Bab 48 Diluar Ekspetasi

13.2K 971 59
                                    

Setelah berakhirnya kekonyolan Bobi. Kali ini mereka benar-benar bingung melihat Ara yang tak kunjung memberhentikan tangisannya.

"Adek kenapa bang?" tanya Ansel heran.

"Jatuh di tangga." Semua sontak kaget mendengarnya.

"Kok bisa?" tanya Fahri salah satu anggota Tranos yang masih duduk di kelas 10.

Bara hanya menggeleng pelan. "Duduk dulu ya, abang obatin kakinya?" tanya Bara lembut, menunduk menatap Ara yang menyembunyikan wajahnya di dada Bara.

Dengan pelan Bara mendudukkan Ara di kursi tadi. Ara sedikit meringis merasakan ngilu dikakinya. Ara sudah ingin menangis lagi saat merasakan sakit, Bara yang paham mencoba menenangkan Ara. Iel mengerjabkan mata menatap wajah adiknya yang memerah, mungkin efek menangis dan kesakitan, tapi itu membuat Ara semakin imut dibuatnya.

"Sakitt, hiks." rengek Ara takut, Ara tidak bisa menggerakkan kakinya karena ngilu walaupun digerakkan sedikit.

"Kayaknya keseleo deh." ucap Revano berjongkok disamping Bara yang juga berjongkok didepan Ara. Bara mengangguk mengiyakan.

"Tolong mintain minyak ke Bi Rat!" titah Algav, Ken sontak berjalan mengambil apa yang Algav suruh.

"Kenapa atuh, kok pake minyak segala?" tanya Bi Rat yang menghampiri Bara diikuti Ken di depannya.

"Keseleo bik!" jawab Zidan keras.

Plak

"Jangan teriak bangke!" ucap Ardi ngegas sambil menggosok telingannya yang berdengung.

"Ck, diem." sontak mereka diam mendengar ucapan tegas Algav.

"Sini biar Bibi bantu, kasian enengnya." Bi Rat mendudukkan dirinya disebelah Ara.

"Kakinya taroh disini, nak." Ara mengerjab pelan saat Bi Rat menepuk pahanya.

Ara menunduk menatap Bara dengan ragu, Bara tersenyum kecil melihatnya. Adiknya pasti merasa tidak nyaman saat melakukannya, apalagi pada yang lebih tua. Bara melepaskan jaket kebanggaannya, lalu meletakkannya dipaha Ara yang masih memakai rok sekolah.

Mengecup lembut pelipis Ara, "Gapapa, biar cepat sembuh kakinya." ucap Bara sambil mengelus rambut adiknya. "Abang bantu." Bara membantu Ara meletakkan kakinya setelah melepas sepatu dan kaos kakinya.

"Jangan sungkan ya, biar bibi obatin supaya cepet sembuh." Ara hanya mengangguk mengiyakan.

Setelahnya Bibi mengoleskan minyak urut ke pergelangan kaki Ara. Seketika Ara memejamkan mata dan menggigit bibirnya kuat saat merasakan sakit yang teramat saat Bi Rat mengurut bagian kai Ara yang sakit.

"Hey, jangan digigit bibirnya." ucap Bara kaget sambil menyentuh bibir bawah Ara.

"Jangan digigit nanti berdarah." ujar Bara setelah Ara melepaskannya. Bara membawa Ara kepelukannya, agar adiknya tenang. Iel dan Ansel sedikit Iri melihatanya.

"Sakitt." rintih Ara disela pijatan.

"Iya, sabar ya bentar lagi selesai." bujuk Bara.

"Nah sudah, jangan dibuat jalan dulu ya, tunggu sampai gak terlalu sakit kalo dibuat gerak." Bara mengangguk mengerti.

"Makasih Bi Rat." ucap Bara.

"Makasih Bibi." ucap Ara pelan, menatap polos Bi Rat.

"Sama atuh, bibi teh masuk dulu yak." Setelahnya Bibi kembali masuk kedalam.

"Masih sakit?" tanya Bara, sambil mengambil tisu dimeja.

"Masih, tapi gak sesakit tadi." jawab Ara lirih. Ara mengerjabkan mata pelan kala Bara mengusap air mata dan ingusnya dengan tisu. Yang lain hanya diam menatap mereka berdua.

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang