Bab 9 Menyesuaikan Diri

33.8K 1.7K 13
                                    

ARA meyerngit bingung menatap bangunan megah didepannya. Ara tidak sadar jika Aarav sudah keluar mobil karena sibuk memperhatikan bangunan tersebut. Halaman yang begitu luas ditengah halaman terdapat sebuah kolam lengkap dengan air mancur yang mengalir. Di depan sana, ada beberapa orang yang berdiri tegak disamoing pintu lebar yang terbuka.

"Ayo!" ajak Aarav. Ara menoleh kearah pintu mobil disampingnya yang telah dibukakan oleh Aarav. Ara keluar dengan berpegang tangan Aarav yang mengadah padanya. Aarav menggenggam tangan Ara saat masuk mansion didepannya.

"Ini dimana,kak?" tanya bingung Ara. Aarav menghentikan langkahnya, sontak Ara pun ikut berhenti.

"Abang." ujar Aarav.

"Huh?"tanya Ara menggemaskan. Aarav menyentuh pipi cubby adiknya dan mengelusnya pelan.

"Panggil abang!"perintah Aarav. Barulah Ara mengangguk mengerti, lalu tersenyum.

"iya, abang." Aarav tersenyum mendengar suara adik perempuannya memanggilnya dengan sebutan itu.

Aarav mengecup kening adiknya pelan. Lalu mengajak masuk kedalam mansion itu. Banyak pelayan yang berjejer saat Ara dan Aarav melangkahkan kakinya masuk. Para pelayan menunduk melihat kehadiran tuannya. Aarav berjalan dengan penuh wibawa dengan sorot mata dingin, tak ada senyum yang terpasang di wajahnya.

Ara tersenyum kearah pelayan lalu juga menundukkan kepalanya pelan. Aarav memperhatikan perilaku Ara yang membuat nya tersenyum geli.

"Tak perlu ikut menunduk, sayang." ucapnya pada sang adik.

"Tapi-" sanggah Ara.

"Cukup lakukan!" ujar tegas Aarav, membuat Ara menciut, lalu mengangguk pelan.

Aarav membawa Ara ke ruang keluarga. Anggota keluarga sudah menunggu kedatang mereka berdua. Senyum bahagia tercetak jelas diwajah mereka saat Aarav datang dengan Ara mengekor dibelakangnya, jangan lupakan tangannya yang masih digenggam abangnya.

"Akhirnya kalian datang." sapa Marzuq pada kedua cucunya.

"hm."balas Aarav. Ara benar- benar bingung kenapa Aarav membawanya kemari. Direnc menghampiri putrinya yang kebingungan.

"Ara baru pulang sekolah?" ucap Direnc basa - basi. Ara mengangguk menatap ayahnya.

Direnc menuntun putrinya untuk duduk disampingnya. "Ara tahu? kenapa abang bawa Ara kesini?" tanya Direnc. Dibalas gelengan pelan.

"Ara mau ga tinggal disini?" giliran Razky yang bertanya pada ponakannya. Ara hanya diam. Direnc menghela nafas pelan, dia akan mencoba membujuk putrinya.

"Princess, mansion ini adalh tempat tinggal ayah juga yang lain. Ara mau tinggal sama ayah?" ujar Direnc, tangan nya sibuk mengelus surai putrinya.

"Ayah tidak tega kalau Ara tinggal sendiri dirumah itu, nak. Ara mau kan?" sambungnya.

"Ada Bibi disana." jawab Ara.

"Ada Ayah kenapa harus sama Bibi." tanya Direnc. Dirinya sedikit cemburu pada sang anak yang lebih memilih sang pelayan.

"Karena Bibi yang temani Ara selama ini." ucap polos Ara membuat Direnc dan yang lain diam membatu. Tangan Direnc luruh mendengar perkataan polos putrinya.

"Sayang, memang dulu Ara ditemani Bibi kerena ayah tidak ada bukan? Sekarang ayah Ara sudah datang, sudah disini sama Ara. Ara ga mau sama ayah?"ujar Lia memberi pengertian pada sang putri.

"Harus?" tanya Ara.

"Ara ga mau?"tanya Aslan.

"Ara cuma-"Ara bingung menjelaskan kegundahan hatinya. Lia tersenyum hangat dia mengerti perasaan Ara, Ara masih ragu.

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang