BAGIAN 17

886 73 6
                                    

Happy Reading☘️

Avin turun dari angkot dengan lesu, berjalan menuju rumahnya yang tidak terlalu dekat dengan jalan raya. Avin memasuki perkarangan rumahnya sambil menghela napas lelah.

Kadang Avin berpikir, dosa apa yang telah dia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga Avin bertemu dengan Aksa yang menyebalkan.

Avin melangkah menuju dapur hanya untuk meminum segelas air dingin untuk menghilangkan rasa hausnya. Setelah selesai, Avin menuju kamarnya, melempar tasnya asal dan membaringkan tubuhnya yang lelah tanpa melepas sepatu dan mengganti seragam sekolahnya.

Avin menatap langit-langit kamar sambil memikirkan kejadian yang dilaluinya hari ini. Hari Avin terasa sangat berat sejak bertemu dengan Aksa.

Mata Avin tiba-tiba terasa berat, tidak lama setelahnya Avin sudah lelap dalam tidurnya.

Seorang gadis kecil berlari dengan langkah kecilnya sambil menenteng sebuah kresek yang berisi minuman. Senyum pada bibir gadis kecil itu tidak pernah hilang sepanjang ia berlari.

Gadis kecil itu sedang bahagia. Apa yang selama ini menjadi impiannya akhirnya terwujud. Ia akan ikut bermain bersama kakak dan teman-teman kakaknya.

"Ini minumannya, Kak," sodor gadis kecil itu dengan nafas terengah-engah.

"Lelet banget, sih, Avin! Kita udah haus dari tadi!" marah anak yang gadis kecil itu panggil kakak.

"Warungnya jauh, Kak Bella. Aku jalan kaki ke sana makanya lama," cicit Avin kecil.

"Alahhh, kamu pasti bo'ong, 'kan?" Anak yang seusia Bella mendorong Avin kecil hingga tersungkur.

"Avin gak bohong. Avin udah lari-lari biar cepat," ucap Avin kecil hendak menangis.

Avin kecil memegang lutut dan sikunya yang berdarah, menahan agar Avin kecil tidak menangis. Kalo Avin kecil menangis, Bella dan teman-temannya pasti tidak mau berteman lagi dengannya.

"Kamu pasti sengaja bikin aku sama teman-teman aku haus, 'kan?!"

Avin kecil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku gak mungkin ngelakuin hal itu, Kak Bella. Aku tadi lari-lari biar cepat main sama kalian," ujar Avin kecil, mendongak ke arah Bella.

Bella dan teman-temannya tidak percaya. Mereka malah dengan teganya kembali mendorong tubuh Avin kecil. Avin kecil yang tidak kuat akhirnya menangis kencang.

"Dasar Avin anak pungut! Mama aku hanya kasian sama kamu yang nangis di hutan gak pake baju!" hina Bella dengan kejamnya. "Anak pungut kaya kamu gak pantas main sama kita."

Teman-teman Bella langsung mengelilingi Avin kecil sambil mengikuti ucapan Bella.

"Avin anak pungut!"

"Avin anak pungut!"

"Avin anak pungut!"

Nyanyi anak-anak itu menghina Avin kecil.

Avin kecil yang berusia 5 tahun itu hanya bisa menangis mendengar mereka menyebutnya anak pungut. Bella yang sudah berusia 10 tahun hanya memandang Avin kecil sinis.

Awan tiba-tiba menggelap, pertanda sebentar lagi hujan akan turun. Bella dan teman-temannya berlari meninggalkan Avin kecil yang tidak bisa berdiri karna lututnya yang terluka.

Hujan perlahan turun membasahi Avin kecil yang masih duduk di taman bermain seorang diri.

Avin membuka matanya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. Avin tidak sadar jika Avin menangis dalam tidurnya.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang