LUPAKAN AKU

1.4K 58 0
                                    


Seperti biasa tiada hari yang Egi lewatkan tanpa Joey. Entah bertemu atau sekedar menanyakan kabar melalui pesan singkat atau telepon. Walaupun Joey jarang membalas atau mengangkat teleponnya. Miris.

Sore itu, Egi menemui Joey di apartemennya.

"Egi, kau tak bosan seperti ini?" Joey duduk di sofa hitam sambil menekan-nekan tombol remote tv mencari channel yang menarik.

"Bosan duduk?" Tanya Egi yang saat itu memang sedang duduk di ruang tamu Joey."

"Bukan itu. Apa kau tak bosan denganku?"

"Tidak." Jawabnya singkat.

"Kenapa?"

"Entahlah." Egi mengangkat kedua pundaknnya menunjukkan ketidaktahuannya. "Apa harus punya alasan untuk menyukai seseorang? Kurasa tidak." Dia menjawab pertanyaannya sendiri.

"Kenapa tidak cari pria lain yang lebih pantas?"

"Kaulah pria itu." Egi tersenyum, dia duduk mendekati Joey.

"Bagaimana kau tahu? Kita bahkan tidak ada hubungan. Apa kau tidak takut padaku?" Joey mendekatkan wajahnya pada Egi, mencoba menakuti.

Bukannya takut, Egi malah tersenyum. Dia tidak menjawab dan hanya memandang Joey.

"Apa kau tak takut aku akan menyakitimu?"

"Kau sering menyakitiku."

"Karena itu, tidak bisakah kau cari pria lain yang lebih baik untukmu? Aku bukan pria baik-baik yang pantas kau cintai. Aku bisa saja berbuat jahat padamu."

"Kau tak mungkin berbuat jahat padaku, kau bukan pria yang jahat."

"Kau belum mengenalku sepenuhnya."

"Kalau begitu izinkan aku mengenalmu lebih dekat."

"Kau benar-benar keras kepala."

"Aku tahu. Sudah banyak yang mengatakannya" Kali ini Egi menyandarkan kepalanya di lengan Joey.

"Apa yang kau cari dariku? jangan katakan cinta. Lupakan aku. Aku tidak percaya pada cinta."

"Aku tak bisa." Egi mengambil majalah yang tadi diletakkannya di meja ruang tamu. Dan mulai membacanya.

"Aku bisa saja berbuat jahat padamu karena... kau tahu sendiri bagaimana perasaanku."

"Sudahlah jangan bahas itu, aku tak ingin mendengarnya." Egi tetap sibuk memperhatikan majalah itu. Seolah tak ingin mendengar apa yang dikatakan Joey.

"Aku bisa saja berbuat jahat padamu dan meninggalkaanmu begitu saja. Apa kau tidak takut?"

Egi terdiam. Dia tidak ingin mendengar apa yang dikatakan Joey. Tak lama handpone Joey berbunyi. Sepertinya ada pesan masuk. Joey meraih handphonenya, membaca pesan itu dan tersenyum.

Melihat ekspresi Joey, Egipun penasaran. "Siapa?" tanyanya.

"Bukan siapa-siapa."

"Bohong. Pasti dari Jennie." Egi menebak si pengirim pesan tetapi Joey tidak menjawab. "Kau tidak menjawab, artinya memang benar Jennie. Kenapa kau begitu menyukainya?" Egi kecewa.

"Aku tak pernah bilang begitu."

"Tapi sikapmu menunjukkannya."

"Benarkah? Sepertinya banyak pria yang akan menunjukkan sikap seperti itu padanya. Dia cantik, pintar, mandiri dan tentunya sexy. Uhh ..."

Egi makin cemburu. Dia memukul pelan pundak Joey dengan majalah yang tadi dipegangnya. "Air liurmu menetes, dasar buaya." gerutu Egi. Joey mengaduh dan tertawa.

"Kau ini kenapa, aku ini pria normal. Wajar jika aku tergoda dengannya. Pria mana yang tidak terpikat pada wanita yang begitu menggoda seperti Jennie."

"Hidung belang. Kau benar-benar pria tak berperasaan. Aku menyesal menyukaimu!"

"Benarkah? Akhirnya kau sadar. Tuhan..terima kasih karena telah menyadarkannya."

"Jadi, kau menyukainya? Kenapa kau harus menyukai nenek sihir itu?  Kau baru mengenalnya kurang dari setahun."

"Apa masalahnya? Kenapa kau begitu kesal? Bukan kuantitas pertemuan yang menyebabkan seseorang tertarik tapi kualitasnya."

Egi makin cemberut. "Jika kau suka padanya, pacaran saja dengannya atau nikahi saja dia secepatnya!"

"Itu ide yang bagus. Mungkin aku bisa mempertimbangkannya." Joey sengaja membuat Egi kesal.

Egi tak menjawab. Dia mengambil tasnya dan hendak pulang.

"Ah sudah, bicara denganmu hanya membuatku kesal. Pacaran saja dengannya atau menikah saja secepatnya!" Ulang Egi lagi. Dia pun pergi meninggalkan Joey yang tersenyum puas melihat Egi kesal.

Sebelum benar-benar pergi, dia mengingatkan Joey. "Besok ulang tahunku. Aku mengundangmu datang. Awas kalau lupa!" Ancam Egi sambil berlalu pergi dan menghilang di balik pintu.

"Dasar bodoh." Joey bebisik pelan melihat kelakuan Egi dan senyuman masih menghiasi bibirnya. 

Karma Rasa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang