I LOVE YOU

1.1K 47 0
                                        

Beberapa minggu kemudian.

Joey baru saja sampai di rumah. Hari ini dia terpaksa pulang telat karena meeting dengan salah satu kliennya. Dia terburu-buru masuk ke dalam kamar agar bias memastikan memastikan keadaan istrinya baik-baik saja. Untuk memulihkan kondisi Egi, Joey memintanya untuk mengambil cuti.

Joey masuk ke dalam kamar dan terdiam saat melihat Egi masih murung. Egi duduk di tempat tidur, memandang sebuah foto kecil ditangannya. Joey tahu foto yang dipegang Egi adalah foto USG calon bayinya sebelum peristiwa pilu itu terjadi. Dia bahkan tak menyadari kehadiran Joey. Walau lampu belum di nyalakan, Joey dapat melihat mata Egi berkaca-kaca. Ada rasa sedih mendalam di matanya. Joey berjalan perlahan ke arah Egi dan menyalakan lampu duduk yang ada di meja dekat tempat tidur. Saat itu juga Egi menyadari Joey datang dan mengusap air matanya.

"Kau sudah pulang?"

"Ya, maaf aku harus pulang telat hari ini." Joey duduk di depan Egi dan mengambil foto yang dipegang Egi. "Aku tahu kau sangat yang menyayanginya. Begitu pula aku. Sangat...pria mana yang tak mengharapkan seorang anak dari wanita yang paling dicintainya?" Joey mengusap air mata yang menetes di pipi Egi.

"Maafkan aku, aku teledor tak bisa menjaganya."

"Ini bukan salahmu. Bukan salah siapapun. Hanya belum saatnya."

"Apakah kau akan meninggalkanku sekarang? Aku sudah tak mengandung anakmu lagi." Egi makin murung.

"Hei, pernyataan apa itu? Bagaimana kau bias bicara seperti itu padaku? Apakah sampai kini kau masih tak mempercaiku? Sayang, dengarkan aku. Aku hanya akan membicarakan ini sekali. Aku sangat mencintaimu. Ada atau tidak ada calon bayi kita di dunia ini. Aku akan tetap bersamamu. Takkan mengubah sedikitpun perasaanku padamu." Joey menggenggam erat kedua tangan Egi. "Berikan kesempatan pada dirimu untuk memulai lagi. Berikan kesempatan kepada diriku untuk membuktikan bahwa diriku mampu menjadi suami terbaik untukmu. Dengan begitu, aku yakin Tuhan akan memberikan kesempatan kepada kita untuk memilikinya lagi."

Egi memandang wajah Joey. Dia merasakan kehangatan di mata Joey yang memandangnya dengan penuh keyakinan. Joey tersenyum dan mencium kening Egi.

"Kau benar, sangat benar. Aku merasa bodoh dan malu padamu. Kenapa aku bisa bersikap begitu egois dan hanya memikirkan perasaanku sendiri. Kau juga sedih akan peristiwa ini. Tapi kau mampu begitu tegar di hadapanku."

"Kau memang bodoh dan egois. Bukankah dulu aku sering bilang begitu?" Joey tersenyum meledek Egi. "Kau begitu keras kepala, tak pernah menyerah mengejarku dan membuatku gila dengan tingkah-tingkahmu yang di luar nalarku. Setiap hari, setiap jam bahkan setiap menitnya." Joey tertawa mengingat masa lalu saat Egi masih mengejar-ngejarnya.

Mendengar cerita Joey tentang masa lalunya. Egi ikut tersenyum. Joey selalu tahu cara memperbaiki keadaan hatinya.

"Apa dulu aku begitu menyebalkan?"

"Sampai sekarang masih."

"Benarkah?"

"Ya, kau makin menyebalkan karena membuatku makin jatuh cinta padamu setiap harinya." Joey tersenyum genit dan membuat Egi ikut tertawa. Joey duduk mendekat dan memeluk Egi. Menciumi pipinya berkali-kali dan membuat Egi geli.

"Hentikan. Kau membuatku geli." Egi tertawa menahan geli.

Joey menghentikannya saat tak tega melihat Egi tertawa menahan geli. "Kau harus percaya padaku, berikan aku waktu dan aku akan buktikan bisa membuatmu mengandung lagi. Tapi aku bisa pastikan kali ini aku 100% sadar tanpa perlu mabuk terlebih dahulu."

Egi tertawa terkekeh mendengar pernyataan Joey tanpa berkomentar.

"Aku pastikan, aku akan mengetahui dan sadar setiap detiknya saat aku mulai merakitnya." Joey tertawa dan membayangkannya.

"Kau kira mesin yang harus dirakit. Kau benar-benar mesum." Egi tersenyum dan memandang geli pada tingkah Joey. Tingkah yang belum pernah dilihatnya. Dia tahu Joey hanya ingin menghiburnya.

"Kenapa harus tabu membicarakan yang seperti ini? Bukankah kita sudah suami istri. Kau seutuhnya milikku. Dari ujung rambut ini hingga ujung kuku kakimu. Dari kulit arimu hingga bagian terdalam dari dirimu. Dari bagian terkasarmu hingga terhalusmu." Joey mengedipkan matanya dengan genit. "Aku belum mandi dan kuyakin kau juga belum mandi."

"Lalu? Kau ingin aku membantumu mandi?" Egi tersenyum nakal. Dan Joey senang melihatnya.

"Kau belajar dengan cepat untuk jadi nakal." Puji Joey. "Aku bisa mengajarimu yang lain." Joey menyipitkan matanya dan menatap Egi dengan mata teduhnya yang membuat Egi benar-benar tergila-gila padanya. Dia mengelus lembut rambut istrinya, menuntunnya perlahan mendekati bibirnya dan mencium istrinya dengan mesra. "I Love You.

Karma Rasa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang