🚫Part ini bakalan panjang banget, dimohon untuk mangaktifkan sad music sebelum baca part ini.
📖
Ara merebahkan badannya dikasur empuk milik abang pertamanya, setelah beberapa menit lalu menggosok giginya sebelum terlelap di alam mimpi. Tangannya senantiasa bergerak dilayar ponsel milik Aarav, sedangkan pemiliknya sedang berada dikamar mandi untuk berganti pakaian.
Sampai saat ini Ara memang belum diizinkan memegang ponsel dalam artian dirinya belum diizinkan memiliki ponsel sendiri. Jadilah ia sering bermain diponsel abang-abangnya atau ayahnya. Jika ia bermain diponsel Buna atau mommynya, Ara akan selaku kesal saat notifikasi selalu muncul setiap detiknya, entah dari ibu-ibu arisan atau teman - temannya.
Ara tersenyum lebar, saat layar ponsel Aarav menunjukkan panggilan video call dari sang ayah dengan segera Ara memencet ikon warna hijau.
"Ayah!" teriak Ara memanggil ayahnya. Direnc tertawa diseberang sana.
"Ish, ayah kenapa gak angkat telefon adek." ucap Ara menatap layar ponsel yang menunjukkan wajah ayahnya dengan sebal.
"Maaf princess, ayah gak pegang ponsel tadi." ucap Direnc penuh sesal.
"Uhm, ayah sibuk ya?" Direnc mengangguk pelan, memandang putrinya dengan senyum hangat.
Disisi lain, Aarav baru saja keluar kamar mandi. Bibirnya mengukir senyuman melihat adiknya yang sangat antusias berbincang dengan sang ayah. Menceritakan semua hal yang menurutnya berkesan pada hari ini.
"--terus adek sedih karena ayah gak jemput-jemput adek di sekolah tadi." Direnc memejamkan mata saat mengingat dirinya memiliki janji dengan putrinya.
"Maaf ya, ayah lupa." sesal Direnc.
"Emm gapapa, tunggu ayah pulang, adek bakal ajak ayah main timezone." ucap Ara dengan senyum cerahnya. Direnc mengangguk pelan.
Aarav mendekat ke arah adiknya yang tidur dengan posisi tengkurap. Aarav duduk di sisi samping adiknya, setelah mengecup singkat pucuk kepala Ara. Lalu mengambil tabnya, mengecek pekerjaan kantor.
"Adek bobok sama abang?" tanya Direnc.
"Huum, abang minta, adek juga udah lama gak bobo sama abang." jawab Ara seraya mengucek matanya.
"Jangan dikucek sayang." peringat Direnc. Aarav yang mendengarnya langsung saja menahan tangan adiknya.
"Nanti sakit matanya." ujar Aarav.
Ara menguap dengan sigap Aarav menutup mulut kecil adiknya. "Ngantuk, hm?" tanya Aarav, Ara menggeleng pelan berusaha menahan kantuk yang menyerang karena rasa rindunya masih menyeruak pada sang ayah.
"Bobok dulu, nak. Besok bicara lagi sama ayah." ucap Direnc di seberang sana.
"Gamau." tolak Ara seraya menggeleng dengan mata tertutup.
"Yaudah gak usah dimatikan telfonnya, sambil adek baring dikasur, ayah temani dari sini." Ara melakukan perintah sang ayah, berbaring miring, meletakkan kepalanya dengan satu tangan Aarav yang menjadi bantalan, ponselnya ia genggam ditangan kanannya.
"Bobo ya besok ayah pulang, ayah bawakan banyak boneka nanti buat adek." ucap Direnc, tak lama Ara sudah berada dialam mimpi. Perlahan Aarav mengambil ponsenya digenggaman Ara dengan pelan.
"Jaga adiknya." titah tegas Direnc, yang langsung diangguki cepat oleh Aarav.
"Besok larang sekolah dulu kalo bangunnya siang, karena ini udah diluar jam tidurnya." ujar Direnc pada putranya seraya menatap jam dineing yang menunjukkan pukul sepuluh malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARAYNA [ Tahap Revisi ]
Ficção Adolescente🚫[FOLLOW DULU SEBELUM BACA]🚫 🚫Beberapa part aku privat, jadi follow dulu.🚫 🚫Tidak mengizinkan adanya unsur plagiat barang sedikitpun🚫 ... Setitik air matanya terjatuh, dadanya sakit saat orang tersayangnya mengaaikan keberadaannya. Ara mengus...