Siapa Ayahnya?

2.2K 84 0
                                    

Malam itu Egi termenung sendiri di kamarnya. Rasa sedih tidak bisa dia sembunyikan, matanya berkaca-kaca menahan air mata. Dia memandang foto Joey yang masih tersimpan di handphonenya. Tidak pernah ia merasakan rasa sesakit ini. Untuk pertama kalinya dia merasa begitu lemah.

Tok..tok... Rika mengetok pintu dan masuk kedalam kamarnya. "Kau baik-baik saja?"

Egi menghapus air matanya. "Iya, aku tidak apa-apa."

"Tapi wajahmu tidak menunjukkan seperti itu. Kau tidak harus melanjutkan ini, jika tidak mampu." Rika duduk disamping adiknya. Rika sudah tahu Egi hamil dan akan menikah dengan Rendra. "Batalkan semua ini dan katakan yang sebenarnya pada Joey."

"Aku tak bisa."

"Kau bahkan belum mencoba."

"Dia takkan mengakuinya. Dia tidak pernah mencintaiku."

"Egi, Joey bukan pria seperti itu. Aku sudah mengenalnya sangat lama. Begjtu juga Kak Daniel, Joey sahabatnya. Kami percaya padanya itulah alasan kami tidak melarangmu menyukainya. Dia bukanlah pria yang akan lari dari tanggung jawab. Dia pria yang baik."

"Bagaimana aku bisa minta tanggung jawab darinya jika, dia bahkan tidak ingat apa yang telah dia lakukan."

"Ingatkan dia. Membiarkan orang lain untuk mempertanggung jawabkan apa yang tidak dilakukannya juga bukan hal yang baik. Aku mengerti jika Rendra ingin membalas kebaikan Joey, tapi dengan menikahimu bukanlah hal yang tepat. Pikirkan juga perasaan Joey jika dia tahu masalah ini."

"Apa yang harus aku lakukan?" Egi menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Katakan yang sebenarnya pada Joey. Sebelum semuanya terlambat. Itu darah dagingnya dan dia berhak tahu. Kau tidak berhak memisahkannya dengan calon bayinya. Aku tahu perbuatan Joey juga tidak bisa ditoleril, jelas dia melakukan hal salah. Tapi dia memiliki hak untuk tahu dan dialah yang harus bertanggung jawab." Rika memeluk Egi dan menghapus air mata Egi.

***

Disaat yang sama Joey terdiam menatap langit. Malam itu dia ada di taman tempat yang sering di datanginya bersama Egi. Dia mengingat kembali saat-saat mereka bersama, perilaku Egi yang selalu membuatnya kesal. Namun jujur, dia merindukan masa-masa itu. Konyol pikirnya. Dulu hal yang paling diinginkannya adalah jauh dari Egi. Kini, hal yang terjadi malah sebaliknya. Ketika ingat Egi hamil benar-benar membuatnya kesal. Kesal karena Egi tak mencetakakannya. Dia hanya tinggal mengatakannya, sebesar itukah ketidak percayaannya. Jika memang hal itu terjadi, kenapa Egi malah menjauh. Siapa sebenarnya ayah dari bayi yang dikandungnya. Benarkah itu bayi Rendra sehingga mereka harus menikah. Atau itu adalah darah daging.... Bunyi handphonenya membuyarkan lamunannya. Ada pesan masuk.

"Kau dimana?" bunyi pesan dari Rendra.

"Neraka," balas Joey

"Aku rasa kau sudah bertemu para setan," jawab Rendra.

"Iya, mereka menitipkan pesan untukmu."

"Apa?" Rendra penasaran.

"PENGHIANAT!" tulis Joey.

"Hahahaha. Itu lucu."

"...."

"Kau masih marah?"

"Menurutmu?"

"Kau marah karena apa?" Rendra kembali bertanya.

"Egi hamil?" Joey balik bertanya.

"Iya," jawab Rendra dengan singkat.

"Siapa orang itu?"

"Orang apa?"

"Siapa ayahnya? Itu darah daging siapa? Kau?"

"Bukan."

Joey terkejut dengan balasan pesan Rendra. "Lalu siapa?"

Rendra tidak membalasnya. Joey menunggu balasan tapi Rendra benar-benar tidak menjawabnya. Joey mencoba menghubunginya. Namun, handphone Rendra tidak aktif. Joey benar-benar gelisah. "Orang ini benar-benar mengerjaiku. Apa sebenarnya maunya?" tanpa berfikir panjang lagi Joey meninggalkan taman dan pergi menemui Rendra.

Rendra berdiri di luar rumah. Dia tahu Joey akan datang. Dia tersenyum melihat Joey datang. Joey tidak membalas senyum itu. Dia berjalan mendekati Rendra dan 'puuukkkkk....' Joey memukul Rendra lagi. Rendra terjatuh. Dia tidak membalas perlakuan Joey. Dia berdiri sambil menyentuh bibirnya yang berdarah. "Kenapa kau suka sekali memukulku?"

"Apa yang sebenarnya kau inginkan? Apa kau senang dengan apa yang kau lakukan? Kau mempermainkan aku seperti ini? Puaskah kau menghianatiku seperti ini?" bentak Joey. Matanya merah memperlihatkan amarah. "Aku benar-benar kecewa padamu! Tak bisakah kalian berdua jujur padaku dan katakan apa yang sebenarnya terjadi? Kalian benar-benar membuatku tampak bodoh!"

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud melakukan ini."

"Maaf katamu! Kau kira dengan minta maaf semuanya akan membaik!"

"Aku tidak akan benar-benar menikahinya. Aku hanya ingin kau yakin akan perasaanmu sendiri."

"Apa maksudmu?"

"Selama ini kau mencintainya tapi kau tidak pernah menyadarinya."

"Kau.."

"Iya, aku tahu. Kau selalu menganggapnya seperti anak kecil dan pengganggu dalam hidupmu. Bagaimana mungkin aku membiarkanmu bersamanya, jika kau tidak yakin bahwa kau mencintainya. Egi terlalu berharga untuk kau sia-siakan. Apa pernah kau berfikir jika wanita itu tulus mencintaimu? Dia tetap mencintaimu hingga detik ini. Kau pria beruntung tapi kau tidak menyadarinya. Pernahkah kau berfikir untuk mencintai seseorang dengan tulus dan menghabiskan hidupmu untuk mencintai satu orang?"

"Kau tidak benar-benar memahamiku."

"Apa?" Rendra tampak bingung.

Joey mengeluarkan sesuatu dari kantong Jaketnya. Dia melempar sesuatu pada Rendra. Rendra menangkap sebuah kotak kecil berwarna merah. Rendra bingung, apa maksud Joey melemparkan kotak kecil padanya.

"Buka itu!" perintah Joey.

Rendra membukanya. Tergambar kebingungan di wajahnya. "Ini...."

"Itu cincin. Cincin yang hendak aku berikan pada Egi beberapa minggu yang lalu. Sebelum aku tahu rencana konyol kalian berdua!"

"Apa?"

"Aku pasti sudah melamarnya, jika hal ini tidak terjadi! Kau tidak usah mengajariku masalah seperti ini! Aku tahu apa yang kurasa dan aku tahu apa yang harus aku lakukan!"

Rendra benar-benar terkejut. Dia tak pernah menyadari itu. Dalam sekejap penyesalan menyelimutinya. Dia memandang Joey penuh sesal.

"Maafkan aku, aku tak tahu...."

"Walau kita telah lama berteman. Kau tak seharusnya ikut campur urusan pribadiku sejauh ini. Kali ini rasa pedulimu merusak segalanya." Joey hendak berlalu. Tapi kata-kata Rendra menghentikannya.

"Kau ayahnya."

Jantung Joey berdetak kencang, seakan ingin melompat dari dadanya. Dia tidak berpaling. Hanya tetap mendengarkan.

"Kau boleh marah dan membenciku. tapi jangan lakukan pada Egi. Ini salahku, dia hanya ingin kau bahagia. Hingga detik ini dia masih mencintaimu, walau berkali-kali aku memintanya melupakanmu."

"Aku tidak marah pada siapapun. Jangan ulangi lagi hal bodoh seperti ini, atau aku akan mengirimmu keluar angkasa. Agar kau tahu rasanya jauh dari orang yang disayangi." Joey tersenyum puas.

Rendra melemparkan kotak itu kembali pada Joey. "Temui dia, lakukan apa yang seharusnya kau lakukan dan selamat karena kau akan jadi ayah." Rendra membalas senyum Joey dengan bahagia.

Joey melepaskan jaketnya dan melemparkannya pada Rendra, kesalnya masih ada. Tetapi kali ini dia bercanda dan tersenyum pergi.

Karma Rasa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang