Bab 27 Pukulan Bara

21.8K 1.1K 66
                                    

Di siang hari ini, Ara tengah duduk di taman rumah sakit ditemani Bara yang juga duduk disampingnya. Ara menyender di bahu lebar abangnya, dengan lembut Bara mengelus lembut rambut Ara sesekali mengecup pelipis adik perempuannya.


"Abang." panggil Ara.

"hm"

"Mau itu." Ara menunjuk anak kecil yang membawa es krim ditangannya.

"Gak boleh, dek." ucap halus Bara.

"Tapi pengen." ucap Ara memelas.

"Nanti kalo udah sembuh." ucap Bara tegas. Ara mengerucut sebal.

Bara menghembuskan nafas. "Masuk yuk, mau hujan." ajak Bara.

"Masih mau disini abang." rengek Ara.


"Adek belum makan, ini juga waktunya minum obat, ayo!" Bara langsung menggendong Ara didepan dengan tangan satunya menggenggam infus.

Ara menenggelamkan wajahnya dileher Bara. Sampai di lorong ruangan Ara, dahi Bara berkerut melihat beberapa orang yang ia kenali tengah berdiri didepan ruangan adiknya.

"Woy, Bar!" panggil salah satu dari mereka.

"Dicariin juga, darimana lo?" tanya Bobi.

"Taman." jawab Bara singkat.

"Ngapain?" tanya Bara heran melihat keberadaan dengan para kawannya dengan tampang datarnya.

"Jenguk dede gemes dong." Bara memutar bola mata malas mendengar ucapan Zidan.

Ara yang mendengar kebisingan menegakkan tubuhnya menatap sekelilingnya, ternyata sahabat abangnya yang datang dengan beramai-ramai.

"Halo, dede gemes." sapa Kendrik sambil melambaikan tangannya.

"Hai juga abang-abang." sapa balik Ara menampilkan senyum manisnya.

"Cantik banget sih." ucap Zidan yang dihadiahi jitakan keras oleh Ansel.

"Gausah macem-macem lo." ancam Ansel.

"Abang." panggil Ara pada Iel yang sedari tadi diam menatap Ara. Rasa bersalah masih menghinggap di hatinya.

"Ya?" Iel tersentak dari lamunannya.

Ara merentangkan tangannya ke arah Iel, dengan sigap Iel menghampiri sang adik dengan senyum merekah diwajahnya, lalu menggendong adik perempuan kesayangannya yang begitu ringan.

"Kangen?" tanya Iel sambil mengecup wajah menggemaskan adiknya.

"Xixixixi  geli." yang lain pun ikut tersenyum melihat Ara tertawa.

"Adek rindu abang."ucap Ara sambil mengeratkan pelukannya pada abangnya ini.

"Masuk dulu." ujar Bara membuka pintu.

"Yoi lah, capek berdiri terus." ucap Ardi berlalu masuk dahulu.

"Ck, bocah." gerutu Revano pelan.

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang