Rasa Ragu

1K 48 1
                                        

Keesokan paginya Joey tiba dikantor lebih awal saat kantor masih sepi. Dia memilih untuk membaringkan dirinya di sofa ruang kerjanya. Dia memejamkan matanya, semalaman dia tak bisa tidur. Sandra masuk keruangan Joey tanpa mengetuk pintu, dia tidak tahu Joey ada disana.

"Joey. Kau disini? Maaf aku tak tahu kau ada disini."

"Ya tak apa," jawab Joey singkat. Dia masih memejamkan matanya. Sandra mendekati Joey. "Kau baik-baik saja?" Sandra duduk didekat Joey. "Maaf, mama sudah menceritakan semuanya. Mama tak seharusnya langsung mengatakannya padamu."

"Kau sudah tahu masalah ini dari awal kan? Tapi kau tak mengatakannya padaku."

"Maafkan aku, aku takut kau akan sedih lagi. Aku hendak mengatakannya ketika kau sudah siap."

"Sudahlah, semua sudah terjadi." Joey membuka matanya. Dia memilih untuk bangun dan duduk di sofa.

Sandra lebih mendekati Joey. Dia duduk disampingnya. Joey memandang wajah Sandra. "Kalian benar-benar mirip. Jika saja dia masih hidup. Dia juga akan cantik sepertimu."

"Tentu saja kami mirip. Kami kembar identik."

"Maafkan aku, seharusnya aku tak pergi hari itu. Andai saja aku tak pergi meninggalkannya. Aku pasti bisa mengantarnya dan hal ini takkan pernah terjadi. Maafkan aku, gara-gara aku kau kehilangan saudarimu."

"Joey, jangan bicara begitu. Siska pasti sudah tenang disana. Dia akan sedih jika melihat kau terpuruk lagi. Bagaimanapun kesalahan wanita itu. Kini dia adalah istrimu. Kau tak bisa menyalahkan dia atas kesalahannya di masa lalu."

"Entahlah. Aku sendiri tak mengerti dengan perasaanku saat ini."

"Jangan terlalu paksakan dirimu, kau perlu istirahat." Sandra mencoba menasehati Joey. Joey kembali memandang Sandra dan berharap yang dilihatnya sekarang adalah Siska. Joey memeluk Sandra. Sandra terkejut tapi tak menghindar. "Maafkan aku, sekali ini saja. Izinkan aku memelukmu. Aku merasa bersalah dan aku benar-benar merindukannya."

Sandra mrngerti perasaan Joey. Dirinya memang sangat mirip dengan Siska. Jadi mungkin saja Joey merasa melihat Siska di dalam dirinya.

Joey dan Sandra tidak tahu. Egi berdiri dekat pintu yang tak seutuhnya tertutup. Dia mendengar dan melihat semuanya. Egi hendak pergi, dia berbalik dan kaget saat Rendra berdiri dibelakangnya. Rendra tersenyum dan menarik lembut tangan Egi keruangannya.

"Duduklah," pinta Rendra. Egi menuruti. Dia duduk dan tak berkata apapun. Ruangan Rendra tampak rapi. Walau tak seluas ruangan Joey tapi disana juga terasa nyaman. Rendra membuatkan secangkir teh untuk Egi. "Minumlah." Rendra memberikan secangkir teh pada Egi. Dia pun duduk di kursi sebelah Egi. "Kau pasti tak tidur?" tanya Rendra saat melihat wajah Egi nampak lusuh dan matanya sembab. "Minumlah, itu akan membuatmu merasa lebih baik. "

Egi meminum sedikit teh itu. Namun dia tak berbicara. Dia masih mengingat apa yang dilihatnya tadi.

"Jangan salah sangka." Rendra seakan mengerti apa yang dipikirkan Egi. "Itu Sandra. Kau pasti sudah pernah bertemu dengannya. Dia saudara kembar Siska. Joey memang sudah dekat dengannya dari dulu. Tapi hanya sebatas teman, tak lebih. Kau harus percaya pada Joey. Dia takkan menghianatimu." Rendra menjelaskan hubungan antara Joey dan Sandra. "Joey hanya perlu waktu. Biarkan dia sendiri dulu. Memaksanya bukan hal yang baik. Jurusmu yang dulu takkan mempan lagi untuk mendapatkannya. Jangankan Joey, aku saja terkejut mengetahui ini dan berharap semua ini hanya mimpi."

"Maafkan aku," itulah kata-kata yang terucap dari bibir Egi. "Aku memang terlalu bodoh. Selalu saja merepotkan kalian." Dia menunduk merasa sangat bersalah. Air mata Egi kembali menetes.

"Ucapan apa itu? Mana semangatmu yang dulu? Kau tak pernah menyerah mendapat Joey, tapi kini kenapa kau begitu pasrah? Padah saat ini, dia sudah jadi milikmu. Astaga, aku kecewa."

"Aku yang memaksakan dirinya bersamaku. Dia menikahiku karena bertanggung jawab atas kehamilanku. Aku rasa dia tak pernah mencintaiku."

Rendra tak percaya dengan keadaan Egi saat ini. "Kau tak percaya padanya? Kau tak percaya dia mencintaimu? Egi, dia mencintaimu. Aku tahu itu. Dia marah padamu karena dia mencintaimu. Jika memang tidak, kenapa dia marah? Dia berharap orang itu bukan kau. Jika memang dia tak mencintaimu dan hanya ingin bertanggung jawab. Dia pasti sudah menceraikanmu saat kalian kehilangan bayi kalian." Egi terdiam mendengar penjelasan Rendra. "Sudah aku bilangkan, berikan dia waktu dan jangan mengambil kesimpulan sendiri. Aku memang hanya temannya, aku tak boleh terlalu jauh mencampuri urusan pribadinya lagi. Tapi aku tak bisa tinggal diam, jika dia ada dalam masalah. Kau pasti tahu apa alasannya. Dia saudaraku, aku yakin Rita dan Daniel juga akan melakukan apapun yang terbaik untukmu."

Karma Rasa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang