Kenny pulang dari rumah Ziya dan seperti biasa kota metropolitan tidak jauh-jauh dari kata kemacetan. Kali ini, dia sedang menepikan motor karena dalam seklebat mata seakan menangkap wajah seseorang. Namun, wajah itu tidak terlalu jelas karena pandangannya kabur oleh kendaraan yang melintas.
"Nak, Kenny. Kenapa bengong disini?" pertanyaan itu lantas membuat Kenny berpaling dan kehilangan jejak pria yang tadi dia liat.
"Eh, Pak Nasrul. Enggak Pak, tadi cuma kayak liat seseorang disebrang jalan." Kenny melihat Pak Nasrul yang membawa beberapa dagangan.
"Bapak jualan malam-malam?" tanya Kenny.
"Iya, soalnya kemarin anak bapak terserempet mobil."
Mendengar pengakuan dari Pak Nasrul, Kenny hanya bisa diam dan menelan saliva dengan berat.
"Astagfiruallah, kesrempet?" ulang Kenny. "Lalu, bagaimana keadaannya?" tanya Kenny.
"Sekarang dia belum bisa jalan karena kakinya terluka." Pak Nasrul menjelaskan.
"Bapak, malam-malam begini jualan sampai jam berapa?" tanya Kenny selain dia kehabisan kalimat untuk mengatakan sesuatu lantas Kenny mengalihkan pembicaraan karena melihat wajah sedih dari Pak Nasrul.
"Jam sepuluh, kalau jalanan sudah tidak ramai biasanya bapak pulang." Pak Nasrul mengusap peluhnya.
"Sebaiknya, Bapak ikut sama Kenny dulu. Keliatannya Pak Nasrul lelah sekali, kebetulan kostan saya dekat dari sini. Nanti saya antar bapak pulang." Kenny menawarkan kebaikan.
"Tapi ...." Pak Nasrul seakan ragu untuk ikut bersama Kenny.
"Tidak usah khawatir, insallah Kenny amanah." Kenny menyakinkan dan akhirnya Pak Nasrul ikut bersama Kenny karena dia ingat belum salat isya.
Setelah masuk jalan beraspal, Kenny berhenti di kostannya dan di luar seperti biasa. Keluarganya sedang berkumpul untuk menghilangkan rasa gerah karena kostan yang terlalu sempit.
"Assalamuallaikum." Pak Nasrul mengucapkan salam dan meletakan dagangannya di depan dia berdiri.
"Waalaikumsallam, Astagfiruallah. Ini Pak Nasrul?" ucap Pak Galih setelah mendapati seseorang yang tengah berdiri di depan rumahnya.
"Pak Galih?"gumam Pak Nasrul seraya menjabat tangan Pak Galih.
Kenny yang baru saja memparkirkan kendaraannya terlihat bingung karena melihat kedekatan mereka.
" Mah, papa sudah kenal?" tanya Kenny.
Bu Mike mengangguk dan mejabat tangan Pak Nasrul kemudian mempersilakan Pak Nasrul untuk duduk bersama mereka di ruang tamu sedangkan Bi Ias membuatkan dua cangkir teh hangat untuk Pak Nasrul dan Pak Galih.
"Bagaimana kabar Pak Nasrul?" tanya Pak Galih.
"Alhamdulilah, saya baik. Bapak kenapa bisa seperti ini?" tanya Pak Nasrul tidak menyangka bahwa kehidupan yang semula serba berkecukupan kini timbal balik menjadi seperti yang beliau liat saat ini.
"Ada yang menjatuhkan perusahaan saya dan rumah saya juga disita oleh Bank." Pak Galih menjelaskan.
"Astagfiruallah, sabar Pak ..., semoga besok kedepannya akan kembali lagi sama Pak Galih." Pak Nasrul menguatkan.
Kenny duduk dan mendengar percakapan mereka.
"Sekarang kamu terlihat kurusan." Pak Galih melihat tubuh Pak Nasrul.
"Iya begitulah Pak, setelah saya dipecat jadi satpam di perusahaan Bapak. Saya tidak bisa lagi kerja jadi satpam karena tuduhan yang tidak pernah sama sekali saya buat." Pak Nasrul mengingat kejadian lampau.
Kenny mengusap wajahnya kasar."Pecat?" tanya Kenny.
Pak Galih mengangguk."Dulu, waktu kamu SD. Pak Nasrul pernah jadi satpam di perusahaan papa tapi karena tuduhan dari satpam lama yang katanya Pak Nasrul bikin ulah tanpa papa sadari papa termakan oleh bujukkannya." Pak Galih menyesali perbuatannya.
"Dan, ketika Pak Nasrul sudah papa pecat, ternyata terungkap bahwa yang diam-diam mencuri uang di kantor kas itu ternyata satpam lama." Pak Galih melanjutkan.
Kenny mendengarkan dengan seksama begitu juga dengan Bu Mike dan Pak Dandang.
"Maafkan saya, Pak." Pak Galih memegang kedua tangan Pak Nasrul yang mulai berkeriput.
"Saya sudah memaafkan bapak jauh-jauh hari sebelum bapak memintanya." Pak Nasrul dengan lapang dada menerima maaf dari Pak Galih.
"Pah, ada kabar baik dari Pak Yono kalau pelaku yang sudah menjadi buron bertahun-tahun ternyata sudah tinggal di Indonesia lama dan mungkin sebentar lagi akan terungkap." Kenny sejak tadi menahan kalimat itu dan Pak Galih memancarkan rona bahagia karena mendengar kabar dari Kenny.
"Alhamdulilah," gumam Bu Mike bersamaan dengan Bi Ias dan Pak Dandang.
Pak Nasrul tersenyum walaupun beliau tidak tahu menahu dengan cerita awalnya yang membuat keluarga Pak Galih mendadak melarat.
****
Siang ini Kota Jakarta sedikit sepi karena ajuran pemerintah yang mengharuskan di rumah saja dan harus memakai masker ketika keluar rumah membuat semua masyarakat mendadak memborong masker dari toko swalayan atau pun pedagang asongan.
Satu notif masuk ke bar layar ponsel milik Kenny. Sebuah pesan gambar sedang terunduh otomatis.
"Galang?" gumam Kenny seraya membenarkan duduknya yang melorot di kursi yang keras.
"Ken, perhatikan sisi wajah itu. Bukannya itu sama kayak foto yang loe perlihatkan ke gue sama Faldiansyah kemarin."
Kenny membaca pesan yang tertera dinawah gambar dan berselang tiga menit, Kenny membelalakkan mata seraya mengambil dua foto yang dia dapatkan dari Pak Aser, petugas Bank.
"Hidungnya sedikit mancung dan pipinya tirus?" Kenny bermonolong sambil menyamakan ketiga foto tersebut. Satu di ponselnya dan dua dipegang.
"Ken, kamu kenapa?" tanya Pak Galih yang baru saja keluar karena merasa bosan berada di kamar terus menerus.
"Pah, papa kenal sama mereka?" tanya Kenny menunjukan semua foto itu pada Pak Galih.
"Ini bukannya Pak Setyo, dulu dia pernah mengajukkan kerjasama sama papa tapi papa tolak karena visi dan misinya kurang bagus." Pak Galih menjelaskan.
"Apa jangan-jangan Pak Setyo ingin balas dendam sama papa karena telah ditolak ajuan surat kontraknya," ucap Kenny mengambil pendapatnya sendiri.
"Bisa jadi, karena dulu itu dia punya cabang di Jakarta dan waktu itu juga papa berpusat di Jakarta lantas dia berinisiatif buat mengajukkan proposal dan kontrak kerja. Supaya papa mendukung usahanya." Pak Galih mengingat kejadian beberapa tahun silam.
"Fiks, ini ada hubungannya." Kenny meletakan dua foto tersebut dan menelpon Pak Yono untuk mengetahui sampai dimana pelacakannya.
Terdengar suara dari seberang setelah Kenny menyalakan loundspeaker sehingga Pak Galih dan Bu Mike bisa menangkap jelas suara tersebut.
Kenny mengucapkan salam dan maksud tujuan dia menelpon dan Pak Yono meresponnya dengan baik.
"Selamat siang, bagaimana dengan proses penyelidikannya, pak?" tanya Kenny langsung pada inti.
"Siang, alhamdulilah proses penyelidikan lancar dan mungkin besok petugas dari pihak berwajib akan mengepung di rumahnya." Pak Yono menjelaskan dan membuat kelegaan di hati keluarga Pak Galih.
"Kalau begitu, besok saya akan ikut bersama Pak Yono dan pihak berwajib." Kenny memberi jawaban setelah mendengar kabar tersebut dan setelah puas mendapat informasi dari Pak Yono. Kenny menutup sambungan telepon.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI DUA HATI
Non-FictionPertengkaran selalu saja terjadi pada seorang siswa bernama Kenny dan juga Rizenalita seorang Gadis. Namun, prihal cerita mereka terjebak oleh dua sisi hati yang menjerumuskan keduanya hingga membuat Kenny beranggapan bahwa dia mencintai Rizenalita...