Bab 37 Sebab

13.6K 860 38
                                    

Brakk

"Ara!" Suara gebrakan pintu membuat beberapa orang yang berada dalam ruangan berjengkit kaget. Iel dan Ansel menatap wanita yang membuka pintu, sedetik kemudian wajah mereka terlihat datar.

Wanita itu dengan cepat menghampiri brankar yang ditempati Ara. Tangis nya sedari tadi tidak reda. Cana merasa gagal menjadi seorang ibu, disaat putrinya sakit dan membutuhkan dirinya, Ia malah pergi tanpa tahu keadaan sang anak.

Cana membelai pipi Ara yang terlihat tirus, "Maaf sayang." Cana memeluk Ara dengan tangis yang berderai.

Ia benar-benar merasa tidak berguna menjadi seorang ibu. Cana sudah tahu mengenai kecelakaan dimana putrinya yang menjadi korban, itupun jika diberitahu Javas, ayahnya. Memang beberapa bulan yang lalu Cana ikut sang suami untuk mengurus bisnis nya di luar negri. Ia baru saja menginjakkan kakinya di tanah air beberapa hari yang lalu, Cana juga berencana akan ke mansion Abizard untuk memberikan oleh-oleh yang ia bawa untuk putrinya.

Saat telah sampai di mansion Abizard ia dikejutkan saat seorang pelayan memberitahunya jika putrinya berada di rumah sakit. Dengan perasaan kalut Cana bergegas menuju tempat dimana putri berada. Dan sekarang ia berada disini, dihadapan putrinya yang sedang memejamkan mata dengan alat-alat yang menopang hidupnya. Hatinya terasa teriris melihat kondisi putrinya. Bagaimana pun ia seorang ibu, ibu kandung Ara ia yang melahirkan Ara di dunia ini tanpa di dampingi siapapun.

Cana terkekeh miris, mungkinkan putrinya membencinya? Itu sangat mungkin. Cana tahu dirinya egois meninggalkan Ara tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Tanpa tahu bagaimana perasaan anaknya. Dan sekarang Cana sangat menyesal, hanya demi kebahagiaan dirinya sendiri ia melupakan putrinya, putrinya yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang.

Memang penyesalan selalu berada di belakang. Dan sekarang ia merasakan hal itu. Bisakah ia menebus kesalahannya pada putrinya? Bahkan ketika putrinya koma ia tidak tahu. Begitu memalukannya julukan ibu yang disematkan pada dirinya, yang bahkan ia tidak mengetahui kondisi anaknya.

Aydan berdiri menatap sang istri yang tengah menangis, ia langsung menyusul istrinya kala tangan kanannya memberitahu jika Cana di rumah sakit, Ayadan yang terlewat khawatir langsung menemui Cana, ia takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Aydan berjalan masuk ke ruangan Ara. Menatap Ara, dirinya masih ingat saat ia menghabiskan waktu bersama. Dimana Ara yang memanggilnya papi itu adalah hal yang membahagiakan, ia sudah lama mendamba seorang anak perempuan tapi Tuhan berkehendak lain, istri nya menghembuskan nafas terakhir karena kecelakan, meninggalkan dirinya dan sang putra. Alangkah senangnya saat Cana memberitahu ia memiliki seorang anak perempuan, ia berharap bisa dekat dengan Ara tapi harapan itu pupus saat Direnc dan keluarganya membawa hak asuh Ara ke tangannya.

Aydan menghembuskan nafas pelan, ia menuju ke arah sang istri, membawa Cana kepelukannya. Cana yang mendapat pelukan itu, langsung menangis keras. Aydan memejamkan mata mendengar isakan pilu istrinya, ia membiarkan Cana untuk menumpahkan kesedihannya. Sedangkan Iel dan Ansel saling menatap bingung untuk melakukan apa. Di rasa Cana sudah tenang Aydan melepas pelukannya.

"Mas, putriku." ucap Cana lirih menatap suaminya.

Aydan mengangguk mengerti, "Berdoa ya supaya Ara cepat bangun." ujar Aydan menenangkan.

Aslan yang baru datang, menyerngit bingung kala melihat sepasang suami istri yang datang di ruangan adiknya.

"Tuan Dallas dan nyonya Dallas?" Mereka menoleh ke arah Aslan yang berdiri gagah dengan jas dokter yang melekat di tubuhnya. Iel dan Ansel pun ikut melirik abangnya.

"Ah, Dokter Aslan? Maaf saya datang tanpa memberitahu kalian." ujar Aydan.

Karena dasarnya sifat Aslan yang tegas dan humble, ia tidak mempermasalahkan apapun ia mempersilahkan keduanya untuk berkunjung.

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang