28. MENCOBA

2 3 0
                                    

      Langit pagi ini tidak menunjukan rona orangenya yang selalu tampil menawan di tirai-tirai awan. Mungkin karena sedikit mendung membuat rona itu semakin lama semakin memudar.

       Lita tengah menikmati suasana pagi di taman kota bersama Safa karena mereka hari ini diliburkan setelah selesai mengikuti Ujian Nasional.

      "Lit, loe udah jenguk papanya Kenny?" tanya Safa seraya memasukkan satu batagor ke dalam mulutnya.

      "Belum, mungkin nanti malam sama papa." Lita menselonjorkan kakinya sambil menggoyang-goyangkan diatas rerumputan.

      "Kenapa gak sekarang, biar gue bisa ikut."

      "Boleh, gue juga pengen liat keadaan papanya." Lita bangkit dan diikuti oleh Safa.

     Mereka berdua pun bergegas meninggalkan taman kota yang belum terlalu ramai oleh kalayak orang yang menghabiskan waktu pagi untuk olahraga.

     "Gue kayak liat Ziya," ucap Safa sembari jogging pagi.

     "Mana?" Lita celingukan tetapi tidak melihat sosok Ziya.

       "Mungkin salah liat gue," sahut Safa.

     Lita mengangguk."Loe pake baju gue aja daripada pulang ke rumah." Lita memberi tawaran.

     "Boleh." Safa merasa senang karena memang jarak rumah Safa dan Lita cukup jauh tetapi ketika Safa pergi ke rumah Lita, Safa lebih suka megoes sepeda.

        ****

      Semalaman suntuk, Kenny menemani papanya di rumah sakit. Pak Galih masih belum membuka matanya karena terlalu syok ketika mendengar bahwa rumahnya disita Bank.

     "Bangun, pah." Kenny memegangi tangan papanya sesekali merapalkan doa untuk kesembuhan beliau.

      Melihat Bu Ias datang bersama mamanya, Kenny beranjak dari duduk.

      "Mama pagi banget ke sini?" tanya Kenny.

      "Mama khawatir, semalam mama mimpi buruk." Bu Mike masih merasa gemetar karena ketakutan.

      "Mama, kok bilang gitu," ucap Kenny sambil menengkan mamanya.

      "Den, Bibi bawakan roti buat sarapan." Bi Ias memberikan roti pada Kenny dan Kenny mengambilnya.

      Meski dia sudah makan bakso semalam tapi rasa laparnya semakin meronta karena mencium bau obat-obatan yang menyengat indra penciuman.

      Bu Mike terus duduk disamping Pak Galih sembari mengusap lengannya dan dirasakan gerakan jemarinya.

     "Pah, Papah sadar!!!"

     Sontak suara penuh penekanan itu membuat Kenny berpaling dan melihat papahnya.

      "Ma, bentar biar Kenny panggil Dokter." Dia pun langsung pergi ke ruang dokter dan memberitahukan kondisi papanya.

     Pak Dandang yang baru selesai pergi ke pasar untuk membeli sayuran lantas ke rumah sakit karena mengkhawatirkan kodisi Pak Galih. Namun, Ketika Pak Dandang sampai di lorong rumah sakit, netranya melihat Bu Mike dan Bi Ias yang berdiri di samping pintu begitu juga dengan Kenny.

     "Ada apa ini Den?" tanya Pak Dandang.

      "Papa tadi gerak-gerak jarinya, sekarang sedang diperiksa."

     Mendengar hal itu, Pak Dandang mengucap puji syukur seraya mengusap dadanya. "Alhamdulilah, semoga lekas membaik."

     Dokter Dika yang merawat Pak Galih tak lama keluar bersama suster Intan.

MENCINTAI DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang