Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu bagi semua siswa karena mereka akan segera melakukan Ujian Nasional yang mana akan menentukan kelulusan mereka.Lita tampak dengan wajah pucat pasi dan tidak bersemangat memasuki ruang kelas bahkan ketika berpaspasan dengan Kenny, mereka berdua tampak acuh dan tidak peduli.
"Lihat, orang salah kalau ketemu sama orang yang udah jadi korbannya pasti pura-pura gak lihat,"sindir Kenny seraya berjalan ke tempat mereka.
Galang dan Faldiansyah mengangguk meski mereka tidak tahu tetang semua ini.
Setengah jam sebelum Ujian Nasional dimulai semua siswa sudah memasuki ruangan dan terdengar desas-desus sebagian orang yang membicarakan tentang Kenny. Namun, Kenny tidak mengubrisnya dan fokus dengan komputer di hadapannya.
Berselang beberapa menit, terdengar ketukan sepatu yang menginjak lantai dan benar saja seorang pengawas sudah masuk ke dalam dengan membawa lembar absensi.
Guru bername tag Rima itu membuka pertemuan seraya menyerahkan absensi. "Bersyukurlah kalian, di masa pandemi seperti ini kalian masih diperbolehkan ujian dengan tatap muka," ujarnya sambil duduk di depan murid-murid.
"Kalian pasti tidak ketinggalan infomasi dari berita kan?" tanya Bu Rima.
"Iya Bu, di beberapa negara seperti Cina, Amerika, Jepang dan beberapa di asia tenggara banyak siswa yang melakukan PJJ." Faldiansyah menjelaskan.
"Nah, karena kalian di perbolehkan belajar dengan tatap muka semoga ini menjadi patokan semangat kalian, apalagi sekarang masa pandemi," terangnya memberi motivasi.
"Iya, bener ..., tapi kalau gue sih belajar gak belajar nilainya pasti di tengah-tengah gak bagus dan gak jelek banget," sloroh Galang sambil tanda tangan di atas absensi.
"Bukannya loe cuma dapat nilai lima di ulangan matematika?" celah Safa yang duduk di belakangnya.
"Hust, loe kok buka kartu." Galang berpaling dan menonyor tangan Safa.
Suara cekikian terdengar bahkan dari guru pengawas mereka Bu Rima dan Pak Bagus.
"Ya sudah lima menit lagi akan dimulai ujiannya, segera kalian login." Pak Bagus memberitahu dan semua siswa pun langsung mengunci rapat-rapat mulut mereka yang terdengar hanya desisan napas.
Ruangan ber-AC dengan luas hampir lima meter itu kini begitu hening dan sunyi bahkan Bu Rima dan Pak Bagus tidak melakukan apapun selain berjalan ke depan, ke samping dan belakang menyapu semua wajah siswa di kelas mereka supaya tidak terjadi kecurangan.
"Tok, tok, tok!!!"
Suara ketukan membuat semua mendongak dan membuat Bu Rima yang sedang duduk langsung membukakan pintu terlihat dua orang polisi dengan di dampingi guru tengah berdiri di ambang pintu.
"Ada apa Pak Wahyu?" tanya Bu Rima sedikit terkejut karena dia baru mengalami pertama dalam seumur hidup ketika menjaga siswa-siswi di datangi polisi.
"Tolong panggilkan Kenny, Bu." Pak Wahyu menjawab dengan suara pelan sebab takut menganggu yang lain.
Bu Rima pun mengangguk lantas masuk dan menganggil nama yang di sebutkan, Kenny yang baru mengerjakan satu soal pun merasa bingung karena tiba-tiba di suruh keluar. Betapa terkejutnya dia mendapati dua polisi menghadang di depan pintu.
"Ada apa Pak?" tanya Kenny dengan suara lirih.
"Ayah anda sedang menjalani perawatan di rumah sakit, jika anda sudah selesai mengerjakan Ujian sebaiknya anda temui ayah anda." Pak Polisi memberi kabar buruk bagi Kenny.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI DUA HATI
Non-FictionPertengkaran selalu saja terjadi pada seorang siswa bernama Kenny dan juga Rizenalita seorang Gadis. Namun, prihal cerita mereka terjebak oleh dua sisi hati yang menjerumuskan keduanya hingga membuat Kenny beranggapan bahwa dia mencintai Rizenalita...