22. KEJUJURAN

4 2 5
                                    


    Semenjak pulang sekolah, Kenny di rundung kebimbangan dan kegelisahan. Padahal dulu dia selalu bersikap bodo amat dan biasa saja tetapi kali ini semua sudah menjadi tanggungannya untuk mengatasi semua masalah.

     Di gerbang sekolah, Kenny sengaja buat menunggu Ziya keluar dari ruang lab komputer untuk menyelesaikan Ujiannya tetapi Kenny tetap tidak bosan buat menunggu sampai Ziya datang.

    "Belum pulang loe?" tanya Lita yang baru saja keluar dan melihat Kenny bersandar di gerbang.

     "Belum, loe gak pulang sama Faldiansyah?" tanya Kenny sambil terus melihat ke arah lain supaya tidak menangkap wajah Lita.

     "Enggak, kan ..., gue udah biasa pulang sendiri," jawab Lita. "Loe lagi nunggu Ziya?" tanya Lita memastikan.

     "Loe udah tahu pake nanya, ya udah ..., sana pulang." sloroh Kenny.

     "Iya, gue juga mau pulang ..., btw, loe itu cowo jadi gak usah nangis, gue tahu kok loe menghindari tatapan gue supaya gue gak tahu kalau loe habis nangis." Lita menjabarkan semua kalimat yang sejak tadi tersemat dan berhasil membuat Kenny malu.

    "Apaan sih loe, mau berdebat lagi sama gue." Kenny meninju lengan Lita pelan.

    "Tangan loe keras banget kayak besi," gerutu Lita sambil mengusap lengannya yang terasa sakit.

     Lama sekali menunggu Ziya keluar, Delna lebih dulu mempergoi Kenny dan Lita yang sedang bercengrama akrab di depan gerbang.

     "Ken, loe nunggu Ziya?" tanya Delna terdengar basa-basi.

    "Iya, Ziya udah keluar belum ya?" tanya Kenny.

    Lita melihat raut wajah Kenny sesaat kemudian pergi begitu saja tanpa pamitan.

     "Dia udah pulang dari tadi, loe kalau mau nunggu bisa sampai besok ...." Delna mendekap kedua tangannya di depan dada.

    "Pantesan gak keluar-keluar." Kenny menjawab sambil melihat kearah Lita yang berdiri tadi tetapi dia sudah tidak menemukan sesosok Lita di sana.

     "Ken, loe masih aja suka sama Ziya ..., dia aja udah gak suka sama loe sejak tahu kalau bokap dan nyokap loe ditangkap polisi." Delna memulai mengalihkan topik.

     "DEG!!!"

    Kenny langsung menatap lekat wajah Delna dan memegang kedua bahunya.

     "Loe bilang apa barusan?" tanya Kenny untuk mengulang ucapan Delna.

     "Loe belum dengar? Gue ulang ya ..., kalau Ziya udah gak suka sama loe gara-gara bonyok loe di penjara." Delna mempertegas kalimatnya. Sontak saja, Kenny berasa mati berdiri mendengar penjelasan dari Delna.

     Sebenarnya Delna tahu bahwa Ziya baru saja turun dari tangga dan mungkin akan melihat kedekatan mereka. Delna tidak membuang kesempatan untuk mengambil hatinya Kenny seutuhnya.

     "Ziya, pernah bilang sama gue kalau loe itu cuma beban, makanya waktu mendekati ujian, Ziya bilang gak mau pacaran." Delna terus berbicara tanpa ada perlawanan dari Kenny.

     Kenny tertegun karena yang diucapkan sama Delna memang benar adanya. Ziya pernah mengatakan hal itu pada dirinya.

     "Ziya juga gak suka sama loe. Dia cuma manfaatin loe buat mengantar-jemput dia." Delna masih berbicara sampai akhirnya tatapannya tertuju pada Ziya yang sudah mendekati Kenny bersama dia.

      "Ken, kali ini loe harus percaya ..., gue gak mungkin berbohong." Tiba-tiba Delna memeluk Kenny dengan erat bahkan Kenny sudah mencoba melepaskan pelukan mereka tetapi Delna masih bersikeras tak ingin melepaskan.

MENCINTAI DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang