Bab 43 Tempat baru

13.5K 938 42
                                    

Ara menatap kamar bernuansa putih dan soft pink yang mulai hari ini akan menjadi kamarnya. Ara mendudukkan dirinya di kasur lembut. Menatap kaca transparan yang menampakkan pemandangan luar kamar.

Mulai hari ini sepertinya kehidupan Ara akan berubah, tak ada ucapan selamat pagi dari ayah, buna dan abang-abangnya. Ara tidak tahu apa yang terjadi sebelum ia terbangun dari komanya, kenapa tiba-tiba ayah menyuruhnya untuk tinggal bersama sang bunda tanpa persetujuannya. Apa ia membuat kesalahan?.

"Ara." Ara tersentak kecil, menoleh mendapati bundanya tersenyum lembut padanya.

"Turun yuk, makan siang dulu. Udah ditunggu sama yang lain." ajak Cana, Ara mengangguk lalu bangkit menuju meja makan.

Ara menatap interior mansion Dallas yang tak kalab mewah dari mansion Abizard walaupun begitu mansion Abizard tetaplah yang terbaik dengan segala kemegahan didalamnya. Ara meneliti meja makan yang sudah terisi penuh hanya menyisakan beberapa kursi. Ara menyerngit saat melihat orang-orang yang terasa asing baginya.

"Duduk sini sayang." Ara mendapati Opa-nya, Ara tersenyum cerah menatap Javas.

"Opa." sapa Ara. Ara berhambur kepelukan Javas yang disambut juga oleh opa-nya.

"Opa rindu cucu opa ini." Ara terkekeh pelan.

"Ara juga." Cana bernafas lega melihat putrinya tersenyum, ia sempat bersedih melihat wajah murung Ara tadinya.

Javas menyuruh Ara duduk di sebelahnya. Ara mengedarkan pandangannya menatap beberapa pasang mata yang juga menatapnya, Ara memasang senyum manisnya menyapa mereka yang dibalas hal yang sama.

Acara makan siang pun terjadi dengan keheningan. Sesudah makan malam Javas meminta semuanya berkumpul di ruang keluarga di mansion Dallas.

"Ara pasti bingung tentang siapa mereka?" tanya Javas. Ara mengangguk dengan raut polosnya, membuat yang lain tersenyum gemas.

"Dia kakak bunda, sayang. Abrisam Aguar, Om nya Ara." jelas Cana menunjuk seorang pria paruh baya.

"Om?" tanya Ara memastikan.

"No, panggil Papa." ucap pria yang ditunjuk Cana.

Ara tersenyum ragu. "Gapapa?"

"Tentu." Ara tersenyum mendengarnya.

"Iya, papa." Abrisam tersenyum hangat menatap Ara.

Sudah lama ia ingin bertemu keponakannya, akhirnya keinginannya terwujud hari ini. Dulunya memang ia tinggal di luar negri tepatnya di Belanda sambil mengurus bisnis keluarganya.

Cana menjelaskan lagi. Ara mulai paham, ada Avan kakak anak dari papi Aydan. Sedangkan papa Abrisam memiliki dua orang putra, ada Rey dan Jonathan.

"Hai, kenalin Jonathan." Jonathan mengulurkan tangan nya pada Ara dengan segera Ara menjabat tangan Jonathan.

"Aku Ara, emm?"

"Abang, panggil abang aja ya." ujar ramah Jonathan, Ara mengangguk antusias mendengarnya.

"Kamu gak mau kenalan sama kakak?" tanya Avan menatap intens gadis yang menjabat sebagai adiknya.

"Mau. Aku Ara, nama kakak, kak Avan kan?" Avan terkekeh mendengarnya.

"Good girl." Avan menepuk pelan kepala adiknya.

Rey mendekati Ara dan duduk di sebelahnya. "Panggil abang Rey." Ara mengangguk mengiyakan. Rey memeluk Ara, "Selamat datang, Queen."

Para orang tua tersenyum haru menatap anak-anak mereka. Semoga saja ini awal baik untuk mereka. Semoga.

📖

Aarav menatap berkas di maja kerjanya dengan keruh. Aarav mengambil pigura berisi foto Ara yang tengah tersenyum ceria, Aarav iku menyunggingkan bibirnya. Baru beberapa jam tapi ia sudah sangat merindukan sanga
adik. Hidupnya terasa sepi seperti ada suatu hal yang hilang.

Arsan memandang perkotaan dari jendela kantornya dengan tangan berada didalam saku celananya. Banyak kendaraan yang hilir mudik di luar sana. Arsan kembali mengingat saat-saat kebersamaannya dengan Ara yang menghangatkan hatinya. Arsan menghela nafas pelan.

Disisi lain, Bara tengah berada di basecamp bersama dua saudaranya yang lain. Temannya tengah bercoleteh ria. Bara hanya diam menatap kaleng minuman di tangannya dengan tatapan kosong. Ia tersenyum getir mengingat tangisan adiknya sebelum meninggalkan mansion. Bara mendekatkan kaleng minuman ke bibirnya, meneguknya hingga kandas dan melempar nya pada sampah dipojok ruangan.

Hal yang sama terjadi pada Iel dan Ansel yang melamun. Iel mengamati lekuk wajah adik perempuannya di layar ponsel, sesekali mengelus pelan ponselnya. Ansel membaringkan dirinya disofa dengan tangannya yang menutupi kedua matanya yang memerah.

Buna dan mommy duduk dengan tenang di taman belakang mansion. Biasanya siang hari seperti ini mereka akan menyiapkan camilan untuk Ara setelah pulang sekolah. Menemani Ara duduk di taman sambil berceloteh mencerikan kejadian di sekolahnya. "Buna rindu nak."

Direnc dan Razky sedang meeting. Razky menatap layar proyektor yang manampakkan saham perusahaan. Matanya fokus tapi hatinya tidak. Sedangkan Direnc lebih memilih memejamkan mata, bolehkan ia menyesali keputusannya? Dengan mengizinkan Ara tinggal dengan ibu kandungnya. "Ayah menyanyangi mu, princess. Maafkan ayah, nak." batin Direnc pilu.

📖

Matahari berganti bulan. Ara duduk di sofa balkon memandang bintang yang bertaburan di atas sana. Jika ditanya apakah ia rindu berada di mansion Abizard maka jawabannya 'iya', Ara rindu kehangatan keluarga disana walaupun disini ramai dengan keluarga barunya tapi Ara masih merasa canggung.

"Belum tidur?" Ara mendongak menatap Avan yang menunduk menatapnya.

"Belum, Ara belum ngantuk kak." Avan duduk disamping Ara.

"Kakak juga belum tidur?" tanya Ara memecang keheningan.

Avan menggeleng pelan, "Kakak masih ngerjain tugas tadi." Ara mengangguk paham.

Avan menoleh ke arah Ara yang mengenakan baju tidur bergambar teddy bear, Avan tersenyum gemas. "Masih canggung ya?" tanya Avan.

Ara mengangguk pelan, "Maaf."

"Gapapa, pasti nanti terbiasa juga." Avan mengelus pucuk kepala Ara.

Mereka berteman keheninggan hingga beberapa menit kemudian, Avan mencoba mencairkan suasana, sedikut bercerita akan perasaannya.

"Dulu kakak agak gak suka saat papi izin nikah lagi. Kakak marah waktu itu." Ara menghadap Avan sepenuhnya.

"Sampai akhirnya papi berhasil bujuk kakak, karena papi bilang kalau bunda Cana punya anak perempuan. Kamu tau?" Ara menggeleng pelan, mendengarkan sepenuh hati cerita kakak tirinya itu.

Avan melanjutkan ceritanya, "Kakak seneng banget waktu tante tunjukin foto kamu, dan kakak bertambah bahagia waktu lihat Ara pertama kali di mansion Aguar. Kakak benar-bener ga sabar buat ajak kamu tinggal di sini. Kakak udah rancang untuk ajak kamu berlibur, menghabiskan waktu bersama. Karena kakak udah sangat lama ingin adik perempuan." Ara masih mendengarkan dengan seksama, menatap raut wajah Avan yang berbinar saat menceritakan kisahnya.

Avan menatap Ara dengan mata meredup."Tapi harapan itu pupus. Saat kamu memilih tinggal sama om Direnc. Sedih, kaka sedih saat itu. Semua bayangan yang kakak harapkan seakan hancur. Setelahnya kakak pergi berlibur ke luar negri berharap bisa tenang sampai akhirnya papi telfon kalo kamu bakal tinggal sama kakak. Betapa bahagianya kakak waktu itu." Mata Ara memanas, ia bisa melihat pancaran kasih sayang dari netra sang kakak.

Ara mendekat dan langsung menubruk tubuh Avan dengan air mata yang meleleh di pipinya. Mungkin ia akan kehilangan kasih sayang abang-abangnya dulu tapi sekarang ia memiliki kakak yang juga memberikan kasih sayang yang besar untuknya. Walaupun begitu Ara tetap menyayangi semua abang dan kakaknya. Ya, semuanya. Karena Ara tidak pernah membedakan apapun.

"Ara sayang kakak."

TBC


Kenapa abangnya Ara banyak banget ya, sedangkan gue gak punya satu pun😥

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang