Bab 51 Runtuh

18.3K 1.1K 84
                                    

Direnc menegakkan badannya kala teriakan memanggil nama putrinya terdengar. Dadanya bergemuruh hebat. Tanpa berkata sepatah kata pun, Direnc langsung bergegas mematikan laptop dan berjalan cepat keluar kamar, untunglah ia belum berganti pakaian dengan piyama tidur. Kemeja kerja masih melekat ditubuhnya.


"Mas, mau kemana?" tanya Lia yang mengejar langkah Direnc. Tujuan Direnc hanya satu, Mansion Dallas.

"Mansion Dallas, Ara tadi menghubungiku." Lia sedikit kaget, tak lama ia bersyukur dalam hati. Ia akan menemani suaminya kali ini.

Saat berjalan keluar mereka beetepatan dengan Bara, Ansel dan Iel yang baru saja pulang dari sekolahnya. Lia segera menjelaskan apa yang terjadi hingga Bara dan yang lain memutuskan untuk ikut kecuali Ansel, karena mansion tak ada orang hanya pelayan dan bodyguard sementara Daddy dan Mommynya sedang menghadiri suatu acara.

Mereka bergegas memasuki mobil dan melaju menuju tempat tujuan. Sesampainya di halaman mansion mereka segera keluar dari mobil. Menuju pintu utama, tepat ketika Cana turun dari lift. Cana menghampiri mereka.

"Kalian datang? Mari sialahkan duduk." ramah Cana.

"Bisakah langsung menemui Ara?" tanya Direnc tanapa basa-basi. Cana terbengong mendengarnya.

"Tentu, biar salah satu pelayan kami yang mengantar, karena saya harus mengambil sesuatu didapur." Direnc hanya mengangguk saja, dan mengikuti salah satu pelayan yang diutus Cana dengan raut cemasnya.

Direnc memasuki kamar Ara yang ramai oleh keluarganya. Semua menoleh ketika Direnc datang, lalu mempersilahkan masuk. Direnc menatap putrinya yang sedang diperiksa dokter dengan sendu. Dokter berjalan mundur setelah menyelesaikan pekerjaannya. Direnc mendekat ke arah Ara.

"Ayah disini, princess." ucap Direnc parau. Ara membuka sedikit matanya.

"Ayah, hiks." seketika tangisan Ara terdengar. Direnc memeluk putrinya dengan sayang. Memberi beberapa kecukan di pucuk kepala putrinya.

"Kenapa sakit, hm?" semua mengalihkan pandangan saat tangisan Ara semakin terdengar pilu, seakan batinnya benar-benar tengah kesakitan.

"Kenapa nangis, hm. Ayah disini." ucap Direnc menenangkan seraya mengusap surai hitam putrinya.

"Kenapa baru sekarang. Adek nunggu yah lama." adu Ara dengan tangisannya.

"Maaf, maafin ayah."

"Adek capek, Ayah." Direnc terdiam membisu mendengar nada putus asa dari mulut anak perempuannya.

"Capek? Adek mau istirahat lagi?" Direnc mencoba menyingkirkan pikiran negatif di kepalanya.

"Kenapa, hiks? Kenapa susah buat adek bahagia, hiks?" tanya Ara polos dengan sura terendam dalam pelukan Direnc walaupun masih terdengar jelas. Cana yang baru saja datang pun membeku mendengar peryataan Ara.

"Apa karena Ara anak haram?" Direnc mengepalkan tangannya seketika.

"Karena itu Tuhan hukum Ara?" tanya Ara polos.

"Ara capek, ayah. Ara benar-benar lelah." iujar lirih Ara seiring tubuhnya melemas.

"Kenapa?" lirih Ara.

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang