Bab 33 Sebuah Misteri

15.1K 924 13
                                    

Ara membuka mata yang terasa berat karena menangis kemarin. Ara menoleh kesamping mendapati Aarav yang masih tidur dengan memeluk tubuhnya. Ara mencoba keluar dari pelukan abangnya. Bukanya terlepas pelukannya makin mengerat.

"Abang." rengek Ara memandang abang nya jengkel.

"Mau kemana, hm?" tanya Aarav dengan suara serak bangun tidur tanpa membuka mata. Aarav memang menemani adiknya tidur semalam karena Ara yang terus menangis. Kakeknya mungkin sudah berangkat kemarin malam menggunakan Jet pribadi milik keluarganya.

"Mau ke kamar mandi." ucap Ara pelan. Aarav melepas pelukannya lalu mendudukkan dirinya.

"Ayo abang antar." ajak Aarav.

"Cuma ke kamar mandi abang." ucap Ara kesal.

"Iya, ayo abang antar." kekeh Aarav.

"Ish." kesal Ara. Ara menghentakkan kakinya sambil mengerucutkan bibirnya. Aarav yang gemas langsung mengecup pipi bulat sang adik.

Ara menghabiskan waktunya dengan duduk di ayunan di taman belakang mansion. Matanya menerawang jauh, ia sangat rindu kakeknya.

Ditengah lamunannya Ara merasa ayunan yang ditempati bergerak, ia menoleh mendapati abang keduanya duduk disampingnya dengan pakaian santai karena hari ini libur dimana abangnya itu tidak bekerja.

"Kok sendirian?" tanya Aslan. Ara hanya membalas dengan gelengan pelan. Aslan menghela nafas.

Aslan membawa Ara bersandar didadanya, sambil mengelus rambut hitam legam adiknya. Ia tahu bahwa adiknya membutuhkan sandaran saat ini.

📖

Bara berada di warung dengan anggota Tranos yang lain, mereka tengah nongkrong disana. Menghabiskan waktu dengan berbincang, bercanda , ada juga yang tengah bermain game. Bara menatap kendaraan yang berlalu lalang tak jauh di tempat ia duduk. Disampingnya juga ada Algav yang juga menatap pemandangan yang sama.

"Ngopi ngapa ngopi." celetuk Ken.

"Traktir gue ngapa Ken, gue lagi bokek nih." ucap Ardi.

"Cielah, gue juga bangsul." jawab Ken.

"Uang jajan gue dipotong sama mami karena kemaren." sambung Ken sambil menyomot gorengan di depannya.

Kemarin geng Tranos tawuran dengan geng Mars, dengan masalah yang sama yaitu geng Mars yang selalu memancing kemarahan, entah apa tujuannya. Dan sialnya salah satu guru mengetahui jadilah mereka mendapat hukuman, salah satunya dengan memberi tahu kelakuan anggota geng Tranos pada orang tua masing-masing.

"Zidan mau mie dong, Bu Nar." ucap Zidan pada penjaga warung itu.

"Oke siap." jawab Bu Nar.

"Anjing!" teriak Iel yang fokus pada handphone nya.

"Ardi bego." umpat Iel pada Ardi yang kesal karena kalah memainkan game.

"Anjir, gimana sih lo." ujar Bobi yang ikutan kesal.

"Ya sorry." ucap santai Ardi seraya menaruh handphone.

"Bocah prik." ucap Ansel kesal.

"Oh iya, pelaku nya udah ketemu?" tanya Bobi membuat Iel mengeryitkan dahinya bingung.

"Pelaku apaan?" tanya Iel.

"Yang nabrak adek lo."

"Belum, kayaknya orang ini bukan sembarangan." ucap Ansel diangguki Iel.

"Gue juga ngerasa begitu." ujar Revano menatap lurus.

"Tapi apa tujuan nya?" sambungnya.

"Balas dendam?" ucapan Bara membuat semua tersentak kaget, seketika semua terdiam, hening.

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang