14. PRADUGA

6 4 6
                                        

     Di suasana yang ramai dengan banyak orang menghabiskan waktu bersama dengan orang terkasih mereka, Kenny mengajak Ziya untuk mampir sebentar di car free day sambil menikmati secangkir susu jahe di sore hari ini setelah mereka menyelesaikan tugas mereka.

      "Sayang, kamu kok diam mulu, masih marah sama aku?" pertanyaan itu membuyarkan lamunan Kenny yang sedang menikmati aroma khas dan hangat dari susu jahe.

     "Enggak kok, kenapa kamu mikir begitu?" tanya Kenny sambil mengusap lengan Ziya. "Kamu gak usah khawatir, sebentar lagi kita lulus terus aku mau kita juga di tempat universitas yang sama jadi kamu gak usah takut kalau aku bakal ninggalin kamu," Lanjut Kenny sesekali menyeruput susu jahe.

     "Aku gak tahu seberapa besar kasih sayangmu sama aku sehingga kamu rela buat mempertahankan hubungan kita," ucap Ziya, lantas Kenny mendongak menatap Ziya yang sedang tertunduk menatap piring berisi stik kentang.

     "Kasih sayangku enggak bisa dihitung, Zi." Kenny menimpali tapi sejak awal Kenny menjalin hubungan bersama Ziya, Kenny bahkan tidak pernah memanggilnya dengan sebutan kasih sayang.

       Di sela obrolan mereka Delna datang bersama Vino meletakan piring berisi pesanan mereka dan satu gelas jus buah naga.

       "Boleh gabung di sini?" ujar Delna sambil menyeret kursi buat dia duduk begitu juga dengan Vino.

       Kenny dan Ziya terdiam sesaat dan mengangguk padahal mereka sudah duduk sejak tiga menit lalu sebelum Kenny dan Ziya memperbolehkan mereka duduk.

       "Sepertinya hubungan kalian langgeng," ucap Delna sambil menyeruput minumannya dan memakan ring potatonya.

        "Hubungan langgeng karena saling percaya," jawab Kenny dengan wajah datar.

       Mungkin bagi anak SMA itu hal tidak wajar tetapi ada alasana kenapa Kenny begitu setia terhadap Ziya.

      "Ohya, tapi kok seperti ada udang dibalik bakwan," sloroh Delna membuat Kenny menatap sekilas ke arahnya.

      "Maksud kamu apa sih?" ucap Ziya tidak terima dengan ucapan Delna, meski dia sahabatnya sendiri tetapi Delna telah mengklim bahwa Ziya jahat dimatanya.

      "Halah udah deh, loe kan kalau di kelas ...." Delna menghentikan ucapannya. "Eh, hem ..., suka godain cowok," sindir Delna membuat Ziya melotot.

      "Apa sih yang loe katakan gue gak tahu," celah Ziya tetapi kali ini Kenny memegang lengan Ziya pertanda dia harus berhenti berbicara.

      "Kalian berdua kalau mau merusak hubungan orang jangan gini caranya, kuno tahu." Kenny menimpali sambil mengajak Ziya pergi dan meninggalkan makanan mereka yang masih setengah piring.

      "Ya udah ...," gumam Delna sambil tersenyum devile tetapi kali ini dia puas telah membuat Ziya malu di depan Kenny dan Vino.

      Vino pun yang sejak tadi duduk hanya bisa mendengarkan perdebatan mereka dan kembali makan.

      "Loe gak peka banget, gue udah susah payah buat dapaten loe. Loe malah seperti lebah."

      ****

      Di rumah setelah Kenny mengantar Ziya pulang, dia hanya diam sesekali berpikir tentang omongan Delna tadi, mungkinkah semua omongannya benar tetapi kenapa Delna terang-terangan berbicara di depan Ziya seperti itu, apa yang ada di balik semua ini. Seperti itulah gambaran kalimat yang ada dipikirannya, Kenny mengaruk kepalanya kencang karena merasa kesal.

     "Apa dugaan gue tentang Ziya benar?" gumam Kenny bermonolong sesekali melepas sepatunya dan meletakan kaos kaki di tempat yang sudah tersedia di dalam kamarnya.

MENCINTAI DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang