30. CURIGA

2 1 0
                                    

      Kenny turun dari motornya yang dia ambil dari bengkel kemarin dan sekarang dia sedang berdiri di depan Bank untuk mengurus semua masalah tentang rumah yang disita.

       Perlahan tapi pasti, Kenny melangkah tanpa keraguan sedikitpun seraya membawa map coklat yang berisi data administrasi bukti pengeluaran bahkan pemasukan yang selama ini keluarganya lakukan.

       Setelah mengambil nomor urutan melalui mesin digital, Kenny lantas duduk dan menunggu nomor antreannya dipanggil. Lama sekali, sampai seorang pria duduk di samping dirinya.

      "Maaf, Pak. Kursi ini tidak boleh di duduki," ucap Kenny pada pria tersebut karena memang diberi tanda silang.

      "Oh, saya gak tahu." Pria itu pun mengeser duduknya.

       Setyo Wardono, nama itulah yang dibaca oleh Kenny karena name tag yang berada di sebelah kiri pakaiannya.

       Setibanya, dipanggil. Kenny memasuki satu ruangan yang berada di lantai atas dan menemui petugas yang menangani masalah penyitaan rumah.

       "Silakan, ada perlu apa?" tanya petugas bernama Aser itu tepatnya Aserka Yuniantoro.

       "Begini, sebelumnya saya mau minta maaf dulu, saya mau menanyakan tentang rumah yang di sita beberapa minggu lalu, atas nama Pak Pragalih." Kenny menjelaskan sambil menyerahkan semua bukti-bukti yang dibawa Kenny.

     Di samping Kenny, Setyo pun duduk bersebelahan sambil menanyakan beberapa permasalahan yang tidak jauh berbeda dengan dirinya.

     Pak Aser pun meminta pada rekan kerjanya yang duduk di sebelah kanan untuk membuka komputer dan melihat semua daftar nama dan aset bahkan fasilitas apa saja yang sudah disita Bank tanpa sebab karena Aser merasa ada keganjalan.

      "Begini, rumah atas nama Pak Pragalih memang disita Bank karena memang terbukti tidak membayar utang bahkan melengkapi administrasinya setelah meminjam uang di Bank sebanyak seratus Miliyar." Kenny menutup mulut tidak percaya dengan ucapan Pak Aser.

      "Bagaimana bisa, sedangkan di surat itu tidak tercantum." Kenny menunjuk surat yang sudah berpindah tangan ke rekan kerjanya Pak Aser.

       "Mungkin, Pak Galih bisa datang ke sini buat mengurus administrasinya." Pak Aser memberi saran tetapi Kenny tidak ingin papanya mati konyol karena harus mendengar berita seburuk ini.

       "Papah saya lagi sakit," jawab Kenny singkat.

      Rekan kerja Pak Aser yang telah menfotocopy data yang dia dapat lantas memberikan pada Pak Aser untuk menyamakan data yang dari komputer ke kertas yang dibawa Kenny.

       Setyo sejak tadi merasa terancam, entah apa sebabnya membuat Pak Triwahyudi rekan kerja Pak Aser kebingungan.

     "Coba lihat tanda tangannya," pinta Kenny karena merasa ganjal.

      Pak Aser meneliti dan benar saja, banyak perbedaan dari data yang diperoleh.

       "Tetapi disini atas nama Pragalih, tapi kenapa tulisan dan tanda tangannya beda." Pak Aser bergumam.

      Pak Setyo lantas pergi dari sana dan langsung keluar untuk melepon atasannya.

      "Halo, Bos. Gawat ..., gawat, gawat, bos!" Panik Pak Setyo.

      "Apanya yang makan kawat?" tanya dari sebrang.

     "Gawat, bos! Bukan makan kawat, itu loh ..., itu, anak dari Pak Galih datang ke Bank buat menanyakan rumahnya yang disita." Pak Setyo tidak lagi tertawa seperti bulan lalu ketika dia menghabur-hamburkan uang.

MENCINTAI DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang