Malam ini Lita memutuskan untuk ke rumah Kenny, entah kenapa malam yang penuh bintang membawa dia pada kegundahan. Ada rasa iba dan rasa yang bercampur dalam dirinya sedangkan di dalam kamar Kenny masih menimang-nimang perkataan papahnya kemarin.
"Eh, kenapa tu anak ke sini?" Kenny melihat dari kaca jendela yang ada tralisnya sehingga mau tidak mau dia harus keluar menemui tamu yang malam-malam datang ke rumahnya.
Tapakkan alas kaki sesekali berbunyi dan suara pintu terdengar dibuka sebelum Lita mengetuk pintu sudah muncul aura parfum Kenny yang menyebar dari jarak dua meter.
"Kenapa loe ke sini?" tanya Kenny tidak basa-basi.
"Eh, anu ..., itu, apa, itu anu, anu bu, eh ..., bukan." Lita terlihat gugup dan takut untuk menghadapi Kenny.
"Kenapa sih loe, anu, itu, bu, apa?" tanya Kenny. "Loe mau masuk dulu?" tanya Kenny sambil membuka pintu lebar.
Lita terbelalak melihat rumah Kenny yang semegah istana, lampu yang mengantung, sofa berwarna crem dan vas-vas bunga yang cantik terlihat mengagumkan yang tertata rapi di setiap sudut ruang tamu.
"Loe mau minum apa? Es jambu, es jeruk campur jambu, es melom campur jeruk atau es batu?" tanya Kenny yang membuat Lita bengong.
"Ah, gak usah aja ..., tapi air putih juga enggak apa-apa." Lita memutuskan untuk menghilangkan rasa kegugupannya.
Kenny tersenyum singkat,"loe tahu darimana rumah gue?" tanya Kenny.
"Tahu dari Faldiansyah, dia kan tetangga gue," jelas Lita sambil meneguk air putih hingga tandas.
"Loe habis lari maraton?" tanya Kenny karena melihat Lita yang seperti nya begitu gemetar.
"I ..., iya, jelas dong gue kan harus lari biar bisa nyaingin loe." Lita memberi alasan.
"Emang gue kenapa?" tanya gue heran dengan sikap Lita malam ini yang bikin dia heran kan Lita memang ke rumahnya memakai seragam olahraga.
"Loe lupa, kita harus bertanding lari, kalau loe kalah loe harus jadi budak gue," ucap Lita malah meningatkan Kenny atas penilaian waktu itu.
"Oh, jadi loe kesini nantang gue? Gak takut kalah loe kalau nyilep di air gara-gara gak bernapas lima jam?" tanya Kenny memastikan.
"Ah, gak bakal." Lita menepiskan tangan di depan wajah.
"Ok, kalau gitu besok loe pakai seragam loe dan gue bakal ngasih kejutan buat loe." Kenny masih fokus dengan wajah Lita yang menjadi lawan bicaranya.
"Oh, ya ..., gue mau balikin buku loe." Lita meletakan buku bercover transformers di atas meja. Sedangkan bibi yang memberikan dia segelas air putih langsung pergi ke dapur.
"Gue gak tahu isinya tapi yang jelas di dalam sana banyak coretan gue supaya gue bisa ngelupain kejadian buruk selama ini sama loe." Lita beranjak."Gue pamit." Lita izin pulang dan diantar oleh Kenny.
"Dasar aneh, emang siapa yang butuh buku itu lagi," batin Kenny sambil mengantar Lita sampai depan gerbang karena Lita sudah ditunggu sama tukang ojol.
"Gue yakin maksud dia datang kesini bukan itu tujuannya tapi apa? Apa ada masalahnya sama buku yang dia kasih, ah, coba deh gue buka jadi penasaran."
Malam belum terlalu surut, Pak Dandang dan Bi Ias masih sibuk dengan pekerjaan mereka walaupun Kenny sudah memintanya untuk istirahat tetapi mereka tetap akan melakukan tugasnya itu sampai selesai.
"Den, tumben Tuan sama Nyonya belum pulang?" tanya Pak Dandang sambil menyiram tanaman supaya esok terlihat segar.
"Enggak tahu, mungkin ada kerjaan lain kali jadi telat pulang, ohya, kalau Pak Dandang mau istirahat biar nanti Kenny yang bukain gerbang," ucap Kenny.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI DUA HATI
No FicciónPertengkaran selalu saja terjadi pada seorang siswa bernama Kenny dan juga Rizenalita seorang Gadis. Namun, prihal cerita mereka terjebak oleh dua sisi hati yang menjerumuskan keduanya hingga membuat Kenny beranggapan bahwa dia mencintai Rizenalita...