26. UJIAN TERAKHIR

4 3 1
                                    


    Delna tampak menahan dendam setiap kali melihat wajah Kenny yang mempermalukan dirinya di depan Ziya sahabatnya. Tidak ada satu menit pun dia gunakan untuk tidak berpikir menjatuhkan nama baik dari Kenny.

    Faldiansyah yang melihat Delna tengah berdiri di koridor pun hanya melangkah dengan santai. Namun, Delna menghentikan jalannya.

    "Kenapa Del?" tanya Faldiansyah ketika tangannya tercekal oleh Delna.

    "Loe gak mau maafin gue?" tanya Delna."Gue pengen loe balikan sama gue," lanjutnya.

    "Maaf Del, mungkin masalalu memang harus dihapus karena gue tahu kalau sekali orang berkhiyanat, besok dia juga akan melakukannya lagi." Faldiansyah tidak berpaling untuk melihat ke arah Delna.

    "Segitu bencinya loe sama gue, gue kan udah pernah bilang kalau gue terpaksa jadian sama Vino." Delna masih bersikeras untuk mendapat kepercayaan dari Faldiansyah.

    "Sory, sekali lagi gue gak bisa. Soalnya sudah ada orang lain di hati gue." Faldiansyah langsung pergi sebelum ditanya banyak oleh Delna.

     Delna mencengram tangannya sendiri, jika tidak Kenny yang menjadi mangsanya setidaknya dia masih punya Faldiansyah yang mungkin baginya masih bisa dipergunakan.

     "Kalian berdua ..., sombong sekali." Delna menggerutu sendiri.

      Galang dan Lita yang baru saja berangkat melihat kejadian itu tetapi mereka tetap diam dan tidak ingin ikut campur dengan urusan mereka.

      "Lit, kita kok bisa akur ya?" tanya Galang secara tiba-tiba.

       Lita pun sempat berpikiran yang sama dengan Galang.

       "Gue juga gak tahu, asal mulanya dimana." Lita mengangkat bahunya. "Kan, elo yang dekat-dekat gue." Lita melanjutkan membuat Galang terbelalak.

      "Perasaan gue gak enak," gumam Galang, seraya pergi untuk masuk ke dalam ruang lab komputer untuk melaksanakan ujian terakhir.

       "Ehh, asal pergi-pergi aja." Lita menggerutu. "Tapi, bener juga sih ..., dia kan tidak jauh berbeda sama Kenny, kok gue bisa akur." Lita bermonolong sambil terus berjalan.

      Dari arah berlawanan Safa datang dari tempat parkir sepeda dan langsung menghampiri Lita yang terlihat cengegesan sendiri.

       "Kesambet apa loe?" tanya Safa sekaligus membuka materi pelajaran yang akan di ujikan hari ini.

        "Loe nyadar gak sih, kalau kita udah akrab sama tiga human nyebelin sekelas?" tanya Lita seraya menjatuhkan padangannya tepat pada Kenny yang sedang berjalan bersama Ziya dan berpisah dibelokkan karena memang ruangan mereka berbeda.

       "Iya ..., kalau gue sih emang dari dulu gak ada masalah sama mereka, kan loe yang pertama kali tersinggung dengan ledekan Kenny." Safa memberikan alasan sembari mengingat kejadian awal mereka MOS.

      "Loe yang tersinggung karena dibilang kulit loe semulus kura-kura, kan sama Kenny." Safa terkekeh ketika melihat wajah Lita yang langsung muram.

      Safa pun hanya bisa menyungirkan senyum jail. "Terus, loe kenapa pake ambil buku milik Kenny?" tanya Safa, karena dia masih penasaran dengan alasan Lita.

     Kenny yang berjalan kearah mereka membuat Lita tidak menjawab pertanyaan dari Safa sebelum Kenny benar-benar pergi dari hadapan mereka.

     "Masalah itu ..., sebenarnya gue cuma iseng aja sih, gue cuma mau ninggalin jejak tulisan gue yang jelek-jelek sama dia." Lita sedikit berbisik karena ketika membalikkan badan, dia masih melihat Kenny sedang berbincang pada sahabatnya.

MENCINTAI DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang