40. SUNYI

3 2 0
                                    

    Lita termenung diantara bunga-bunga yang sedang mekar sambil menatap buku yang pernah dia berikan pada Kenny. Bahkan sampai saat ini dia belum membukanya dan tidak tahu isi dari buku tersebut.

     Di sela lamunannya, Safa datang bersama Fika. Mereka kini menjadi teman akrab setelah melakukan jerit malam waktu itu. Namun, bukan hanya mereka berdua saja melainkan Delna juga ikut menemui Lita.

     "Loe kesepian gara-gara gak diganggu Kenny?" tanya Safa sambil duduk di samping Lita.

    Lita mendongak, melihat ketiga Wanita sudah berdiri di belakangnya karena sekarang hari minggu jadi mereka bebas untuk kemana saja.

     "Kalian, enggak kok. Gue lagi bingung mau ngapain." Lita mengeser duduknya supaya ketiga temannya bisa bergabung.

     "Lit, gue minta maaf sama loe.  Kalau gue pernah jahatin loe," ucap Delna.

     "Enggak, loe gak pernah jahatin gue, gue tahu kok loe cuma sandiwara kan?" tanya Lita sembari menjabat uluran tangan dari Delna.

     "Iya, dulu sih gue sempat berpikir buat dapatin hatinya Kenny tapi Kenny memilih Ziya karena Kenny enggak tahu aja kalau sikap Ziya di kelas bagaimana. Dia itu dikenal sebagai playgrils." Delna menceritakan semuanya.

     "Makanya sejak saat itu, gue gak mau berteman sama dia." Delna melanjutkan.

      Fika yang masih melihat-lihat sekitar teralihkan pada sebuah buku yang tertutup.

      "Loe lagi belajar?" tanya Fika.

       Lita yang tadinya asyik berbicara pada Delna teralihkan oleh Fika dan Safa yang sejak tadi mendengarkan cerita dari Delna.

      "Ouh, enggak ..., itu buku udah lama banget." Lita mengambil buku yang terletak diujung kakinya.

       "Loe belum buka?" tanya Safa karena penasaran dan ingin tahu isinya, Safa mengambil alih buku dari genggaman Lita.

      "Gue coba intip ya, boleh gak?" tanya Safa.

     Fika manggut-manggut. "Gue juga kepo." Fika pun mensejajarkan duduknya disamping Safa.

      "Buka aja, siapa tahu ada harta karunnya." Lita mengizinkan, mereka bertiga bergegas untuk membukanya dan bersemangat untuk membaca.

      Delna terbelalak tidak menyangka dengan deretan kunci gitar dengan lirik lagunya yang begitu apik. Bukan hanya itu, Safa dan Fika pun ikut tertegun.

     "Liriknya puitis banget," gumam Fika.

      "Iya, gue kalau dinyanyikan sama seseorang juga meleleh." Delna menimpali.

      "Inikah reff-nya?" tanya Safa yang menunjuk dibagian tengah.

     Lita yang baru saja pergi untuk mengambil air dingin buat teman-temannya lantas diam karena melihat ketiga temannya yang sedang menghayal.

     "Kalian kenapa sih?" tanya Lita sambil menaruh baki diatas meja.

     "Loe gak salah kalau milih Kenny, Kenny jago bikin lagu." Safa bersemangat untuk menunjukkan hasil karya dari Kenny.

     Lita membuka dan membaca sekilas, dia tidak tahu liriknya tetapi itu sangat mendalam bagi anak muda yang sedang merasakan kegelisahan.

      Pak Halim dan istrinya ikut bergabung setelah mendengar keramaian di belakang rumah mereka dan karena merek penasaran, mereka pun duduk di salah satu kursi yang kosong.

       "Kalian ada apa?" tanya Pak Halim.

      "Eh, Om ..., tante, gimana kabarnya?" tanya Safa.

MENCINTAI DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang