"kenapa lama banget bangunnya, hm? abang kangen."
"Betah banget ya disana?, sampe lupa sama abang."
"Cepat bangun sayang, ayah sayang adek."
"Buna selalu tungguin adek bangun, sayang."
"Ayo bangun, dek!"
"Hah!" Ara membuka matanya cepat, nafasnya memburu. Matanya menyorot tajam ke atas. Dadanya naik turun seakan baru saja lari maraton.
"Adek?!" teriakan kaget mengalihkan perhatian Ara. Matanya menatap satu abangnya, kelegaan ketara sekali di wajah tampan abangnya.
"Ada yang sakit?" tanya Aslan hati-hati.
"Lemas." ucap lirih Ara. Aslan tersenyum lembut mendengarnya, suara ini yang sangat ia rindukan.
"Gapapa wajar kok, nanti abang kasih vitamin buat adek." ujar Aslan sambil mengelus rambut Ara.
Aslan kembali memeriksa keadaan Ara, menyuntik cairan pada infus. "Istirahat dulu yah." ucap Aslan diangguki pelan Ara. Tak lama matanya terpejam.
Aslan mengecup pelipis Ara. "Makasih sudah bertahan untuk kami." ucap Aslan pelan.
Keluarganya bergegas ke rumah sakit sesudah Aslan memberitahu tentang Ara yang sudah siuman. Aslan yang sedang menggegam tangan mungil adiknya tersentak kaget saat pintu terbuka dengan kuat.
"Ck, pelan-pelan Iel." tegur Aslan. Iel tak bergeming, ia menatap Ara yang sedang tidur.
"Abang bohong ya, katanya adek udah bang-" ucapan Iel terhenti kala merasakan pundaknya terhantam sesuatu.
"Minggir." ucap Bara. Tanpa rasa bersalah Bara meneruskan langkahnya ke arah brankar Ara.
"Adek udah bangun, tadi abang kasih obat tidur supaya istirahat." jelas Aslan.
"Kapan bangun?" tanya Bara.
Aslan melihat jam tangannya."satu jam lagi." Bara mengangguk mengerti.
"Abang keluar dulu ada pasien, kalian jagain adek dulu." ucap Aslan sambil berjalan keluar setelah sebelumnya menepuk pelan pundak Iel.
"Kebiasaan." gerutu Iel. Iel melangkahkan kakinya menuju dimana sanva dik berada.
"Akhirnya kamu bangun juga." ucap Iel pelan.
Brakk
"ADEK." teriakan membahana membuat Iel tersentak kaget serta Bara yang hanya menatap pelaku dengan tampang datarnya.
"sshhh, adek lagi tidur yah, dad, bang." ucap Iel kesal.
"Tidur?" tanya daddy.
"Iya, tadi sempat bangun, terus di kasih obat tidur sama bang Aslan supaya adek istirahat." Direnc menghela nafas lega, hampir tiga bulan lamanya putrinya tak kunjung membuka mata dan sekarang ia sangtan bersyukur saat putrinya bangun dari komanya.
"Kamu udah kasih tau Bunda sama Mommy?" tanya Daddy. Direnc melangkah menuju putrinya.
"Udah, masih Arisan kali." ucap asal Iel yang membaringkan tubuhnya ke sofa dengan pakaina sekolah yang masih merekat. Tadinya ia masih sekolah tapi abangnya itu menghubunginya jika princessnya telah sadar dengan tergesa-gesa ia meninggalkan sekolah. Bara pun juga melakukan hal yang sama.
"Ara?!!" teriakan itu membuat Iel mendengkus.
"Adek mana?" tanya Bundanya khawatir.
"Masih tidur bun." jawab Iel malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARAYNA [ Tahap Revisi ]
Teen Fiction🚫[FOLLOW DULU SEBELUM BACA]🚫 🚫Beberapa part aku privat, jadi follow dulu.🚫 🚫Tidak mengizinkan adanya unsur plagiat barang sedikitpun🚫 ... Setitik air matanya terjatuh, dadanya sakit saat orang tersayangnya mengaaikan keberadaannya. Ara mengus...