61 - Anargya

2.5K 380 59
                                    

🦋 Halohai! 🦋

Akhirnya aku update lagi setelah sekian lama.

Maaf banget, ya, aku ilang-ilangan, hihi. Soalnya emang awal masuk kuliah, jadi belum bisa bikin time management yang bener, masih rancu banget dan berujung ngga ada waktu buat gabut-gabut nulis begini. Insya Allah udah mulai rajin nulis lagi setelah ini walaupun update-nya ngga berkala, ya.

Oh, iya, kemarin kayaknya ada yang tanya arti dari setiap part yang aku update, ya? Oke, mulai sekarang aku mau tulis artinya. Buat yang kemarin itu "Arsanti" artinya berhati gembira, bisa dibaca di part 60, kan, isinya emang bahagia gitu.

Selamat membaca part ini, semoga suka, yaaa! Ditunggu komentarnya yang banyak biar aku semangat nulis. Oke?

Anargya; tak terhingga nilainya.

Kamis; Ulang Tahun Kaila.

08.30

Semua persiapan sudah tertata dengan baik dan rapi sesuai dengan yang Bian, Nara, dan Dinda mau. Dekor tersusun dengan apik. Semua tatanan yang berada di rumah Bian tentunya membuat siapapun berdecak kagum. Perayaan ulang tahun bocah berumur enam tahun namun terlihat sangat mewah dan meriah.

Siapa lagi kalau bukan Bian yang mengabulkan permintaan putrinya. Selagi masih mampu dan bisa, apapun yang Kaila inginkan akan selalu Bian turuti.

Bian pun tengah menunggu Nara berdandan di kamarnya. Terhitung sudah lebih dari lima belas menit dan Nara masih duduk memoleskan entah apa yang bahkan Bian pun tak tahu di depan meja riasnya.

"Ngga bisa lebih lama lagi, Ra?" tanya Bian sambil menghela napas.

Nara yang mendengar perkataan suaminya justru terkekeh. "Sabar. Beneran sebentar lagi. Tinggal pake bulu mata, lip stick, minyak wangi, sama anting. Udah," jawab Nara.

Lagi. Bian hanya menghela napas kasar. Akhirnya dia memilih untuk duduk di tepi tempat tidur depan nakas. "Tiga menit kalau belum selesai saya tinggal, ya?" ancam Bian yang membuat Nara menoleh.

"Berarti aku bebas pilih sepatu hak tinggi mana aja, ya?" tanya Nara berbalik mengancam.

"Hak tinggi tiga senti. Tidak lebih."

Nara pun tak menjawab hanya berdecak. Dia tidak bisa menerapkan larangan adalah perintah saat ini. "Ya, udah, berarti kamu harus sabar nunggu aku," jawab Nara.

"Bukan masalah sabar, Denara Ayudia, tapi Dinda udah datang dari tadi. Ayah sama Ibu kamu juga kayaknya udah datang, masa kita terlambat?" tanya Bian dengan nada halus.

Nara menoleh kembali. "Oh, kamu ngga sabar ketemu mantan istri?"

"Terserah."

Jawaban tersebut berhasil membuat Nara tertawa. Memang kegiatan favoritnya saat ini adalah menggoda suaminya itu. Baru sedikit saja sudah terpancing emosi.

Benar-benar tiga menit waktu yang dihabiskan oleh Nara untuk menyempurnakan polesan yang ada di wajahnya. Selanjutnya dia berjalan di rak sepatu dan memilih sepatu berhak tiga senti sesuai permintaan lelaki yang tengah duduk di tepi tempat tidur itu.

"Yuk," ajak Nara.

Bian yang tengah menggulir ponselnya pun berdiri dan memasukkan ponselnya itu ke dalam saku celananya. Pandangannya tertuju pada perempuan yang berada di depannya. Perempuan yang mengenakan gaun selutut berwarna nude, senada dengan jasnya.

Hal ini memaksa Bian pribadi untuk mengingat kejadian tempo hari saat bertemu dengan Nara dan mengantarnya pulang. Mengenakan pakaian yang warnanya hampir sama.

Amerta - [The Other Side of Aldebaran & Andin] [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang