34. TERUNGKAP

1 1 0
                                    


      Di kediaman Pak Setyo begitu sepi ketika pihak polisi telah mengepung dari segala arah begitu juga dengan Kenny, Galang dan Faldiansyah yang ikut dalam pengepungan itu walaupun Pak Galih telah melarang tetapi mereka tetap bersikeras untuk terlibat langsung dalam penangkapan oknum yang tidak bertanggung jawab.

     Dengan langkah hati-hati, polisi bernama Agus tersebut mengetuk pintu supaya pembantu di rumah itu keluar tanpa sepengetahuan dari Pak Setyo.

     "Suit ...." Polisi Agus menempelkan ibu jarinya di depan bibirnya mengintruksikan supaya pembantu itu tidak bertanya atau memanggilkan majikannya.

      "Ada apa ini Pak?" tanya seorang wanita dengan memakai kaos oblong berwarna biru dengan rambut digelung.

      "Jangan berisik, di mana Pak Setyo?" tanya Pak Agus.

       "Dia lagi di ruang bawah tanah bersama rekan kerjanya." Wanita bernama Sulastri itu memberikan cela untuk tiga polisi masuk bersama dengan Kenny sedangkan Galang dan Faldiansyah menunggu di luar bersama polisi yang lain.

      "JANGAN BERGERAK, KALIAN TELAH DIKEPUNG!" suara tegas AKBP Agus itu lantas membuat Pak Setyo terperanjat kaget dan ingin kabur tetapi dengan sigap Pak Agus menyondongkan pistolnya.

     "Ada apa ini?" tanya Pak Setyo seraya berdiri.

     Kenny mengangguk pelan."Ternyata tidak perlu jauh-jauh mencari komplotan kalian, satu lubang semut dibuka beribu-ribu semut membudal." Kenny menyindir mereka karena bukan hanya Pak Setyo yang berada di sana melainkan ada Pak Wisnu dan bodyguardnya berlima.

       "Kalian telah dikepung dari segala arah, menyerah dan ikut kami ke kantor." Pak Agus mulai meringkus Pak Setyo bersama Pak Wisnu.

       "Kurang ajar, ternyata Galih itu licik." Pak Wisnu mendegus kesal.

       "Papa saya bukan licik tapi cerdik dan kalian yang terlalu bodoh untuk mengirimkan data pribadi kalian ke Bank guna memproses uang yang jumlahnya ratusan miliar. Sekarang, berbahagialah kalian bisa merasakan syurga dunia." Kenny menjawab sambil berjalan mengekori Pak Wisnu yang dituntun oleh polisi menuju mobil.

      "Sialan, ini semua gara-gara kamu, Wisnu. Andai kemarin kamu mendengarkan masukkanku tidak bakal kita ketahuan." Pak Setyo mencoba kabur tetapi tangan Pak Polisi lebih erat dan langsung dibrogol.

     Galang dan Faldiansyah menatap wajah-wajah itu dan langsung di abadikan ke media sosial sehingga belum sampai satu jam berita itu telah menyebar luas.

      Di tempat lain, Ziya yang sedang menonton televisi begitu terkejut melihat wajah papanya yang tertangkap kamera.

      "Mah, mama ...!" Ziya teriak memanggil mamanya tetapi mamanya tidak kunjung keluar dan Ziya berinisiatif untuk pergi ke tempat kejadian perkara yang jaraknya lumayan jauh dari rumah tempat dia tinggal.

      Mobil merah meluncur ditengah-tengah derasnya hujan karena dibulan-bulan seperti ini lah saatnya hujan senantiasa turun ke bumi.

       Di dalam mobil, Ziya tidak berkata-kata dan hanya bisa menangis ketika melihat papanya yang tidak berdaya diteriaki oleh masa bahkan dia melihat Kenny dan kedua temannya sedang berada di lokasi.

      "Pah, semoga papah hanya di jebak." Ziya terus berpikir positif sampai saat mobilnya merapat di tengah kerumunan masyarakat sekitar dan media televisi yang sedang melakukan siaran langsung.

      Kenny mendapati Ziya yang berlari dan langsung memeluk Pak Wisnu, betapa hancurnya dirinya ketika menyaksikan bahwa Pak Wisnu adalah papa dari kekasihnya.

MENCINTAI DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang