50. BERAKHIR

10 3 1
                                    

     Rintih-rintih hujan membasahi jalanan beraspal ketika Lita dan Vino berangkat menunju rumah sakit untuk menjenguk Ziya. Meskipun begitu, Vino tidak membiarkan Lita kehujanan dan dia relakan untuk meminjamkan jaket kepada Lita.

     "Vin, loe gak kedinginan?" tanya Lita memastikan.

      "Enggak, udah biasa gue." Vino tetap fokus meski helm full face nya udah basah oleh air hujan.

      Lita sesekali mengusik hidungnya yang terasa gatal dan masih melihat banyak orang berlalu lalang meski hari mulai sore.

      Tidak ada percakapan diantara mereka sampai akhirnya motor me memasuki halaman rumah sakit. Mereka melewati banyak ODGJ yang sedang berlari atau bahkan memainkan boneka dan mengusik rambut sampai terlihat gimbal.

     "Eh, itu Galang." Lita menunjuk kearah Galang yang sedang berdiri di depan pintu bersama yang lain.

     Delna membulatkan mata, melihat kedekatan mereka sedangkan Delna tahu bahwa Lita adalah kekasihnya Kenny.

     "Vin, loe kok jalan sama Lita?" tanya Delna sambil mendorong tubuh Vino.

    Lita melihat kejadian tersebut dan ingin melerainya tetapi Delna menahannya untuk tidak ikut campur.

     "Vin, loe udah bikin hubungan gue sama Faldiansyah hancur, loe mau menghancurkan hubungan Lita sama Kenny?" tanya Delna.

    Lita terdiam tetapi dia tidak boleh membisu ketika Vino disalahkan oleh Delna.

    "Del, tunggu ..., loe gak tahu yang sebenarnya terjadi, Vino datang buat menjenguk Ziya." Lita menjelaskan supaya tidak terjadi kesalahpahaman diantara mereka.

     "Gue tahu, Vino cuma modus ..., apa loe gak inget dengan janji yang diucapkan sama Kenny?" tanya Delna pada Lita.

     "Kenny ..., apa yang bisa diharapkan oleh dia bahkan kabarnya saja gue gak tahu. Apa gue harus menunggu seumur hidup buat menanti Kenny kembali?" tanya Lita, hatinya begitu perih saat menyebut nama Kenny.

    "Meskipun loe belum tahu kabarnya tapi setidaknya loe gak boleh menyakitinya," ucap Delna.

     "Siapa yang akan menyakiti Kenny, gue cuma gak mau terlarut dalam kesedihan karena kehilangannya." Lita bersikeras untuk tidak main tangan pada Delna yang bersunggut-sunggut.

     Galang yang merasa bosan dan jengah pun memilih melerai perkelahian mereka.

    "Stop dong, ini rumah sakit bukan arena lomba debat dan kalian gak boleh egois," ucap Galang.

     Faldiansyah mengangguk setelah itu menatap dokter yang baru saja keluar dari ruang pasien.

     "Dok, boleh kami masuk?" tanya Faldiansyah.

     "Silakan, dia sudah saya beri obat penenang jadi mungkin akan sedikit tenang." Dokter itu pun langsung membiarkan mereka pergi.

       Ziya menatap tidak suka pada orang-orang yang berada di depannya. Dia merasa terganggu dan mengusik tangan dengan kencang untuk melepaskan ikatan.

      "PERGI KALIAN!!!" Ziya mengusir mereka sambil mengoyangkan badan ke kanan dan kiri berusaha terlepas dari ikatan.

      "Tenang, Zi. Ini kita teman loe, loe kenapa jadi gini?" tanya Galang.

      Diluar ruangan Delna masih berdebat dengan Vino tetapi Vino hanya menanggapi bahwa Delna hanya cemburu melihat kedekatannya dengan Lita.

     "Kalian urus sendiri masalah kalian, gue mau masuk." Lita pergi dan meninggalkan Vino juga Delna.

MENCINTAI DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang