Semburat orange telah menyambut di kaki langit, awan-awan yang bergulir terbawa angin sore pun mulai menutup langit yang nampak biru terselimuti oleh warna orange. Setelah Kenny mengantarkan Lita pulang sejenak dia berhenti di taman untuk menikmati senja yang kini menghiasi semesta alam."Seperti mimpi, gue bisa akrab lagi sama Lita." Kenny bermonolog dalam hati sesekali memutar tutup botol sprite yang baru dibelinya.
"Weh, ada yang galon kayaknya di sini," ucapan itu sontak membuat Kenny menengok ke belakang dan melihat Galang bersama Faldiansyah yang tengah berdiri sambil memegang batagor.
"Kalian ngapain ke sini?" tanya Kenny penasaran dan sedikit bergeser karena Galang memberi intruksi lewat tangannya.
"Emang cuma yang punya kekasih aja yang boleh main ke sini?" cetus Galang sambil menusuk batagor yang dibelinya.
"Gak ada undang-undang larangan sih cuma kalau kalian jalan berdua yang ada cewek semua pada kabur dikira mikir yang enggak-enggak," sahut Kenny dengan tangan mengeluarkan gawai dari saku celana.
"Ngomong-ngomong loe gak sama Ziya?" tanya Faldiansyah sambil celinguk sana, celinguk sini mencari keberadaan Ziya.
Kenny menghembuskan napas."Gue gak tahu kemana dia, tadi sih gue udah ke rumahnya tapi kata orang rumah, lagi pergi sama nyokapnya." Kenny mengambil batagor milik Faldiansyah.
"Emm, makanan gue, loe samber aja kayak petir," gumam Faldiansyah sembari mematahkan tusuk menjadi dua bagian.
Galang yang diam-diam menikmati batagor tidak mengubris omongan Faldiansyah dan Kenny yang sibuk mempertarungkan batagor dua ribuan, dia malah asyik memangku kaki kanan yang ditumpangkan bersilang di kaki kiri sambil melihat banyaknya orang yang menghabiskan waktu di taman.
"Eh, eh, Ken ..., bukannya itu Ziya tapi sama siapa?" Galang meletakan mangkuk kecil berisi setengah batagor di samping dia duduk seraya menunjuk ke selatan dimana dua orang insan sedang berbincang.
"Uhuk!!!" tiba-tiba Kenny tersedak mendengar ucapan Galang.
"Mana? Jangan ngasal deh kalau ngomong." Kenny masih mencari-cari keberadaan Ziya.
"Gue bukan Kang Sule yang bisa ngelawak, lihat tu ..., tu." Sampai akhirnya Galang memegang tangan Kenny sambil menunjukkan ibu jari ke arah selatan.
Ziya yang belum menyadari kedatangan Kenny yang sudah panas seperti air mendidih masih santai ngobrol di ayunan taman bersama pria lain.
"Ziya ..., kamu di sini?" teguran itu berhasil membuat Ziya berdiri dan menatap Kenny yang sedang memegang besi ayunan.
"Ken, Kenny ..., kamu di sini juga?" Ziya balik bertanya membuat Kenny emosi.
"Gue tanya kenapa balas tanya, gue tadi ke rumah loe dan orang rumah loe bilang kalau loe lagi pergi sama nyokap tapi yang gue lihat loe sama cowok lain." Kenny menunjuk ke arah pria yang tidak terlalu tinggi darinya.
"Sayang, kamu kok bilang gitu. Kenapa juga pake loe, gue ..., ini temen aku, temen sayang gak lebih." Mendengar hal itu pria itu menggeleng.
"Apa, teman ..., jadi hubungan kita yang udah jalan satu minggu kamu bilang kita ini teman?" ucapnya sambil mengusik rambutnya dengan kasar. "Nyesel gue jalan sama loe, mendingan gue balikkan sama Delna." Pria itu lantas berpaling tapi dibelakang dia sudah ada Galang dan Faldiansyah.
"Loe, loe Vino kan?" ucap Faldiansyah yang kenal sama pria itu sedangkan Galang hanya melihat wajah Vino yang selama ini dia dengar dari Faldiansyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI DUA HATI
Non-FictionPertengkaran selalu saja terjadi pada seorang siswa bernama Kenny dan juga Rizenalita seorang Gadis. Namun, prihal cerita mereka terjebak oleh dua sisi hati yang menjerumuskan keduanya hingga membuat Kenny beranggapan bahwa dia mencintai Rizenalita...