PROLOG

7K 177 3
                                    


"Egi, tunggu!..... REGINA! Dengarkan aku! Ayah pasti marah jika mengetahui hal ini!" keluh sang kakak sambil menarik tangan adiknya yang masih saja membandel.

"Tidak apa-apa, ayah tidak akan tahu jika kita tidak mengatakannya." Gadis itu menolak perintah kakaknya dan tetap berjalan ke arah mobil ayahnya yang diparkir dihalaman. Dia menggenggam kunci mobil itu di tangan kanannya.

"Tapi Egi, kau belum mahir menyetir." Kakaknya sangat khawatir. "Ayah, Ibu dan Kak Daniel tidak ada dirumah. Aku yang bertanggung jawab padamu beberapa hari ini. Jadi, tolonglah dengarkan aku."

"Sudah, kakak tidak usah khawatir. Aku bisa menyetir. Kita harus pergi kesana, aku akan buktikan pada mereka, aku sudah mahir mengendarai mobil. Ayolah Kak, kita hanya pergi sebentar. Aku harus memenangkan taruhan itu. Teman-teman harus melihat aku berhasil mengendarai mobil sampai di cafe. Cafenya dekat kok." Gadis itu tetap keras kepala dan masuk kedalam mobil. Kakaknya tak bisa menghentikannya dan memilih mengikuti adiknya. Dia duduk disamping adiknya dengan rasa cemas yang menggelayuti. Gadis itu melajukan mobilnya dengan perlahan menuju cafe tempat dia berjanji bertemu dengan teman-temannya.

Gadis keras kepala itu bernama Regina atau sering dipanggil Egi. Dia adalah bungsu dari 3 orang bersaudara. Usianya saat ini adalah 15 tahun. Sementara, saudara yang kini bersamanya adalah Rika. Kakak perempuan yang selalu setia bersamanya. Usia mereka hanya terpaut 2 tahun. Sedangkan, si sulung adalah seorang laki-laki yang kini berusia 20 tahun dan sedang melanjutkan kuliah di luar kota.

"Egi, kau kan belum punya SIM, biar aku saja yang menyetir. Aku akan mati jika ayah sampai tahu."

"Sudah, tak usah khawatir kak." Egi menenangkan kakaknya. Tetapi, pikirannya entah kemana, konsentrasinya memudar dan diapun panik. Dia belum menguasai benar mobil itu.

Sedetik hanya sedetik dia mengalihkan perhatiannya dan "Egi! Awas!" teriak Rika. Seorang anak berdiri ditengah jalan.

Anak itu hendak menyeberang tapi terkejut dan ketakutan saat mobil Egi melaju cepat kearahnya. Egi yang panik membanting setir ke arah kiri dan tidak disadarinya seorang gadis berdiri disana. Cinta mencoba menginjak rem tapi itu sia-sia. Tabrakan tak bisa dihindari. Gadis itu tertabrak dan terpelanting cukup jauh. Orang-orang berlarian menghampiri gadis itu. 

Sementara Egi masih syok. Wajah ketakutan, gadis yang ditabraknya masih ada dalam bayangnya. Rika berlari keluar dan menghampiri gadis itu. Dia segera menelpon ambulance. Gadis itu tergeletak di tanah. Darah dari kepalanya mulai nampak. Orang-orang panik. Tak berapa lama ambulance datang dan membawa gadis itu kerumah sakit. Rika menghubungi ayahnya dan menceritakan semuanya.

Egi dibawa kekantor polisi untuk memberikan keterangan. Tapi dia tak bisa menjelaskan apapun. Dia benar-benar syok, takut, dan trauma. Ayahnya mengurus masalah itu. Karena usianya yang masih di bawah umur, maka Egi diserahkan kembali kepada orang tuanya dan tetap mendapatkan pengawasan khusus dari pihak berwajib. Sementara, gadis yang ditabraknya meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

Semenjak itu, Egi tidak lagi berani mengemudikan mobil. Jika harus pergi sendiri, dia memilih pergi naik bus atau berjalan kaki.  Hingga kini usianya 22 tahun, trauma itu masih belum hilang.

Karma Rasa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang