Lita pulang dari kantor pos karena tadi papanya menyuruh dia untuk mengirim beberapa surat dan di tengah jalan bertemu dengan Ziya yang membuat dirinya harus menahan rasa sakit untuk yang kesekian kalinya.
"Putri papah kenapa?" tanya Pak Halim yang sedang duduk di ruang keluarga.
"Ah, enggak apa-apa pah." Lita ingin langsung ke kamar tetapi papanya memanggil dan dia mengurungkan niat buat mengobati lukanya.
"Sini duduk, kenapa anak papa tidak pernah cerita." tanya Pak Halim.
Lita duduk seraya menyadarkan kepalanya dibahu papanya.
"Apa yang ingin Lita ceritakan pada papa, papa kan udah tahu semua tentang Lita."
Pak Halim mengusap ujung kepala anaknya sesekali mencium keningnya penuh kasih sayang.
"Tidak semua, kamu tidak pernah cerita mengenai isi hatimu, apa itu bagian dari rahasia?" ucap Pak Halim.
"Ah, papa ..., kapan Lita punya rahasia sama papa, semua udah Lita ceritakan." Lita mengadahkan kepala menatap langit-langit rumah.
"Ohya? Lalu, kenapa kamu murung?" tanya Pak Halim.
"Lita cuma ..., cuma, gak murung." Elak Lita sambil menekan remote televisi.
Pak Halim mengangguk, beliau tahu betul sikap putrinya karena Lita memang selalu dekat dengan dirinya bukan dengan mamanya.
"Cuma apa? Kamu gak mau papa tahu tentang tulisan-tulisan kamu dibuku Kenny?" tanya Pak Halim.
Lita terkejut."Papa tahu darimana kalau itu bukunya Kenny? " tanya Lita spontan.
"Tahulah, kan. Kamu cantumin nama dia diawal halaman." Pak Halim tersenyum lantas bersiul. "Kamu malu buat cerita sama papa?" tanya Pak Halim.
"Enggak pah, Lita cuma nulis yang jelek-jelek dikertas itu soalnya Kenny nyebelin sih, masa dulu bilang kalau kulit Lita mirip punya kura-kura lalu kelas dua, dia juga ngeledek kalau Lita ini kayak permen blaster." Lita cemberut sambil terus berbicara.
"Hahaha ..., bukannya kamu emang blasteran?" sahut Pak Halim seraya terkekeh.
"Enggaklah pah, Lita bukan permen." Kali ini dia menatap televisi.
Pak Halim manggut-manggut."Lalu apa lagi yang Kenny katakan?" tanya Pak Halim.
"Banyak, kalau diceritakan dari kelas satu SMA sampai lulus, ceritanya gak bakal habis." Lita menahan kalimatnya."Kasian authornya capek yang nulis scripsinya." Lita melanjutkan.
Pak Halim pasrah dan kini beliau tidak lagi tertawa karena tidak merasa lucu dengan humoran anaknya.
"Ya, kamu tahu ..., papa juga sudah capek jadi pemerannya." Kali ini Lita yang tertawa keras.
"Memangnya, papa sedang melakukan drama apa? Korea, Cina atau Malaysia?" tanya Lita. Seakan mereka sedang di dalam kisah-kisah romansa antara ayah dan anak.
"Drama kehidupan yang penuh rintangan, kamu akan tahu jika kamu sudah terjun ke lapangan." Pak Halim mengusik ujung rambut Lita dan Lita tersenyum lagi menunjukkan lesungnya.
Pak Halim dan Lita kini tidak lagi ngorol hanya suara televisi saja yang mengisi ruangan tersebut, sebuah berita yang tengah viral dikalangan masyarakat tentang sebuah virus yang tidak pernah diketahui bentukannya. Bahkan, saat ini Indonesia tercatat sebagai penyebaran paling tercepat karena banyaknya orang yang selalu berkerumun dan tidak mematuhi protokol keaehatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI DUA HATI
Phi Hư CấuPertengkaran selalu saja terjadi pada seorang siswa bernama Kenny dan juga Rizenalita seorang Gadis. Namun, prihal cerita mereka terjebak oleh dua sisi hati yang menjerumuskan keduanya hingga membuat Kenny beranggapan bahwa dia mencintai Rizenalita...