"Aku tahu kau bisa diandalkan." Suara Joey terdengar berat. Ada yang benar-benar mengganggu pikirannya. Saat itu Joey sedang menelpon seseorang. "Selidiki apa yang sebenarnya terjadi. Dan kabari aku secepatnya." Dia memutus telepon dan kembali duduk diruang kerjanya. "Aku tidak bisa tinggal diam seperti ini. Aku harus menemuinya." Joey keluar ruang kerjanya menuju lobi. Tapi di depan lift, dia melihat Jennie berbicara dengan seseorang, dan itu Egi. Sungguh kebetulan yang luar biasa. "Aku ingin bertemu dengannya dan dia malah muncul di depan mataku."
"Aku kira kau takkan pernah muncul. Kami baru saja akan mengadakan pesta karena kau tidak lagi membuat rusuh. Apa lagi maumu sekarang? mengganggu Joey lagi? Apa yang sebenarnya kau harapkan? Uang? berapa yang kau mau? Aku akan memberikannya tapi jauhi Joey!" Jennie melipat kedua tangannya didada, memperlihatkan keangkuhannya pada Egi yang saat itu berpapasan dengannya.
Egi diam. Dia tidak menjawab sedikitpun, tidak seperti biasanya. Matanya memandang mata Joey yang berdiri dibelakang Jennie. Jennie tidak menyadari Joey berdiri dibelakangnya. Dia tidak sadar bahwa ketika dia bicara panjang lebar, Joey ada disana memandang Egi. Menyadari ada keanehan, Jennie berbalik dan melihat Joey berdiri disana. Dia terkejut. "Jo..Joey...kau..." ucap Jennie terbata-bata.
Sebelum dia berhasil menyelesaikan perkataannya, Egi memilih pergi. Dia tersenyum pada Joey dan melangkah pergi ke ruangan Rendra.
Bingung. Itu yang dirasakan Joey. Dia benar-benar tidak mengerti keadaan ini. Selama lima tahun dia melihat Egi. Senyum, tangis, canda dan amarah dia mengenal semua tingkahnya. Tapi kali ini sungguh berbeda. Semua rasa bercampur jadi satu. Dia tidak paham apa yang dirasakannya terlebih lagi dia melihat Egi masuk ke ruangan Rendra.
"Ish...wanita itu...," gerutu Jennie.
Joey tidak menghiraukannya. Dia berjalan meninggalkan Jennie. Dia hendak keruangannya menenangkan diri, mencoba berfikir jernih. Belum jauh melangkah terdengar suara.
"Brak...," suara buku-buku berjatuhan. Joey menoleh dan melihat seorang karyawan memunguti buku dan kertas yang berserakan dan meminta maaf pada Jennie. Sepertinya mereka bertabrakan. Jennie bukannya membantu, tapi malah memarahi karyawan itu dan melangkah pergi meninggalkan karyawan itu. Jennie tidak tahu Joey masih di sana. Joey menghampiri karyawan itu dan membantunya memunguti kertas-kertas itu. Setelah mengucapkan terima kasih, karyawan itu pergi melanjutkan pekerjaannya. Joey mengurungkan niatnya untuk pergi keruangannya. Dia masuk ke ruangan Rendra. Egi duduk sambil menyerahkan kartu undangan kepada Rendra.
"Ingat 1 jam lagi kita ada rapat. Siapkan presentasimu, aku tak ingin ada masalah kali ini," perintah Joey pada Rendra saat masuk ke ruangan Rendra tanpa mengetuk pintu.
"Iya, itu sudah selesai. Kita siap rapat 1 jam lagi," jawab Rendra.
"Datang ke kantorku 5 menit lagi. Aku ingin melihat bahan presentasinya terlebih dahulu.
Joey menoleh sebentar pada Egi lalu pergi.
"Dia benar-benar sensitif akhir-akhir ini," Rendra berkata pada Egi dan meletakkan surat undangan yang diberikan Egi di atas mejanya.
"Apa dia ada masalah?" Egi tampak khawatir.
"Tidak, dia baik-baik saja. Jadi, tidak usah khawatir."
"Kenapa kau memintaku membawa undangan ini kekantor? Kita bisa bertemu diluar kantor."
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin kau datang kesini menjengukku saat bekerja," Rendra tersenyum.
***
"Ini bahan yang kau minta. Silahkan dicek," Rendra masuk ke ruangan Joey. Dan menyerahkan sebuah map berisi berkas presentasi pada Joey.
"Aku percaya padamu. Itu tanggung jawabmu. Aku ingin melihat presentasi darimu nanti." Ucapnya dan menolak berkas yang diberikan Rendra.
Rendra tampak sedikit kesal. Tapi dia memakluminya. Saat ia hendak keluar, Joey pun bertanya.
"Apa yang dia lakukan disini?"
"Siapa?" Rendra pura-pura tidak mengerti.
"Kau tahu yang kumaksud." Joey yakin Rendra mengerti maksudnya.
"Oh, Egi? Dia membawakanku undangan. Kebetulan teman SMAku menikah dengan sepupunya. Dia hanya membantu menyampaikan undangan," jelas Rendra.
Joey tampak lega.
"Apa kau keberatan dia kesini?"
"Itu bukan urusanku."
"Baguslah, kukira kau cemburu. Itu artinya tidak ada masalah jika kami dekat. Bukankah kau selalu bilang tidak punya perasaan padanya." Rendra tersenyum sinis dan pergi meninggalkan ruangan.
Perkataan Rendra kembali membangkitkan sesuatu yang bergejolak di hati Joey dan kali ini makin kencang. Joey menatap layar laptopnya seakan ada yang dikerjakannya padahal pikirannya terbang entah kemana. Joey tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Logika dan perasaannya berhamburan seperti puzzle yang dia tidak mengerti cara merangkainya kembali. Dia tidak mengerti apa yang dirasakannya dan yang pasti dia tidak suka keadaan seperti ini.
"Sial!" umpatnya lalu memukul meja dengan tangannya.
Rendra yang mendengar suara meja yang dipukul Joey, hanya tersenyum tipis penuh kemenangan. Dia yang merasa di atas angin, melangkah menjauhi ruangan Joey dengan perasaan puas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Rasa Cinta
RomanceEgi, seorang gadis cantik yang egois bertahan mencintai Joey yang jelas tidak mencintainya. Benarkah dia tidak mencintainya? Ataukah dia hanya tidak menyadari cinta itu karena masih terikat akan masa lalunya? Ketika satu persatu kebenaran terungka...