41. API CEMBURU

1 2 0
                                    

     Suasana di kampus seakan berbeda tanpa Kenny. Tidak seperti sebelumnya yang penuh dengan kenakalannya bahkan ketika Galang duduk di tepi kolam ikan, Kenny yang lebih dulu melemparinya dengan biskuit yang Kenny punya atau boncabe yang selalu dia bawa di dalam tas.

     "Lang, sekarang ikan-ikan itu gak kepedesan lagi," ucap Faldiansyah.

     "Iya, tapi gue heran sama Kenny. Kok idenya ada gitu buat ngasih ikan sama boncabe emangnya ikan bisa merasakan pedas?" tanya Galang sesekali memberikan secuil daun yang dia petik barusan.

    "Gak tahu juga sih, tanya aja sama ikannya," ucap Faldiansyah sambil menatap ikan hias di dalam kolam.

      Delna yang melihat dua sosok pria yang tidak asing baginya langsung memghampiri dan ikut duduk di tepi kolam ikan.

      "Kalian lagi apa?" tanya Delna.

      "Lagi mewawancarai ikan," jawab Galang sambil terus melemparinya dengan daun.

      "Emang ikan bisa ngomong?" selidik Delna.

      "Tanya aja sama ikan, dicoba." Galang memberikan cela buat Delna melongok ke dalam kolam.

     Faldiansyah terkekeh karena Galang mulai bersikap usil.

     "Loe gak usah percaya sama omongannya, karena sebentar lagi loe bakal jatuh ke dasar kolam," ujar Faldiansyah sambil menarik lengan Delna karena Galang hampir mendorongnya.

     "Auh. Sakit." Pekik Delna seraya mengusap tangannya yang terbentur tepi kolam.

      Faldiansyah terdiam sejenak. Dia bahkan tidak sengaja untuk menarik lengannya Delna sehingga Delna merintih kesakitan.

      "Loe gak apa-apa?" tanya Faldiansyah merasa canggung.

      "Gak, gue baik-baik aja. Lagian Galang usil banget, ketularan Kenny tu pasti," sloroh Delna.

     Di sela Galang tertawa Delna memilih pergi dan menjauh dari dua laki-laki itu. Namun, tatapan mematikan sejak tadi sudah mengintai mereka tanpa mereka sadari.

     "Loe kenapa cemberut gitu?" tanya Lita, ketika Delna masuk ke dalam kelas.

    "Gara-gara Galang, gue jadi luka," gerutu Delna sambil masih mengusap lengannya.

    "Galang, kenapa dia? Memprovokatori loe?" selidik Safa.

     "Dia mau dorong gue ke kolam ikan," jelas Delna.

     Safa tertawa keras membuat sebagain mahasiwi memperhatikan dia tetapi dia langsung sadar bahwa saat ini dia sedang menjadi tontonan.

     "Kok bisa?" tanya Safa sambil menarik tisu di depannya untuk menghilangkan kotoran dimatanya.

     "Gak tahu, ketularan Kenny palingan." Delna mencoba tetap tenang meski hatinya dongkol.

   Fika dan Lita sudah meredahkan tawa mereka dan kembali fokus dengan buku yang mereka pelajari. Namun, jangan lupa dengan tatapan yang selalu mengintai mereka dengan gejolak amarah yang begitu menggebu, Ziya masuk di kelas bahasa.

     "BRAAAAKKK!!"

     Gebrakan meja lantas mengalihkan semua pandangan, Ziya menghampiri Delna yang tengah duduh bersama teman-temannya sedangkan Galang dan Faldiansyah yang baru saja masuk memperhatikan sikap Ziya karena memang mereka satu jurusan kecuali Ziya yang tiba-tiba nyelongong masuk kelas orang.

     "Kenapa Zi, kerasukan hantu apa loe?" tanya Galang seraya duduk.

      "Loe gak usah ikut campur, gue ada urusan sama dua curut ini." Ziya menunjuk Lita dan Delna yang duduk berdampingan.

MENCINTAI DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang