Bab 35 Memejam

16K 1K 43
                                    

Beberapa menit sebelum kejadian.

Di ruang keluarga...

Seperti biasa setelah makan malam semua anggota keluarga akan berkumpul untuk berbincang santai, kecuali Ara yang tadi meminta izin untuk ke kamarnya terlebih dahulu.

"Engga ah, gamau." ucap Iel memberontak perintah sang ayah.

"Belajar pelan-pelan, Niel." ucap Lia.

"Iel mau focus sama adek dulu, gamau kerja."

"Alesan." timpal Ansel yang asik dengan ponsel. Iel menatap tajam sepupunya itu.

"Ansel taruh dulu itu hp nya." titah sang mommy.

Ansel berdecak, menaruh ponselnya di meja.

"Yasudah kalau tidak mau, ayah tidak akan memaksa, ayah cuma mau kamu belajar bertanggung jawab." kata Direnc tegas menatap sang putra.

"Nanti, yah." ucap Iel malas.

"Bang Bara kenapa juga gak disuruh?" sewot Iel.

"udah pernah." ucap singkat Bara.

"Kapan kok Iel gak tahu?!" kaget Iel.

"1 bulan yang lalu kalo tidak salah." Daddy menjawab pertanyaan Iel.

"Kenapa gak bilang?" tanya Iel.

"Dih, daddy udah pernah bilang ya." timpal Ansel.

"Masa sih?" bingung Iel, mengacak rambutnya.

Keluarga Abizard memang mengharuskan keturunan laki-laki agar belajar tentang bisnis, walaupun profesi mereka nantinya berbeda. Bara dan Ansel sebelumnya sudah berkutat dengan berkas-berkas. Hanya Iel yang belum mau belajar.

"Sudah, tidak usah dipikirkan." tegas Direnc.

"Adek sudah tidur?" tanya Arsan yang datang dari dapur dengan segelas air putih ditangannya.

"Sudah kayaknua, tadi Bunda anterin susu buat adek."Arsan mengangguk paham.

Setelah nya mereka kembali berbincang membahas banyak hal, entah tentang sekolah atau pun kantor, atau hal random lainnya. Kebersamaan adalah hal yanv terpenting, itu prinsip mereka.

Waktu semakin larut, Direnc mengecek jam di tangannya. "Sudah malam, waktunya tidur."Ucap Direnc.

Mereka hendak bangkit dari kursi, sebelum suara pecahan kaca dan sebuah teriakan mengagetkan mereka.

Prang

Pyar

"Aaargh."

DEG

Jantung Direnc seakan berhenti mendengar teriakan anak perempuannya. Dengan tergesa ia berlari menuju kamar dimana sang putri berada diikuti anggota keluarga yanh lain. Mereka tak kalah kagetnya mendengar suara itu.

Direnc membuka pintu kamar Ara cepat. Hatinya seakan diremas saat melihat tubuh putrinya tergeletak tidak berdaya diatas lantai marmer kamarnya. Kaca-Kaca berserakan dimana-mana, beberapa serpihan menancap di kulit putrinya.

Kakinya melangkah cepat mengampiri Ara dengan cepat, berjongkok membawa kepala Ara yang dipenuhi cairan merah kepangkuannya. Ara tidak sadar, membuat semua orang panik.

Aarav berteriak heboh memarahi semua bodyguard yang berjaga. Bunda dan mommy sudah menangis histeris melihat keadaan putri mereka. Bara mengepalkan tangannya erat menahan ketakutan yang ada di hatinya. Arsan dengan segera berlari menyiapkan mobil. Iel menangis menatap adiknya. Ansel berjalan keluar membantu sang kakak. Daddy menenangkan Aarav yang dilanda amarah besar.

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang