Bab 10 Mulai menerima

34.6K 1.7K 7
                                    

Hari ini adalah hari libur. Ara sedang menemani kakeknya yang sedang memberi makan ikan di kolam halaman belakang mansion. Tak terasa hampir dua minggu lebih dirinya tinggal di mansion ini. Ara sudah tidak terlalu canggung dan ragu kepada keluarga nya.

Masih dengan piyama tidur bercorak teddy bear Ara bejongkok disamping kolam. Memperhatikan ikan-ikan yang berenang bebas didalam air.

"Kakek."panggil Ara. Kakeknya yang sedang melihat burung kesayangannya, menoleh ke samping dimana cucu perempuannya berada. Kakeknya memang pecinta binatang, tak heran banyak binatang di belakang mansion.

"hm, kanapa princess?"tanya Marzuq yang kembali sibuk memandikan burungnya.

"Ara mau juga pelihara binatang."ucap Ara pada sang kakek dengan masih berjongkok, tangan nya memainkan air kolam ikan itu .

"Memang Ara mau pelihara apa?" tanya kakek penasaran.

"Kucing?" Ara mengalihkan pandangannya pada kakeknya

"ehmmm, kucing?" ujar kakeknya sedang berpikir.

"Nanti kita cari kucingnya, ya."ucap enteng kakeknya, membuat Ara memekik senang.

"Yey, terima kasih kakek. Adek sayang kakek banyak - banyak." Ara bangun dari posisinya lalu memeluk kakek nya erat dengan senyum sumringah.

"Sama-sama, princess."jawab kakek sambil membalas pelukan cucunya.

"ADEK! Ayo mandi dulu,nak." teriakan Lia menggelegar dari dalam mansion.

"IYA , BUNA!" Marzuq menghela nafas mendengar teriakan cucu dan menantunya.

"Sana ke buna dulu, setelah itu main lagi." ujar Marzuq pada Ara sambil melepas pelukannya. Dibalas anggukan cepat Ara. Ara berlari memasuki mansion.

Ara memang memanggil Lia dengan 'Buna' awalnya mereka bingung kenapa Ara memanggil 'Buna.'

"Buna?"

"em."dibalas anggukan cepat oleh Ara .

"Ara udah punya Bunda, jadi Ara panggil Bunda Lia 'Buna' boleh?" Mereka tersenyum mendengar perkataan Ara. Bukankan artinya Ara sudah sepenuhnya menerima kehadiran mereka.

"Boleh sayang." ucap Lia dengan senyumnya.

"adek, jangan lari, nak." tegur Razky ketika melihat Ara berlari ke arah tangga lantai dua. Jika kamar milik pada anak anak dilantai tiga tapi untuk para orang tua berada dilantai dua.

"Iya daddy." jawab Ara yang masih berlari menaiki tangga. Razky menghela nafas melihat perilaku keponakannya yang ia anggap layaknya putrinya sendiri.

Ara memasuki kamar Ayah dan buna nya yang terbuka lebar. Ara berjalan ke arah ayahnya yang sedang duduk di balkon kamar dengan handphone yang menempel ditelinganya.

Dengan tubuh lunglai Ara duduk dipangkuan ayahnya dengan menghadap sang ayah. Direnc dengan sigap melingkarkan tangannya ke punggung sang putri, takut jika putrinya nanti jatuh ke belakang. Kan ga lucu?:D.

Ara menaruh kepalanya dibahu ayahnya. Capek, karena lari tadi. Direnc mengecup kepala Ara.

"Ya. Nanti sekretaris saya akan menghubungi anda."ujar Direnc sebelum mengakhiri panggilan, lalu menaruh ponselnya nya dimeja.

"Buna mana?"tanya Ara.

"Ayah ga tau, mungkin buna di dapur." jawab Direnc. Ara menegakkan tubuhnya menatap sang Ayah.

"Ish, adek udah capek-capek lari ke sini, buna malah didapur." bibir Ara mengerucut lucu.

"Lari?" tanya Direnc seraya mengangkat sebelah alisnya. Ara meringis melihat tatapan memincing dan tajam ayahnya.

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang