kalian cepat bersiap." ucap Marzuq pada para cucunya. Dibalas anggukan oleh mereka.

📖

Keluarga Abizard sudah sampai dikediaman Alara. Tanpa harus repot mengetuk pintu. Marzuq langsung melegang masuk. Iel yang melihatnya hanya melongo.

"Kakek - kakek ga ada akhlak." ucap Iel pelan. Bisa mampus kalo kakeknya dengar.

"Tuan."sapa Bi Nira datang dengan menunduk.

"Dimana?" tanya Direnc tanpa basa- basi. Bi Nira yang peka pun langsung menjawab.

"Nona dikamarnya, tuan." jawab Bi Nira sambil mengikuti para tamunya berjalan kearah kamar Alara.

Suara pintu terbuka tidak membangunkan seorang gadis cantik yang tidur dengan selimut yang menutupi sampai ke lehernya. Direnc berjalan kearah putrinya. Wajah putrinya sangat pucat lengkat dengan keringat dingin didahi nya. Direnc duduk dipinggir kasur yang ditempati putrinya.

Direnc mengecup pelipis putrinya. Dia merasakan panas yang tinggi saat menciumnya. Tangannya mengecek dahi putrinya. Tidak bisa berbohong tatapan khawatir tercetak dengan jelas di wajahnya.

"Kenapa panas sekali?" tanya Direnc yang sedang mengelap keringat Ara.

"saya juga tidak terlalu tahu, tuan. Saat saya ingin membangunkan nona, nona sudah tidak sadarkan diri. Saya langsung menghubungi nyonya tapi nyonya tidak bisa dihubungi. Lalu saya menghubungi anda. Karena saking paniknya saya belum sempat memanggil dokter untuk mengecek kondisi nona, saya akan panggilkan sekarang."

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang