Joey merasa lega karena dia bisa keluar dari labirin permasalahan yang hampir membuatnya gila. Matanya tak henti memperhatikan Egi yang sedang memasak makan siang untuk mereka.
"Ayo cicipi." Egi menyuapi Joey Nasi goreng spesial buatannya."Bagaimana?"
"Masih kurang," jawab Joey.
"Benarkah?" Egi menambahkan garam dan sedikit merica ke nasi goreng yang masih dimasaknya. "Kalau sekarang? Ayo cicipi lagi. Egi menyuapi Joey lagi. Tapi Joey tetap saja mengatakan masih kurang. Egi merasa kesal. "Aku sudah menyuapimu hampir 10x tapi masih saja kurang."
"Kan memang kurang, aku takkan puas kau suapi. Kita punya banyak waktu untuk bersama. Kenapa aku jawab cukup sekarang?" Ternyata Joey mengerjainya.
"Ah...kau mengerjaiku." Egi mencubit pinggang Joey.
Rita yang melihat itu menjadi gerah. "Astaga, hawa di rumah ini benar-benar berubah. Bisakah kalian berdua tak usah bermesraan di depan mataku," keluh Rita.
"Kau cemburu, ayo sini aku suapi juga," goda Egi.
Wajah Rita berubah masam saat Egi terus menggodanya. "Ah sudahlah. Untuk saat ini, itu bukanlah hal yang penting. Kapan kalian akan membicarakan pernikahan kalian pada Daniel. Masalahnya bukan mengatakan rencana pernikahan kalian. Tapi cara mengatakan kehamilan Egi."
"Ya, biar aku yang urus. Bagaimanapun reaksinya. Aku akan terima karena aku memang bersalah." Joey tersenyum menenangkan Egi dan Rita. "Aku sudah buat janji dengannya, besok aku akan menemuinya," jelas Joey.
"Tak perlu menunggu besok." Sebuah suara datang di pintu masuk dapur. Daniel sudah berdiri disana. Dia mendengar semuanya.
Mereka bertiga terkejut karena Daniel ada di sana. Dia menatap Joey lekat-lekat. Joey mengenali pandangan itu Mereka sudah sangat lama berteman, jadi Joey sudah tahu Daniel marah. Aku akan mati hari ini, Pikirnya.
"Joey, kita perlu bicara." Daniel keluar dapur menuju ruang tamu. Joey mengerti dan mengikutinya. Egi dan Rita mengintip mereka.
"Apa-apaan ini?" Daniel membuka pembicaraan dan tak lama dia berbalik ke arah Joey. Joey merasakan pukulan keras menghantam wajahnya. Daniel memukulnya hingga hamper terjatuh. Egi yang melihat itu hendak menghentikan Daniel. Tapi Rita menghalanginya. "Jangan, Joey tahu harus berbuat apa," bisiknya pada Egi.
"Apa yang kau lakukan pada adikku?" tanya Daniel lagi. "Bukankah aku pernah bilang padamu, jangan macam-macam padanya!" Daniel memukul Joey kedua kalinya. "Ayo jawab, jelaskan padaku! Apa kau bisu sekarang?" Daniel membentak Joey. Tapi Joey masih diam. Dia tahu jika dia bicara tidak akan membuat Daniel tenang, dia akan makin emosi. "Aku percaya padamu! Sangat percaya! Tapi kau menghianati kepercayaanku! Daniel kecewa. "Aku percaya padamu, kau sahabatku! Aku percaya padamu makanya aku percayakan adikku padamu tapi bukan untuk kau nodai!" Suara Daniel terus meninggi, wajahnya memerah penuh amarah.
Egi tak kuat lagi melihat perlakuan kakaknya pada Joey. Tanpa mengindahkan nasehat Rita, dia berlari dan berdiri didepan Joey. "Sudah kakak, ini salahku...aku..." Egi belum selesai bicara tapi Daniel menamparnya. Joey tak percaya dengan apa yang dilakukan Daniel pada Egi. Dia menarik Egi perlahan, sehingga Egi ada di belakangnya. "Jangan lakukan itu padanya. Ini salahku, kalau kau mau menghajarku, hajar saja aku. Aku memang bersalah. Aku sudah menghianati kepercayaanmu. Aku minta maaf, tapi tolong jangan lukai dia," pinta Joey pada Daniel.
"Bagus...bagus...kalau kau mengerti kesalahanmu. Kau memang pantas mendapatkan pukulan dariku. Ingin rasanya aku membunuhmu sekarang juga karena melakukan hal yang tidak pantas pada adikku!"
"Bunuh saja, dia memang pantas mendapatkannya." Rendra datang bukannya membela Joey. "Kita sudah sering memperingatkannya untuk berhenti minum minuman keras, tapi dia tak pernah mendengarkan. Aku sudah lelah merawatnya." Rendra mendekati Daniel dan menepuk punggungnya. "Tapi sudahlah, semua orang pernah berbuat salah. Seseorang tak akan pernah berubah, jika dia tidak melakukan kesalahan. Jika aku jadi kau, aku pasti akan membunuhnya. Tapi aku yakin kau bukan orang yang akan berpikir pendek sepertiku. Berikan dia kesempatan untuk menebus kesalahannya. Apa dengan memukul atau membunuhnya akan membuat keadaan jadi normal lagi? Tidakkan? Hukum dia, bukan dengan membunuhnya. Tapi buat dia mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan menikahi Egi."
Joey dan Egi merasa lega, ternyata Rendra membela mereka. Mereka melihat Daniel merasa lebih tenang. "Izinkan aku menikahinya," pinta Joey pada Daniel. "Aku akan menjaganya seumur hidupku. Aku benar-benar minta maaf padamu, aku sangat menyesal akan perbuatanku itu. Aku tahu permintaan maafku tidak akan merubah apapun yang telah aku perbuat. Tapi izinkan aku untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatanku itu. Aku sangat mencintainya."
Daniel berfikir sejenak dan mulai melunak. Dia duduk di sofa dan menghela nafas. "Baiklah, kau nikahi Egi, tapi kau harus berjanji untuk menjaganya dengan baik. Aku takkan memaafkanmu jika kau berbuat hal buruk pada adikku," jawabnya pelan. Sebenarnya Daniel sangat setuju Egi bersama Joey. Hanya saja dia tidak suka jika menikah karena hamil di luar nikah. "Atur tanggalnya, kalian harus menikah secepatnya," perintah Daniel.
Egi, Joey, Rendra dan juga Rita tersenyum bahagia. Akhirnya Daniel memberikan restunya. Joey mendekati Daniel. Daniel berdiri, meraka bersalaman dan berpelukan. "Terima kasih," kata Joey. Rendra ikut mendekat dia memeluk kedua sahabatnya itu dan berteriak "kita berpesta!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Rasa Cinta
RomantikEgi, seorang gadis cantik yang egois bertahan mencintai Joey yang jelas tidak mencintainya. Benarkah dia tidak mencintainya? Ataukah dia hanya tidak menyadari cinta itu karena masih terikat akan masa lalunya? Ketika satu persatu kebenaran terungka...