Keharmonisan keluarga Kenny begitu terlihat serasi dan pastilah kehidupan seperti itu yang di dambakan bagi semua orang di dunia bahkan tak jarang pula Pak Galih dan Bu Mike memutuskan tidak pergi ke kantor demi bisa berkumpul dengan Kenny.
"Mah, Pah, kapan-kapan kita berziarah ke makan Bang Andre ya," permintaan dari Kenny membuat Pak Galih dan Bu Mike saling pandang.
"Iya sayang, besok kan hari Jum'at kita bisa ke sana sama-sama." Bu Mike menimpali ajakan dari Kenny.
Jam menunjukan pukul 19:20 WIB ketika Kenny menatap sekilas jam dingdongnya yang berukuran besar di ruang tengah yang tak jauh dari ruang makan dan terlihat jelas dari balik tirai membuatnya mengingat sesuatu. Setelah selesai makan, Kenny menumpuk piring kotor di dapur dan meninggalkannya begitu saja kemudian mengambil ponsel yang sejak tadi dia colokan buat mengisi daya batrai yang sudah habis.
"Tu, kan gue lupa lagi." Kenny menggerutu sendiri di dalam hati lantas pergi ke atas untuk merebahkan tubuh di kamarnya.
Sebuah notifikasi tertera di bar layar yang menunjukan sebuah pesan masuk.
“Ziya-ya”
“Sayang, aku udah nunggu lama di taman, kamu lupa kalau ngajak jalan aku?”
Begitu membaca pesan dari Ziya, Kenny langsung menarik jaket berwarna merah dan kunci motor yang tergantung di dinding kemudian berpamitan dengan orang tuanya untuk segera menemui Ziya sedangkan di ruang keluarga Pak Galih dan Bu Mike menahan tawa akibat kecerobohan anaknya.
"Sikap kamu ternyata turun ke anakmu ya," ucap Bu Mike pada suaminya.
"Anak kamu juga ma. Ya, mungkin sebagian jiwa papah ada padanya." Pak Galih menimpali sambil terkekeh dan membiarkan kepala Bu Mike bersandar dibahunya.
"Andai saja Andre masih bersama kita, apa dia juga akan sama perilakunya seperti kamu, ya Pah." Bu Mike mengingat putra pertamanya, wajah yang cubby dan rambut sedikit gondrong sama seperti ayahnya waktu muda dengan alis tipis seperti itulah gambaran dari Andre dibayangan mamanya.
"Mah, Andre udah tenang di sana ..., mama jangan sedih gitu, dong." Pak Galih mengusap pipi istrinya dan mencium kening Bu Mike sambil merangkulnya dengan penuh kasih sayang.
***
Di taman dekat aliran sungai yang jernih, Ziya masih mondar-mandir menunggu kedatangan Kenny dan hampir dua jam dia cemas dan khawatir juga merasakan kesal karena sikap Kenny yang pelupa. Tak lama setelah Ziya kembali duduk, suara mesin mobil memudarkan lamunanya.
"Sayang, kamu kemana aja sih?" rajuk Ziya sambil memanyunkan bibirnya kesal dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Maaflah, tadi aku habis ngobrol sama mama sama papah. Kamu udah lama di sini?" tanya Kenny setelah selesai memberikan penjelasan.
Ziya memeluk lengan Kenny saat Kenny duduk disampingnya dan Kenny tahu sikap manja dari kekasihnya itu pasti ada sebabnya meskipun mereka baru menjalin hubungan sekitar dua minggu ini.
"Kamu mau apa? Makan atau jalan-jalan?" tanya Kenny sambil mengusik rambutnya pelan dan mencium keningnya. Kenny merasa bahwa Ziya adalah jodoh yang selama ini dia cari dan Ziya lah yang paling sempurna buat mendampingi hidupnya sampai kapanpun.
"Sayang, bentar lagi kan ujian. Aku dilarang mama buat pacaran dulu, menurutmu gimana?" Ziya meminta pendapat dari Kenny.
Sesaat Ziya mengangkat kepalanya dari sandaran dibahu Kenny dan melihat kearah Kenny.
"Tidak masalah, kamu fokus sama pelajaran dulu soalnya kalau kamu lulus kan nanti kita bisa satu perkulian." Kenny memberi pengertian pada Ziya.
"Makasih ya, aku senang bisa sama kamu Ken." Ziya bangkit dengan menggembangkan senyum membelakangi Kenny.
"Apaan sih, gak usah bucin." Kenny ikut berdiri dan mensejajarkan badannya disamping Ziya seraya menatap gelapnya semesta bertabur keindahaan yang hakiki.
Di sela mereka memandangi malam sambil merasakan udara dingin merasuk tulang mereka, Kenny yang menyadari Ziya mengusap-usap lengannya langsung membuka jaket dan membalutkannya dibadan Ziya.
"Saf, coba lihat sini ..., ada yang lagi ngebucin malam-malam." Safa yang melihat adegan itu pun langsung menggeraskan suara memanggil Safa yang berdiri tak jauh dari dirinya.
Kenny dan Ziya bersamaan memalingkan wajah seraya bangkit dari duduk mereka untuk mendatangi Lita yang menganggu mereka.
"Loe gak ada habis-habisnya ya, suka banget gangguin gue. Presis lalat." Kenny ngomel dengan jari menunjuk wajah Lita.
"Biarin gue kayak lalat daripada loe gak jauh beda sama kotoran manusia." Lita melengoskan wajahnya kesal dan hampir ditampar oleh Ziya.
"Apa loe anak manja, berani sama gue!" Lita nantang Ziya yang tangannya tercegah oleh Kenny.
"Lagian loe ngapain ganggu orang pacaran, kayak gak ada kerjaan aja. Apa jangan-jangan loe cemburu sama gue?" tanya Kenny sambil mengangkat satu alisnya sesekali mengusap bajunya dengan penuh karismatik untuk pemuda seusianya.
"Gue kan tadi udah bilang, loe itu kayak kotoran manusia makanya lalat seperti gue bisa ngecium bau badan loe." Lita memutar kalimat yang tadi diucapkan oleh Kenny.
"Sialan loe, keren, cool, manco gini dikatain kotoran manusia. Loe tu, kotoran sapi." Kenny membalas umpatan dari Lita tetapi kali ini Safa mengambil tindakan untuk melerai perkelahian mereka.
Dengan cekatan Safa mengambil aqua berukuran sedang dan menciduk air sungai dikedua aqua yang dia bawa kemudian tanpa komando Polisi, Safa mengguyur tubuh Kenny dan Lita bersamaan membuat mereka menjerit bareng.
"Ah, sial ..., dingin tahu." Kenny dan Lita saling pandang karena kalimat yang mereka ucapkan sama.
"Kenapa loe ngikutin gue." Kali ini suara mereka pun hampir bersamaan.
Safa mengibas-ibas kedua tangannya diudara.
"Lagi ngapain sih loe!" bentak Kenny dan Lita sedangkan Ziya sudah seperti patung pancoran hanya diam menyaksikan pertikaian mereka.
"Gue lagi ngusir roh-roh penganggu, siapa tahu setelah mereka kabur. Kalian bisa akur lagi." Safa menjelaskan dan masih meniup-niup udara hampa sesekali tangan digerakkan ke kanan kiri atas dan bawah presis seorang paranormal yang sedang membuka prakter abal-abal.
"Ah ..., kurang kerjaan banget roh-roh gangguin gue. Yang ada ni, mereka gangguin dua manusia itu,tu. Karena gak punya adab pacaran di pinggir rumah orang." Lita menunjuk Kenny bergantian dengan Ziya yang menggerutkan kening heran.
"Eh, emang rumah loe di sini!" bentak Ziya yang sudah tidak bisa menahan emosinya.
"Rumah gue sih bukan disini, kan, disini rumahnya roh-roh yang dibilang sama Safa." Lita dan Safa pun langsung berlari karena Kenny sudah melepaskan sepatunya bersiap buat melayangkan ke wajah Lita.
"Hahhha, rasain basah!!!" teriak Lita setelah agak jauh dari Kenny dan Ziya.
"Loe juga basah gitu, ngapain ngatain orang," sahut Safa sambil menutup mulut menahan tawa karena Lita sudah presis kucing kecebur goat.
"Ini kan kerjaan loe, gue kan udah bilang yang diguyur si Onyet aja kenapa sama gue," gerutu Lita sesekali mengibas rambutnya yang basah terkena air sungai.
"Tapi gue puas udah bikin moodnya si Onyet hilang lagian cewek ganjen aja dia sukai, impas kan sekarang." Lita mendongak menatap langit yang mulai tertutup awan hitam disaat Safa hanya bisa manggut-manggut karena ide konyol sahabatnya yang mengikuti Kenny pergi setelah tanpa sengaja melihat mobil Kenny yang terjebak lampu merah ketika Lita dan Safa pergi ke minimarket yang tak jauh tempat lokasinya dari Kenny.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI DUA HATI
SachbücherPertengkaran selalu saja terjadi pada seorang siswa bernama Kenny dan juga Rizenalita seorang Gadis. Namun, prihal cerita mereka terjebak oleh dua sisi hati yang menjerumuskan keduanya hingga membuat Kenny beranggapan bahwa dia mencintai Rizenalita...