EKSTRA PART

13 4 0
                                    

Satu tahun kemudian

     Sorak sorai terdengar riuh ketika Kenny berhasil memenagkan audisi musik di tanah air dan mengharumkan nama kampusnya yang sudah terkenal dibelantika nasional.

      "Ken, kalau udah menang gini waktunya traktir, dong." Faldiansyah menepuk bahu Kenny sambil terkekeh.

     "Siap, gue traktir loe tahu bulat lima sekalian cabainya." Kenny mengeluarkan boncabe yang selalu dia bawa.

    "Emmm, gak asyik ni orang. Kalau tahu bulat udah biasa, Ken. Yang luar biasa dong," sahut Galang tak mau kalah dengan Faldiansyah.

     Lita tertawa melihat tingkah mereka yang tidak berubah bahkan sampai sekarang mereka duduk dibangku perkuliahan. Kekompakan mereka tidak ada yang menandingi.

      "Ya udah, gue traktir kalian makan gerobak tahu bulat." Kenny menunjuk penjual tahu bulat yang selalu menjadi tempat tongkrongan mereka.

     "Dikira gue rayap, makan kayu." Faldiansyah mengangkat alisnya sambil berjalan menemui Safa.

    "Fa, kita cari tempat makan lain." Faldiansyah merangkul Safa.

     "Cie, cie, cie ..., yang baru jadian jangan lupa traktirannya!" teriak Kenny seraya berlari menghampiri Faldiansyah sambil menonyor kepala Lita.

    Lita yang sejak tadi diam dikejutkan oleh tingkah usil Kenny.

     "Dia emang presis sama monkey gak bisa liat orang diem," gerutu Lita seraya berlari mengejar Kenny.

    "Ken, pertandingan kita belum selesai ....!" teriak Lita.

    Kenny membalikkan badan sesekali mengingat kejadian yang sudah bertahun-tahun lalu.

     "Yaa, gue inget. Tapi kali ini gue yang menang!" teriak Kenny seraya mengeluarkan lidahnya seraya mengangkat kedua tangannya.

     "Hi'is, sombong banget." Lita mencibir sesekali mensejajarkan tubuhnya dekat Lita.

     Delna dan Galang saling pandang, mereka tidak ada kerjaan selain mengobrol berdua.

     "Mereka serasi banget, gue sakit hati." Delna bergumam.

     "Ngapain sakit hati, gue aja biasa." Galang menjawab dengan wajah datar.

     Delna yang merasa dicueki oleh Galang memilih pergi ke kelas dan duduk menyendiri.

     Di balik pintu, Vino tengah melihat dirinya dan berjalan menemui Delna.

     "Loe, ngapain ke kelas gue?" tanya Delna heran.

     "Gue mau loe bantu gue buat dapatin hatinya Lita," jawab Vino sedikit berbisik.

      Delna melotot. "Gak, gak, gue gak mau jadi capung loe. Mendingan loe cari yang lain, Lita udah punya pacar." Delna menolak.

    Vino mengerget gigi-giginya kesal karena dia tidak suka dengan penolakan.

     "Kalau loe gak mau bantuin gue, gue bakal bilang sama Kenny kalau Lita pernah jalan sama gue," ucap Vino seraya menyudutkan Delna.

     Delna tidak merasa takut untuk menghadapi Vino karena sekarang dia sudah jago twekondo.

     "Ohya, bilang aja kalau itu bikin loe puas," suruh Delna seraya beranjak pergi tetapi lengannya tercengal oleh tarikkan Vino.

     "Loe boleh sombong tapi gue gak akan menyerah gitu aja." Vino mencengram tangan Delna.

     "Kalau loe gak mau sakit hati, mending mundur dari sekarang atau loe akan berakhir sama seperti Ziya." Delna menepis tangannya.

MENCINTAI DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang