DIRENC terdiam cukup lama saat merasakan hatinya tidak tenang seperti sesuatu akan menimpanya, tapi entahlah ia juga tidak mengerti. Lia yang melihatnya juga terheran saat suaminya seperti mempunyai banyak beban pikiran sehingga hanya berdiam diri dikamar setelah kepulangannya dari kantor tadi.
"Kamu kenapa, mas?" tanya Lia. Direnc menoleh sekilas pada istrinya lalu menggeleng pelan.
"Mau aku buatin kopi?" tanya Lia sambil beranjak dari duduknya setelah mendapat anggukan dari Direnc.
Direnc menghela nafas pelan, lalu bangkit dari duduknya menuju balkon kamarnya. Matanya menatap jauh kedepan dengan tangan menopang di pagar batas balkon.
Bohong, jika ia berkata tidak merindukan putrinya. Dalam hatinya, tak hentinya Direnc memikirkan putrinya. Apakah putrinya sudah makan? bagaimana kabar putrinya hari ini? Direnc pernah iri melihat kolega bisnis nya yang membawa anaknya saat pertemuan bisnis di salah satu restoran. Ingin juga dirinya berlaku sama. Membawa putrinya berkeliling kota atau pun negara. Mengajarkan sesuatu yang belum putrinya dapatkan.
Bercanda dengan putrinya. Tertawa tanpa tahu apa yang terjadi esok hari. Bukankah itu keinginan semua orang? Dan ia salah satunya. Bergiliran masalah datang menerpa, kadang Direnc ingin egois dengan membawa Ara dan keluarganya jauh dari mereka. Yang ingin memisahkannya dengan sumber kebahagiannya.
Direnc memjamkan mata saat hidungnya mencium aroma kopi yang menenangkan. "Ini mas." ucap Lia sambil memberikan kopi buatannya. Direnc menerimanya sambil berterima kasih pada sang istri.
"Aarav belum pulang?" tanya Direnc. Lia menundukkan kepala mengingat putra pertamanya itu.
Lia menggeleng pulang. "Belum." Aarav memang pergi keluar negri menghampiri sang kakek. Sepertinya ia butuh menenagkan hatinya. Aslan pun sama, ia lebih suka menghabiskan waktunya di rumah sakit. Bahkan Aslan bisa sampai tidak pulang ke mansion.
"Aku ke bawah dulu." pamit Lia, lalu melegang pergi saat sudah mendapat persetujuan sang suami.
Direnc memijat pangkal hidungnya. Keluarga kembali kacau setelah putrinya meninggalkan mansion ini.
📖
Makan malam berjalan dengan tenang seperti biasa, walau tidak sepenuhnya anggota keluaraga berkumpul. Kecuali Aarav dan Arsan yang pergi karena urusan bisnisnya. Dentingan sendok menjadi irama di meja makan ini.
"Ke ruang tengah!" titah Direnc setelah melihat semua telah selesai dengan acara makannya.
Seperti malam-malam yang lain. Dimana mereka selalu membicarakan suatu hal yang patut dibicarakan saat berkumpul. Iel kembali teringat akan kejadian di sekolah, ketika Revano membeberkan jika adik perempuannya sedang sakit. Iel berkeinginan untuk memberitahu sang ayah.
"Yah!" panggil Iel pada Direnc yang sedang berdiskusi dengan Razky.
Mereka menoleh serempak. "Tadi Iel dengar, adek sakit." ujar Iel. Terlihat guratan kaget ketara pada wajah anggota keluarga kecuali Bara, Ansel dan tentunya dirinya sendiri.
"Sakit?" tanya Lia spontan.
Iel mengangguk pelan. "Kemarin adek jatuh dari tangga sekolah, bang Bara yang liat dan tolong." jelas Iel singkat.
"Astaga, kok bisa!" desah frustasi Lika.
"Kamu tahu sendiri kalo Ara itu lincah." balas Razky.
"Ck, tadi adek gak masuk sekolah?" Iel menjawab dengan deheman.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARAYNA [ Tahap Revisi ]
Teen Fiction🚫[FOLLOW DULU SEBELUM BACA]🚫 🚫Beberapa part aku privat, jadi follow dulu.🚫 🚫Tidak mengizinkan adanya unsur plagiat barang sedikitpun🚫 ... Setitik air matanya terjatuh, dadanya sakit saat orang tersayangnya mengaaikan keberadaannya. Ara mengus...