Bab 38 Akhir dari Masalah

13.2K 898 12
                                    

Pria dengan setelan jas rapi itu terkekeh pelan. Ia sudah menduga jika ini akan terungkap dengan cepat, ia tidak pernah bisa meremehkan kekuasaan keluarga Abizard itu.


"Tetap awasi mereka, aku tidak sabar menunggu kematian mereka." ujar Vernon menyeringahi.

"Baik tuan."

Tok Tok Tok


Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian kedua manusia itu. Vernon memerintahkan sangvpelaku memasuki ruangannya. Vernon mengangkat sebelah alisnya saat melihat sebuah surat yang dibawa pelayan itu.

"Ada apa?" tanya Vernon.

"Seorang kurir mengantarkan surat ini tuan untuk anda." ucap pelayan lalu memberikan surat itu pada tuannya.

Setelah menyuruh pelayan dan assistantnya pergi, Vernon membuka surat di tangannya itu. Ia terkekeh pelan membaca deretan huruf yang tertata rapi di kertas tersebut.

Vernon memasuki sebuah gedung tua yang menjadi tempat bertemunya dengan sang pengirim surat. Matanya menangkap beberapa mobil yang terparkis di teras gedung. Ia menyeringahi, ia tidak bodoh untuk tidak membawa beberapa orang bersamanya.

Brak

"Ah, sambutan yang menyenangkan untuk peetemuan pertama kita-" ujar Vernon menatap seseorang di seberang sana.

"Tuan Direnc Ediz Abizard" Vernon menyeringahi penuh arti.


Direnc menatap Vernon, memang dirinyalah yang mengundang Vernon untuk datang ke tempat yang sudah ia tentukan. Bukan hanya dirinya yang datang tapi Razky dan para putranya pun menemaninya.

"Apa yang membuatmu mengundangku, sahabat?" Direnc hanya diam tidak menangggapi ucapan Vernon.

"Kau yang melakukannya?" tanya Direnc dengan tatapan tajamnya.

Vernon tertawa keras mendengarnya, "Jika iya, apa yang kau lakukan? Membunuhku?" jawab Vernon dengan nada meremehkan.

"Bajingan!" umpat Aarav yang sudah dikuasai Amarah.

"Beraninya kau menyentuh adikku." geram Aarav.

"Tidak terima?" ujar Vernon.

"Dia membunuh istri ku, jadi jangan salahkan aku jika adikmu itu mati." ujar Vernon santai.

"SIALAN!!" kemarhan Aarav membuncah. Bukan hanya Aarav saudaranya yang kain pun menahan diri untuk tidak membunuh pria itu.

"Sudah ku katakan berjuta kali, bukan aku pelakuanya." ujar Direnc dengan suara rendahnya.

"Kau memiliki bukti?" tanya Vernon.

Arsan maju mendekati Vernon, ia melemparkan berkas ke arah Vernon tanpa harus berperilaku sopan pada orang yang mencelakai sang adik.

Vernon membuka berkas itu dengan wajah bingungnya. Kerutan kaget tercetak jelas di wajahnya membuat Direnc tersenyum mengejek.

"Aku tidak pernah bohong, tuan Albison."

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang