20. KEHILANGAN ARAH

9 4 19
                                    


    Sepulang dari rumah sakit, Kenny tidak langsung pergi ke rumah Lita melainkan pergi ke taman kota untuk menengkan pikirannya sejenak setelah dirasa tenang dia kemudian pulang terlebih dulu melihat kondisi rumahnya.

      Mobil yang di kendarahi Kenny berhenti di pom bensin tak jauh dari taman lantas dia mengisi bahan bakar supaya tidak macet di jalan.

      Sambil menunggu, tanpa sengaja Kenny melihat Faldiansyah sedang menepikan motornya bersama seorang Wanita dan karena penasaran, setelah selesai transaksi Kenny memutuskan buat menghampiri mereka.

     "Fal, loe ngapain malam-malam di sini?" tanya Kenny sambil membuka helmnya.

    Tepat di perempatan mereka berhenti di bawah lampu sesekali mendengar kendaraan bising yang melintas.

     "Gue sama Safa mau pergi ke toko buku." Faldiansyah menjawab di sela Safa membuka helmnya.

     "Terus kenapa berhenti di sini?" tanya Kenny lagi sembari menggaruk pelipis.

      "Kayaknya dompet gue ketinggalan di rumah Lita, soalnya tadi sebelum gue pergi sama Safa, gue mendengar Lita menjerit histeris saking khawatirnya gue meletakan dompet di meja ruang tamunya." Faldiansyah mengingat-ingat kejadian sebelumnya.

     "Oh ..., ya udah pake ini aja, nanti kalau soal ganti bisa lain kali." Kenny memberikan uang lima ratus ribuan pada Faldiansyah.

     "Loe baik banget, Ken," ucap Safa pada Kenny membuat Kenny malu.

     "Halah, Faldiansyah kan teman gue, lagian gue juga nanti mau ke rumah Lita buat menyelesaikan masalah jadi bisa lah gue ambil sendiri uang Faldiansyah," tutur Kenny sesekali terkekeh.

     "Wooo, pantesan ada macan dibalik kaca." Faldiansyah mencibir sambil mengambil alih uang Kenny. "Gue penjam dulu, loe bisa ambil uang tiga ratus ribu di dompet gue," jelas Faldiansyah.

     "Iya, iya, gue bakal ambil sesuka hati gue," celutuk Kenny.

     "Oh,ya, gimana sama bokap loe?" tanya Safa menyadari bahwa papah Kenny sedang dirawat.

     "Masih kritis, doakan aja biar cepat sembuh, btw ..., gue mau pulang dulu." Kenny mulai panik dan tergesa-gesa karena menyadari bahwa rumahnya saat ini sedang dalam genggaman bank.

    "Ya deh, oh ya, nanti Galang mau ke rumah loe, tadi sih mau ngajak loe belajar bareng kan, loe yang paling pintar diantara kita," ungkap Faldiansyah.

    "Aa ..., apa? Ga, Galang?" gumam Kenny dan tidak lagi melihat ke arah Faldiansyah dan Safa, Kenny langsung tancap gas.

      Dengan pikiran kacau dan cemas, Kenny menambah kecepatan menuju rumahnya dan benar saja tertera plang bertuliskan Rumah ini di sita Bank membuat Kenny syok bukan main di depan gerbang sudah ada Pak Dandang dan Bi Ias juga Galang yang tengah berdiri di sana.

     "Bi, kenapa ini?" tanya Kenny sambil mencoba membuka gerbang yang sudah terkunci rapat.

      "Seorang pegawai bank datang dan mengatakan bahwa papahnya Den Kenny banyak utang," jelas Bi Ias.

      Kenny mengusap wajahnya gusar,"Lang, gue butuh bantuan loe buat sementara carikan tempat tinggal buat Bi Ias dan Pak Dandang, gue ada keperluan." Kenny belum sempat menanyakan maksud kedatangan Galang tetapi Galang paham kehidupan sahabatnya saat ini.

    "Gue ngerti, Ken. Loe selesaikan urusan loe, biar gue bantu semampu gue." Galang menepuk bahu Kenny.

      Bi Ias dan Pak Dandang merasa serba salah karena memang dia bekerja di rumah Galih melalui yayasan sehingga tidak memiliki tempat tinggal di Kota Jakarta.

MENCINTAI DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang