semoga seekor monyet biru
dua kali ukuranku
datang melahap mataku
menyeret sisa-sisa badankuke alam penuh tanda tanya
dengan udara yang tebal
melanggar hukum fisika
dan berbau tembakaumenutup paksa kelopak bunga
yang mekar di akhir dunia
menjadi sinyal penunda
matinya diriku sebagai penandaberanda
rumahku di selatan
dilanda banjir bandang
gelombang mayat-mayat membalini sudah saatnya
mengecilkan diri sendiri
membungkusnya dengan kertas
membakarnya sampai jadi bubukakan kuseduh bubuk diriku itu
seperti kopi para begundal
yang hujan-hujan berkhayal
kapan surga bisa dirental
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOPOEMA
PoesíaM O N O P O E M A Kuambil kembali apa yang tidak pernah kumiliki.