"Sendiri?" Joey menyapa Rika saat mereka bertemu di supermarket.
"Tidak, aku bersama dengan Egi. Tapi kami berpisah. Dia bilang mau membeli sesuatu. Kau sendiri mencari apa?"
"Aku hanya ingin membeli minuman."
"Hari ini kau pergi ke panti asuhan kan??"
"Ke panti?" Joey tampak bingung.
"Ada pentas anak-anak malam ini. Bukankah pihak panti sudah mengirimi surat undangan."
"Benarkah? Aku tidak tahu."
"Kau kan donator di panti itu. Jadi mereka mengundangmu untuk dating. Surat undangannya sudah dikirim padamu beberapa hari yang lalu."
"Oh, mungkin bibi lupa memberikannya padaku. Aku baru pulang dari luar kota belum sempat bertemu bibi. Mungkin dia lupa menyampaikannya."
"Baiklah, kalau begitu. Ikut saja dengan kami kesana. Hari ini peringatan berdirinya panti jadi anak-anak ingin mengadakan pentas sederhana. Itupun jika kau sempat."
"Tentu saja, hari ini aku punya banyak waktu luang. Aku bisa pergi kesana. Apa ada yang bisa aku bantu disana? "
"Tentu saja. Ada banyak hal yang bisa kau bantu." Rika tersenyum.
Tak lama, Egi datang menghampiri. Raut wajahnya berubah seketika saat melihat Joey ada disana bersama kakaknya. Dia tidak menyapa, hanya tersenyum tipis pada Joey. Dia belum bisa melupakan apa yang telah Joey lakukan terhadapnya. Joey mengusirnya dari hidupnya, dan kembali menariknya semenjak kejadian malam itu.
"Senyummu benar-benar irit." Ledek Joey pada Egi. "Apa troli itu terlalu berat? Canda Joey sambil melihat troli belanjaan yang didorong Egi. Di troli itu dipenuhi berbagai barang.
"Tidak." Jawab Egi singkat.
Joey merasakan sikap Egi tidak seperti biasanya. Sudah beberapa hari dia tidak muncul, tidak menelpon bahkan tidak mengirim pesan satupun. Apa pertengkaran mereka yang terakhir membuatnya begitu marah? Apa dia semarah itu sampai bersikap dingin? Pikirnya lagi.
"Joey akan ikut bersama kita." Rika memberiahu Egi.
"Iya, bukankah pihak panti sudah mengirim undangan?" tanya Egi pada Rika.
"Mungkin Bibi lupa menyampaikannya." Rika menjawab.
Setelah selesai berbelanja. Joey mengantar mereka ke panti asuhan. Selama perjalanan, Egi tidak banyak bicara. Hanya Joey dan Rika yang mengobrol. Rika dan Joey mengajak Egi berbicara beberapa kali. Tapi Egi hanya menjawab dengan singkat. Joey kembali merasakan keanehan itu, tapi dia tidak bertanya lebih lanjut.
Di panti asuhan sudah cukup ramai. Anak-anak latihan untuk pentas. Ada yang latihan drama, menyanyi, puisi, menari dan banyak yang lainnya. Mereka terlihat sangat bahagia. Beberapa anak juga tetlihat sibuk menghias panggung sederhana yang ada di halaman panti asuhan. Setelah membantu membawa barang belanjaan ke dalam, Joey membantu anak-anak menghias panggung dan sesekali dia nampak sibuk dengan handphonenya. Dia menelpon beberapa orang temannya untuk datang membantu, salah satunya Rendra. Sementara Egi dan Rika membantu memasak untuk makan malam bersama. Tidak berapa lama Rendra datang bersama 3 orang teman. Mereka membantu Joey dan anak-anak menghias panggung. Mereka terlihat sangat menikmatinya. Joey dengan cepat akrab dengan anak-anak.
"Tumben melihat seorang bos mengerjakan pekerjaan seperti ini." Sindir Ari pada Joey sambil tertawa.
"Bos merakyat." Bela Mike. "Ini pantas menjadi panutan. Bos tidak hanya bisa memerintah, tapi juga bisa memberi contoh."

KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Rasa Cinta
RomanceEgi, seorang gadis cantik yang egois bertahan mencintai Joey yang jelas tidak mencintainya. Benarkah dia tidak mencintainya? Ataukah dia hanya tidak menyadari cinta itu karena masih terikat akan masa lalunya? Ketika satu persatu kebenaran terungka...