Setelah selesai membereskan pekerjaannya, Joey pun hendak meninggalkan kantor. Dia melihat Sandra berdiri di lobi menunggu hujan reda.
"Belum pulang?"
"Belum, hujan sangat deras. Aku akan mencari taksi setelah reda."
"Mobilmu mana?"
"Masuk bengkel." Sandra tersenyum.
"Ayo kuantar pulang." Joey menawarkan tumpangan.
"Tidak usah. Aku akan menunggu sebentar lagi."
"Tak apa, ayolah. Aku hanya menawarkan sekali."
Joey berjalan menuju mobilnya dan Sandra mengikutinya. Selama di dalam mobil Joey hanya diam.
"Kau masih secuek dulu." Sandra membuka pembicaraan.
"Bawaan dari lahir," Joey menanggapi dengan santai.
"Tapi pada Egi tidak."
"Kau hanya tak tahu. Kau tak tahu sesadis apa perlakuanku padanya dulu. Tapi dia terlalu keras kepala untuk mengerti itu."
"Berapa lama pacaran dengannya sehingga memutuskan untuk menikah?"
"Apa aku sedang diinterogasi?"
"Bukan begitu. Aku hanya penasaran. Kau biasanya dingin dengan wanita, ya kecuali Siska."
"Kami dekat kurang lebih lima tahun tapi tak pernah pacaran. Aku memang tak ada niat pacaran."
"Apa gara-gara Siska?"
"Aku tak ingin menjalin hubungan saat itu."
"Tak ingin menjalin hubungan pacaran tapi malah menikah?"
"Tuhan yang menakdirkan begitu."
"Apa dia tak pernah menceritakan kecelakaan yang dialaminya dulu?"
"Aku tak ingin membahasnya, maaf San."
"Apa kau mencintainya? Lebih cinta mana Siska atau Egi?"
"Maaf San, tolong ganti topik pembicaraannya."
"Kau tak ingin membicarakan Siska? Kau sudah melupakannya?"
Joey diam, tak menjawab apapun. Dia tak ingin membahas hal itu lagi. Sandra akhirnya mengerti dan mengalihkan pembicaraan.
Sandra menawarkan Joey untuk mampir ketika mereka sampai di rumah Sandra, tapi Joey menolaknya. Dia memilih pulang karena cuaca akan semakin buruk pada malam harinya. Setidaknya itu menurut ramalan cuaca.
***
"Kau sudah pulang?"
"Iya, cuacanya buruk sekali. Ada masalah di rumah?" tanya Joey pada Egi saat tiba di rumah.
"Tidak, semuanya aman terkendali."
"Kenapa tak menungguku tadi? Hanya 1 jam, aku akan pulang kerja. Jadi tak usah pulang dengan naik bus." Joey sedikit kesal karena Egi tak mendengarkannya. Dia meminta Egi menunggu 1 jam ditempat kerjanya, saat Joey pulang dia akan langsung menjemputnya.
"Ya tak apa. Bukankah karena tak jadi menjemputku, kau jadi bisa mengantar seorang wanita cantik pulang." Sindir Egi.
"Ternyata dinding kantorku bisa mengadu. Akan kuhajar dia."
" Dia memintaku mengawasimu atau dia akan merebutku darimu."
"Berfikirlah jutaan kali jika ingin bersamanya," Joey memperingatkan.
"Kenapa? Kau cemburu?" Egi senang.
"Tidak, aku hanya kasian padanya jika kau jadi istrinya."
"Kenapa begitu?"
"Kalian tak serasi. Dia pintar dan kau ceroboh."
Egi cemberut mendengar jawaban Joey. "Kau juga pintar, itu artinya kita juga tak serasi."
"Memang, nasibku saja yang sial." Joey memperlihatkan wajah serius tapi sebenarnya hanya bercanda. Egi tak mengerti maksud Joey malah menganggapnya serius.
"Ya sudah, tinggalkan saja aku biar sialmu hilang. " Egi marah.
"Kenapa kau begitu sensitif? Kau kedatangan tamu?"
Egi diam dia tak menghiraukan Joey.
"Cepat sekali marah. Masih tak berubah. Ayo jawab, sedang kedatangan tamu?"
"Tidak."
"Aku mandi dulu, kita lanjutkan yang tertunda kemarin."
"Apa?"
Joey berjalan ke kamar mandi tak menghiraukan pertanyaan Egi. Egi memutar otaknya untuk berfikir. Apa yang tertunda kemarin? Dia terdiam saat ingat ciumannya dengan Joey kemarin sebelum Sandra datang. Joey bilang akan melanjutkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Rasa Cinta
RomanceEgi, seorang gadis cantik yang egois bertahan mencintai Joey yang jelas tidak mencintainya. Benarkah dia tidak mencintainya? Ataukah dia hanya tidak menyadari cinta itu karena masih terikat akan masa lalunya? Ketika satu persatu kebenaran terungka...