sendiri di stasiun
pukul enam lewat lima tujuh
tangisku masih butir embunkurajah setiap sendu
ke kulit di tubuhku
agar bicara jadi tak perluaku masih datang ke tempat
kencan pertama kita
dan mengingat kata-katayang harusnya kaudengar
telah kembali jadi draf
dan takkan pernah kuucapmenyumbatku dari dalam
menghambat warnaku keluar
dari selubung tubuhku yang kelamkepalaku tenang dan berair sejuk
ditumbuhi rumput liar yang beracun
durinya merobek kulit para perenungrasanya benar
di konstelasi kemanusiaan
aku cuma ruang kosong belakasejatinya takdirku juga
masihlah sebuah draf
di tangan kemungkinan
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOPOEMA
PoesíaM O N O P O E M A Kuambil kembali apa yang tidak pernah kumiliki.