PERGILAH DARI HIDUPKU!

2.1K 79 0
                                    

Siang itu, Joey dan Rendra sedang bermain catur di teras rumah Rendra.

"Skak matt." Rendra tertawa bangga.

"Arrgh..." Joey geram. Sudah empat kali dia kalah hari ini.

"Nikmati saja, ini bukan hari keberuntunganmu." Rendra meledek Joey.

Joey mengakui kekalahannya. Tiba-tiba ada tangan yang menutup matanya. Tanpa berfikir panjang dia tahu siapa itu. "Gi, lepaskan."

"Bagaimana kau tahu ini aku." Egi melepaskan tangannya yang menutup mata Joey.

"Siapa lagi kalau bukan kau."

"Ah...kalian hanya membuatku iri. Bisakah jangan bermesraan di depanku." canda Rendra.

"Kami tak bermesraan." Sahut Joey dan Egi hampir bersamaan.

"Wah, kalian kompak sekali. So sweet." Canda Rendra lagi. "

Terdengar suara mobil melaju memasuki pekarangan rumah Rendra. Mobil putih itu melaju anggun seperti wanita yang mengendarainya. Sepasang kaki jenjang dan mulus melangkah keluar dari mobil itu. Tangerine mini dress melekat pas ditubuhnya. Joey dan Rendra tidak henti memandangnya. Mereka bahkan menelan ludah.

Egi melihat Joey dan Rendra seperti itu mencubit lengan mereka. "Adududuh..." Joey dan Rendra kesakitan dan kembali tersadar.

"Lihat wajah kalian, benar-benar memalukan. Seperti kucing melihat ikan asin." 

Joey dan Rendra tidak menghiraukannya, masih menatap Jennie yang berjalan kearah mereka.

"Darimana?" Rendra membuka pembicaraan.

"Tadi aku ke apartement Joey, tapi Bibi Suci bilang dia disini." Jennie tersenyum sinis ke arah Egi. "Kau juga disini?"

"Rumahku dekat sini." Egi menjawab tanpa melihat Jennie.

Terdengar suara telepon dari dalam rumah. Rendrapun masuk untuk mengangkatnya. Joey juga ikut bangkit

"Mau kemana?" Jennie bertanya pada Joey.

"Toilet. Ikut?" Joey masuk ke dalam.

Egi tersenyum geli mendengar jawaban Joey pada Jennie.

"Kenapa tertawa. Lucu?" Jennie Sinis menanggapi senyum Egi.

"Bibir- bibirku kenapa kau yang repot!"

"Huh...dasar benalu!" Ledek Jennie.

"Apa? Kau bilang apa?" Egi mulai marah.

"Benalu...B E N A L U." Jennie menegaskan.

"Jaga mulutmu!" Egi memperingatkan Jennie.

"Mulut-mulutku kenapa kau yang repot!" balas Jennie menirukan gaya bicara Egi.

"Huh...tak kreatif. Dasar plagiat." Kali ini Egi tersenyum sinis.

"Setidaknya aku masih punya harga diri."

"Oya, berapa hargamu 1000 rupiah? Obral kali!"

"Kau ini, dasar murahan!"

"Jaga mulutmu!"

"Jaga kelakuanmu! Dasar wanita gatal! Sudah berapa kali Joey harus bilang. Dia tak suka padamu. Tak bisakah kau menjauh darinya?"

"Itu bukan urusanmu."

"Tentu saja itu urusanku, Joey suka padaku."

"Oya? Apa dia pernah bilang seperti itu? Dasar tante girang."

Karma Rasa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang