Setelah hampir satu minggu tidak masuk sekolah. Sekarang Ara sudah bersiap untuk sekolah kembali. Bibirnya sedari tadi menyunggingkan senyum bahagia. Ara menuruni tangga dengan tergesa-gesa seraya menjinjing tas ditangannya.
Aarav yang baru saja datang dari halaman belakang mansion sontak berlari menuju tangga dimana adiknya berada sebab ia khawatir jika adiknya jatuh, baru beberapa hari yang lalu adiknya pulang dari rumah sakit.
"ARA!" terlewat takut Aarav tidak sadar membentak Ara. Ara yang juga kaget tak sadar jika pijakan kakinya tidak seimbang.
Hap
Dadanya bergemuruh kala dirinya merasakan tubuhnya melayang ke bawah. Ara mendongak menatap abangnya yang menangkap tubuh Ara yang akan jatuh, wajahnya memerah dengan rahangnya mengeras karena marah. Ara menunduk takut.
"Suka? kamu suka bikin abang khawatir?" tanya Aarav dengan suara datar yang membuat Ara bertambah takut. Aarav melepas pelukannya, menatap adiknya tajam.
"A-abang." cicit Ara.
"Baru kemarin pulang dari rumah sakit, mau balik kesana lagi?" Ara balas menggeleng cepat, wajah cantik Ara tertutupi oleh rambut yang menjuntai ke bawah. Matanya berkaca-kaca sembari memilin jari tangannya, sungguh ia sangat takut sekarang.
"Ada apa ini?" tanya Direnc yang baru saja datang karena mendengar kegaduhan. Aarav hanya melirik sang ayah, lalu kembali menatap adiknya yang sedang menunduk takut.
"Adek mau jatuh dari tangga." peryataan Aarav membuat Direnc terkaget. Direnc langsung menghampiri putrinya, mengecek adakah luka yang menghiasi tubuh anak gadisnya itu.
"Ada yang sakit?" tanya Direnc khawatir. Ara yang melihat kekhawatiran ayahnya merasa bersalah, kenapa ia selalu menyulitkan orang lain.
"Maaf." lirih Ara, air matanya turun tanpa dicegah padahal ini hari pertamanya kembali sekolah setelah beberapa hari berada dirumah sakit, tapi karena kecerobohannya sepertinya keluarganya akan melarangnya sekolah untuk hari ini.
"Kenapa minta maaf, hm?" tanya Direnc halus, ia memebawa Ara kepelukannya. Aarav hanya menatap ayah dan adik perempuannya dengan tampang datarnya.
"Adek ceroboh ayah, hiks." kata Ara dengan tangis. Direnc menghela nafas pelan.
"Sstt sudah, lain kali jangan diulangi ya." kata Direnc menenangkan, Ara mengangguk dalam pelukan ayahnya. Direnc melerai pelukannya, ia mengusap air mata yang luruh dipipi merah putrinya. Direnc juga merapikan rambut Ara yang terlihat acak-acakan.
"Ayo ke bawah, adek belum sarapan kan?" Ara mengggeleng pelan. Direnc menggandeng Ara turun kebawah dengan Aarav yang mengikuti. Sepertinya Aarav masih marah.
"Kok lama banget?" tanya Iel saat melihat ayah, abang dan adiknya baru datang.
"Kenapa?" tanya Bara to the point melihat wajah sembab Ara.
"Loh, adek kenapa? bang Aarav jahilin adek ya?" tuduh Iel membuat Aarav mendengkus mengabaikan ucapan tidak bermutu adiknya itu.
"Nanti saja tanya nya, sarapan dulu ini sudah siang." lerai daddy. Semua duduk ditempatnya masing-masing dan memulai acara sarapan hari ini.
📖
Mobil yang ditumpangi Ara memasuki area sekolah, Iel sebagai pengemudi mobil keluar terlebih dahulu, tak lama ia juga membukakan pintu untuk adiknya. Iel menggenggam tangan mungil Ara, berjalan menghampiri Bara yang sudah menunggu. Bara datang lebih awal sebab menaiki motor.
"Belajar yang bener, kalo capek bilang sama abang." Ara mengangguk patuh mendengar petuah Iel yang senantiasa mengelus rambutnya. Mereka sudah berada didepan kelas Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARAYNA [ Tahap Revisi ]
Teen Fiction🚫[FOLLOW DULU SEBELUM BACA]🚫 🚫Beberapa part aku privat, jadi follow dulu.🚫 🚫Tidak mengizinkan adanya unsur plagiat barang sedikitpun🚫 ... Setitik air matanya terjatuh, dadanya sakit saat orang tersayangnya mengaaikan keberadaannya. Ara mengus...